5. Malaikat Penolong

164 30 8
                                    

Theme song : Treat You Better - Shawn Mendes

"I know I can treat you better than he can.
And any girl like you deserves a gentleman."

5. Malaikat Penolong

"Angga."

Aku membalas jabatan tangannya. "Senti," balasku singkat. Tak minat.

Ia mengangguk dan melepaskan tangannya, "gue boleh duduk di sini? Soalnya gue nanya cowok di depan tadi tempat yang kosong cuman di sini. Jadi?"

Aku menatapnya malas. Memiliki teman sebangku? Tak pernah terpikirkan sebelumnya. Apakah itu adalah hal yang baik atau malah sebaiknya. Namun pikiranku terus menjawab, aku memang selalu lebih baik sendiri. Tapi hati ini mencoba untuk menjelaskan, tidak ada salahnya 'kan mencoba berteman. Sehingga pada akhirnya aku mengiyakan permintaannya, dan ia memancarkan wajah kelegaan yang teramat sangat.

Sebegitunya 'kah?

Ia meletakan tasnya di atas meja kayu dan ia menyusul duduk di sebelahku. "Gue pikir lo bakalan nolak gue duduk di sini, soalnya temen lo tadi bilang kalo lo itu, sedikit 'ganas' dan susah buat di deketin kayak macan," jelasnya panjang lebar.

Tanpa sadar aku tertawa kecil mendengar celotehannya namun tak menanggapi dengan kata-kata untuk membalasnya.

"Lo nggak mau nanya-nanya apa ke gue gitu? Gue anak baru tahu," beritanya antusias.

Aku menggeleng singkat lalu mengambil buku geografi dari dalam tasku untuk mempersiapkan pelajaran setelah ini.

"Gue belom ada buku nih. Gue boleh dong ya gabung dulu sama lo? Gue janji deh, abis ini gue langsung cari buku-bukunya. Mau nemenin?"

Dia orang yang banyak bicara, tak masalah untuk mengusir kebosananku yang sering kali muncul, walaupun rasa risih juga tak kalah sering muncul.

Aku menggidikan bahu, ia nampak sedikit kecewa karena tawarannya tidak ku terima, mungkin?

"Liat nanti aja dulu," terangku, yang memunculkan seberkas harapan di manik matanya. Ia mengangguk antusias, dan lagi senyuman kecil terukir di wajahku.

Tingkahnya lucu.

Tak berapa lama kemudian bel masuk mulai nyaring terdengar, semua murid berhamburan ke wilayah mereka masing-masing. Selagi mereka berhamburan ke meja mereka, tatapan mata penasaran juga mereka pancarkan ketika melihat sosok asing duduk di sebelahku.

Tak jarang mereka juga menggunjing di belakang kami-- karena suara mereka terdengar teramat sangat jelas di indera pendengaranku.

"Siapa dah tu? Tapi kalau diliat-liat orangnya kece juga."

"Anak baru tuh? Gebet ah!"

"Kalau diliat-liat, kayaknya dia jodoh gue."

"Kok dia mau ya deket sama si Sentimeter?"

"Belom tau aja bentukannya si Senti kayak gimana? Entar lama-lama juga ilfeel sendiri. Gak betah!"

Aku hanya menggelengkan kepalaku mendengar celotehan mereka yang kegatelan. "Aneh. Anak baru kayak lo udah dapet perhatian dari mereka semua. Siap-siap lo dilendotin sama mereka ya," ucapku lirih kepada Angga.

HEART OF DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang