Prolog

225 20 3
                                    


Gadis itu menekan ujung matanya. Berusaha mempertahankan bulir-bulir air kristal di kelopak mata agar tidak tumpah membanjiri pipinya.

Malam ini sudah tidak lagi seistimewa bayangannya. Setelah dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan keakraban dua muda mudi di ujung cafe.

Dengan senyum yang sangat di paksakan.Dia mendekati dua orang itu yang kini ikut menatap nya, berniat untuk memberikan sapaan. Ekspetasinya hancur seketika

Tangan nya gemetar. Lidah nya terasa kelu hanya untuk mengungcapkan sepatah kata.

Setelah berada di hadapan mereka cukup lama tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia segera berlari keluar cafe.

Tanpa memedulikan panggilan yang terlontar dari teman-temannya.
Tanpa mempedulikan tatapan heran tamu-tamunya. Gadis itu sudah tidak lagi memperdulikan acara yang di buat khusus untuk nya.

Ia terus berlari tanpa arah tujuannya hanya satu : menjauh dari keramaian.

Dibawah naungan langit yang berhiaskan bintang. Di bawah terpaan sinar Rembulan malam yang menerangi malam dari kegelapan. Gadis itu bertekad akan bermetamorfosa menjadi gadis yang sangat dingin dan tak tersentuh oleh keramaian.

Sambil menatap langit yang menyuguhkan keindahan. Gadis itu berusaha mengerti bahwa alur hidup inilah yang nantinya akan memberikan arti dari kedewasaan serta kebahagian.

Jakarta,31 Juli 2016


Valentia TR

Mentari untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang