Tangannya menopang dagu, kakinya bergerak ke kanan dan ke kiri, matanya menatap lurus ke arah matahari terbit. Lantai dua rumah Ayah keduanya menghadap langsung ke arah timur, di tempat ini, ia biasanya menunggu kedatangan Kakak angkatnya.
Ya.. Aida punya orangtua kandung lengkap, tapi karena suatu hal, Pak Dian dan Bu Ninik mengangkatnya anak setahun lalu. Ia sering mengunjungi orangtua angkatnya, mengepel ruangan di lantai dua, dan berdiri menopang dagu sambil menunggu Faris, putra kedua keluarga angkatnya.
"Nungguin ya?" Goda seseorang dari belakang tubuhnya.
Aida menoleh. "Nungguin matahari terbit." Sahutnya datar.
Faris mengecap mulutnya, Aida akan bersikap cuek jika sedang bad mood. Ia berdiri menjajari Aida, mengaitkan jemarinya dan menopangnya di atas pagar besi.
"Ada apa lagi, Da?" Tanya Faris.
"Gak apa-apa."
"Semua menunggu, turunlah!"
Aida menghela nafas, berulang kali Faris menekankan bahwa Putra akan jadi suami yang baik, tapi berulang kali juga, Aida bergeming. Aida menunduk, membuat Faris gelagapan melihat kelakuan satu-satunya saudara perempuannya.
"Harus berapa kali? Aida sukanya sama Faris." Isak Aida.
"Da? Da? Ingat Da! Aku ini Kakak mu." Faris masih gelagapan.
Aida semakin terisak, ia menyukai Faris sejak pertama kali bertemu. Dan sejak pertama kali itu juga, Faris tidak pernah menanggapi perasaannya. Faris menepuk bahu Aida pelan, ia menggiring Adek angkatnya itu menuju ruang bawah. Semua orang tersenyum lebar melihat kedatangan gadis berkebaya putih yang tertunduk itu, Faris mengamati wajah Aida, ia mengusap pipi basah Aida dengan tisu.
"Dek, semoga kamu bahagia." Bisiknya.
Aida mengangguk samar, ia mendongak dan melempar senyum tipis ke arah semua tamu undangan. Faris mendudukkan Aida di samping Putra, pria yang akan menjadi suami Aida. Pak Dian menjabat tangan Putra, pria keturunan Tionghoa yang beragama islam. Faris memandangi Aida dari samping, gadis itu terlihat begitu berbeda dengan tahun lalu. Tahun lalu, Aida masih pecicilan seperti anak kecil, sekarang dia akan jadi seorang istri.
"Sah." Gemanya mendengung di telinga Faris, ia tersenyum senang. Akad nikah sudah selesai.
Beberapa orang tengah bersalaman dengan kedua mempelai. Tiba-tiba, sebuah lagu terputar manis dalam otak Faris, ingatan saat ia dan Aida bersama-sama menyanyikan lagu itu.
Aku ingin berdua denganmu
Di antara daun gugur
Aku ingin berdua denganmu
Tapi aku hanya melihat keresahanmuSenyum Faris merekah. "Berbahagialah.. cintaku."
**
Maaf kalo gaje -_-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
RomanceKumpulan cerpen pertama yang aku publish 😊 Diberi judul Like a Rainbow karena kehidupan itu kan bermacam-macam, seperti warna pelangi. Pengalaman, kejadian, kesedihan, kebahagiaan, dan kenyataan setiap orang berbeda-beda. Cara menghadapinya pun ber...