The End

3.5K 68 3
                                    

"Deras hujan yang turun
Mengingatkan ku pada dirimu
Aku masih disini
Untuk setia."

Luna menghela, baris terakhir lirik lagu yang mengalun dari bibirnya, terasa pahit. Matanya menerawang jalanan yang sibuk dengan padatnya mobil, jam pulang kantor. Jalan yang tadi basah karena hujan, mulai mengering karena terkena panas ban.

Luna menaruh gitarnya di meja, lalu dengan sekejap mata, wajah murungnya penuh senyum menyapa ramah setiap pengunjung Restoran miliknya. Sekedar bertanya, dan menyapa mereka.

"Hai, Honey."

Luna menoleh, seketika itu, wanita paruh baya dengan dandanan serba sosialita menghambur memeluknya. Luna tersenyum dikulum sambil merengkuh wanita itu.

"Ibu." Bisik Luna.

"Maaf ya Ibu datang gak kabar-kabar dulu. Biar sureprize gitu."

Luna hanya tersenyum mendengar ucapannya.

"Nyonya mertua." Galih, adik kandung Luna menyalami Ibu Ina. "Mana Bang Putra?"

Bu Ina terdiam, ia melirik Luna yang juga ikut diam. "Dia sedang menemui seseorang."

"Siapa?" Galih masih nyerocos.

"Sudah-sudah, lebih baik kamu kembali kerja sana."

Galih pun mengedikkan bahu, ia berjalan malas ke belakang meja kasir.

"Nanti dia akan kesini." Bisik Ibu lirih, lalu bau parfum mahal Ibu Ina tertiup angin, saat Ibu Ina berjalan meninggalkan Luna.

Luna hanya menghela. Lalu kakinya melangkah mantap, membuka kenop pintu kaca restoran dan dengan sigap meraih selang air di depan restoran.

"Bu, biar saya saja Bu." Aryo, karyawan paling muda di restoran menawarkan diri.

"Gak perlu, cuma menyirami tanaman kan? Gak susah juga."

"Tapi, Bu tadi sudah saya sirami."

"Taman belakang? Sudah belum?"

Aryo gelagapan.

"Biar aku saja." Luna tersenyum samar lalu kakinya kembali bergerak cepat menuju taman belakang.

Disana, tertanam banyak bunga anyelir dan mawar kuning. Luna menyalakan keran dan mulai menyirami taman kecil itu. Ia memang sengaja membuat taman kecil ini khusus untuknya dan karyawan saat ingin melepas penat. Bunga anyelir dan mawar kuning adalah bunga kesukaan Ibu mertuanya.

Luna menatap kosong sebatang bunga mawar, bunga itu bergoyang karena terkena siraman airnya. Luna berjalan mendekat, beberapa kelopak bunga itu terlihat rontok di tanah. Tanpa sadar, Luna berjongkok, memunguti satu persatu kelopak itu.

"Aku lelah sekali." Bisik Luna, seakan kelopak itu bisa mendengarnya. Air mata Luna ikut meluncur jatuh, apa yang ia coba pertahankan akan segera hancur.

Kemarin malam, Putra berniat menceraikannya. Pernikahan yang masih berjalan dua tahun, dengan mudahnya kandas hanya karena keinginan Luna untuk kuliah lagi. Entah kenapa, Putra berubah seemosional itu.

"Aku tidak apa-apa."

"Benarkah?"

Luna tak sadar. Isakannya semakin keras. "Aku mencintaimu." Ia membenamkan kepalanya ke pelukan kedua lengannya.

Putra berdiri termangu, Luna tak mendengar kedatangannya. Bahkan suaranya pun tak didengar oleh Luna. Luna sibuk menangisi kelopak bunga mawarnya yang rontok.

"Aku cuma minta waktu mu di rumah. Saat aku datang, kau ada. Itu saja."

Luna beranjak dari tempatnya. Menatap Putra yang balik menatapnya datar.

Luna masih diam.

"Maaf." Putra berjalan pelan. Tangannya terulur, ia merengkuh tubuh istrinya itu.

"Maafkan aku juga." Lirih Luna.

"Aku mencintai orang lain." Suara Putra terdengar seperti helaan nafas di telinga Luna. "Cinta ku terbagi."

Luna diam. Matanya terbuka lebar, dan air matanya meluncur deras.

Putra mempererat pelukannya. "Sayang, kau akan jadi Ibu."

Luna mendorong Putra keras. "Maksudnya?"

"Saat kau pingsan dua hari lalu, Dokter Yudha bilang, kau hamil." Putra berkata sambil menunjukkan secarik kertas.

"Jadi.."

"Tentu aku marah. Kau mau kuliah dengan keadaanmu sekarang? Mau ku ikat kamu?"

"Oh." Pekik Putra. Luna memeluknya erat, sampai Putra hampir terjengkang. Luna tersedu dipelukannya.

"Terima kasih. Terima kasih."

Putra membalas pelukan istrinya erat. "Terima kasih juga."

**

Last yeee ^^ edisi terakhir buat kumcer yg ini yak. Edisi terakhir harus happy ending dong yak ^^
Thank you for always support and keep vomment :-)

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang