Theme song : Big Girls Cry - Sia
"And I don't care if I don't look pretty.
Big girls cry when their hearts are breaking."7. Tolong Dengarkan Aku
Beruntung, ketika tiba di rumah--keadannya kosong yang artinya Ayah sedang pergi keluar. Bukannya ingin menjadi anak durhaka, tapi untuk kali ini aku merasa sangat senang dan lega bersamaan ketika mendapati ayahku tidak sedang berada di rumah.
Sebagai tuan rumah yang baik, aku menawarkan Angga untuk masuk ke rumah sederhana ini. Jika dipikir-pikir pasti rumah ini tidak ada apa-apanya dibandingkan 'istana' milik Angga. Aku memang merasa sedikit minder dan kurang yakin menawarinya masuk ke rumahku, namun ia nampak antusias dan seperti tidak masalah untuk mampir ke rumahku. Kelegaan tersendiri juga melihat respon Angga yang bisa menerima keadaan seseorang tanpa pandang harta dan tahta.
"Yaudah, ayo masuk, gue bikinin minum dulu," tawarku kepadanya. Ia mengangguk dan berjalan mengekoriku. "Sorry rumah gue emang kecil, maaf kalo lo ngerasa nggak nyaman," ucapku rendah.
"Husshh, ngomong apaan sih lo, Sen. Bersyukur. Itu kunci hidup agar bahagia. So, lo jangan deh sering-sering liat ke atas. Banyak kok orang yang, maaf, dibawah lo, jadi ya maksud gue jangan suka merasa diri lo itu rendah. Di mata Tuhan derajat kita ini sama, yang membedakan itu amalan ibadah tiap manusia nya masing-masing," jelas Angga panjang lebar.
Satu lagi poin plus untuknya yang sangat bisa memotivasi orang lain. Bertambahlah rasa kagumku padanya. "Iyaa, makasih atas siraman rohaninya Angga Teguh! Salam super aja dah."
Angga terkekeh dan dengan sombong menunjukan lesung pipitnya yang bisa dibilang cukup dalam. Senyuman itu, menambah kesenpurnaan di wajahnya.
Beberapa detik kemudian, aku menggelengkan kepalaku, tersadar apa yang baru saja aku lamunkan dan aku pandangi. Ini tidak benar.
"Eum, yuk duduk mau sampe kapan berdiri terus?" Aku meletakkan tas ranselku di kursi tamu. "Gue bikinin minum dulu, lo duduk manis aja di sini."
Aku berjalan menuju dapur. Menyiapkan dua gelas minuman untuk kami berdua. Sebelumnya, aku mengikat rambut sebahuku acak. Dengan gerakan lihai, aku telah selesai menyiapkan minumnya.
Aku kembali ke ruang tamu mendapati Angga sedang menyapu pandangannya kesekitar.
"Woi! Nih minumnya," aku menyodorkan segelas air dingin berwarna oranye itu.
"Oh, iya, thanks." Angga menyeruput minumannya dan kemudian meneguknya hingga tinggal separuh gelas. "Lo sendirian di rumah? Terus bokap yang lo bilang garang itu-"
"Mungkin dia lagi keluar bentar. Entar juga balik lagi. Gue cuman tibggal berdua doang sama bokap gue, for you information."
Angga mengangguk paham. "Lain kali gue boleh dong main ke sini lagi?"
Aku memberikan senyum tipis. "Boleh kok."
«●»
Aku menyisir rambut hitamku dengan rapi. Hari ini Angga akan menjemputku dan kita akan berangkat bersama ke sekolah. Cukup menarik tawarannya sehingga tanpa pikir panjang aku menyetujuinya.
Hitung-hitung menghemat uang untuk naik angkutan umum. Selagi merapikan rambut, tiba-tiba ponsel ku bergetar dan layarnya memunculkan notifikasi pesan dari seseorang.
Aku membuka passcode di hapeku lalu munculan sebuah pesan yang dikirim oleh Angga kurang dari satu menit yang lalu.
From : Angga
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART OF DARKNESS
Teen FictionSegala hal di dunia ini bisa saja terjadi, mungkin memang tak pernah terbayangkan di detik sebelumnya. Tapi kalau sudah takdir menginginkan itu terjadi, kita bisa apa? Kita ini hanya tokoh yang bermain dalam sebuah drama, dan Tuhanlah yang mengatur...