CLBK

3.4K 60 2
                                    

Mereka sama-sama terpaku. Dalam kerumunan orang yang saling tegur sapa dan berselimut kebahagiaan, malam itu terasa kosong bagi keduanya. Balutan kebaya putih tulang beserta bunga melati, menghias indah riasan wajah Nana, cantik, begitu pikir Leon.

Leon mengedarkan pandangannya, sosok yang begitu ia kenal, kini berdiri tegap dengan setelan yang begitu serasi dengan kebaya Nana. Diki, si drummer sekolah yang terkenal sejak dulu, menikahi Nana yang pernah membuatnya jatuh cinta.

"Leon? Kau tidak mau menyalami Nana?" Leon melirik Susan, gadis yang menjadi kekasihnya sejak SMA dulu, hingga sekarang ia sudah lulus kuliah.

"Sebentar, aku haus." Ia melepas gandengan Susan dan berjalan mencari minuman.

Matanya terasa panas, kepalanya berputar-putar, lebih karena dirinya yang bertanya-tanya, kenapa masih ada Nana di sekian lama ia tak bertemu gadis itu? Nana hanya sekedar simpanannya dulu saat dirinya masih berpacaran dengan Susan, dan saat hubungan itu terasa akan membuat keduanya sakit, Leon lebih memilih untuk mempertahankan Susan.

"Hay." Leon tersenyum getir. Di sebuah ruangan yang berhias bunga melati, disana Nana duduk menatapnya dengan mata membulat. "Kau sangat cantik." Leon berlutut di depan Nana.

Nana tersenyum. "Hay.." Suaranya tercekat. Tenggorokannya terasa sakit.

Aku ingin berjalan bersamamu~ dalam hujan dan malam gelap~ tapi aku tak bisa~ melihat matamu.. Aku ingin berdua denganmu~ di antara daun gugur~ aku ingin berdua denganmu~ tapi aku hanya melihat~ keresahanmu~

Tiba-tiba Leon tersenyum. "Backsound ini.. lagu kesukaanku."

Nana tersenyum lebar, bersamaan dengan itu, embun bening yang sudah bertumpuk di pelupuk mata, akhirnya jatuh juga. "Ya. Aku tau."

Leon mengusap air mata Nana. "Apa aku terlambat menghapus air matamu?" Matanya berkaca-kaca, tapi senyum lebarnya tak sirna. "Kurasa kau juga merasakan hal yang sama denganku."

"Aku masih mencintaimu." Nana terisak. "Aku masih terus mencintaimu." Ujarnya.

Pertahanan Leon runtuh. Penyesalannya baru terasa sekarang, seharusnya Nana lah yang ia genggam, bukan Susan. Ia tak tau, semakin bertambahnya waktu, cintanya justru semakin dalam.

"Aku tidak bisa melakukan hal yang bodoh lagi." Ujar Leon. Ia mengulurkan tangannya. "Kita akan hidup bersama."

Nana meraih tangan itu. Merasakan hangat dan nyamannya. Dalam hati ia bersyukur, jendela kamarnya sedang rusak.

**

Lagi dengerin lagunya Payung Teduh yang judulnya Resah ^^ terus nulis2 jadi deh cerpen singkat nan gaje ini, semoga suka :-)

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang