06 November 2015
"...setelah itu baru pakai rumus ini. Kelihatannya sulit, tapi mudah kok, coba kalian kerjain." Si gadis hitam manis memberi sedikit penjelasan pada kelompoknya. Matematika memang cukup menguras otak, tapi bagi si gadis, Matematika cukup bisa ia tangani.
"Woy? Kedip dong!" Seru seorang siswa laki-laki pada si pria.
Gelagapan, si pria menunduk.
"Ada apa?" Si gadis bertanya.
"Dia ngliatin kam-"
"Enggak." Sela si pria. "Kita lanjut belajar."
Merasa aneh, si gadis menatap si pria penuh selidik. Sadar diperhatikan, si pria mendongak. Ketika mata mereka bertemu, serempak, mereka menunduk.
02 Desember 2015
Si gadis celingak-celinguk. Kelompok Matematikanya tidak ada yang datang untuk mengerjakan tugas, kecuali si pria.
"Kita mulai sekarang saja ya?" Si pria memecah suasana sore itu.
"Em?"
"Kenapa?"
"Enggak. Ayo mulai."
Suasana sedikit aneh saat hanya mereka berdua disana. Mereka bekerja tanpa bersuara. Saat si gadis melirik si pria dan pada saat yang sama, si pria juga menoleh ke arahnya. Lagi, mereka menunduk bersama.
"Sudah gelap, kamu berani pulang sendirian?"
Si gadis menatap berkeliling. "Sepertinya berani."
"Sepertinya?" Ulang si pria. "Aku antar saja bagaimana?"
"Hem?"
"Cuma mengantar saja, gak aneh-aneh." Sahut si pria, seakan tau nada terkejut si gadis.
"Tidak perlu. Nanti malah ngerepotin." Si gadis memakai helmnya.
"Tidak apa-apa. Bagaimana kalau sampai perempatan jalan B saja?"
Si gadis terdiam. Darimana dia tau rumahnya? Pikir si gadis.
"Baiklah."Sepanjang perjalanan, si pria mengendarai motornya di belakang si gadis. Dari jarak 2 meter di belakangnya, sesekali si gadis menengok dari kaca spionnya. Ternyata jalanan sepi, untung saja si pria mengantarkannya pulang.
"Terima kasih." Ujar si gadis saat berhenti di perempatan jalan.
"Sama-sama."
Lalu mereka berpisah. Si gadis melaju lurus dan si pria berbalik arah. Dalam perjalanan pulang masing-masing, dari balik kaca helmnya, mereka tersenyum.
14 Desember 2015
"Ayo! Ayo!" Seru teman-teman kelompok si pria, kecuali si gadis.
"Malu." Ujar si pria. "Lain kali aja."
"Ayolah! Aku udah bawa gitar dari rumah."
Si pria melirik si gadis, wajahnya berubah sumringah saat si gadis ikut menyorakinya. Mereka meminta si pria untuk sedikit bernyanyi.
"Kalo gak buat kita, buat si itu aja deh." Teman di samping si pria mengedikkan dagu ke arah si gadis.
"Aku?" Pekik si gadis.
"Siapa? Loh, ya buat si Rini dong. Ya kan? Rini." Sahut teman lain sambil menaik turunkan alisnya.
Si pria terdiam. Ia melirik si gadis yang menatapnya tanpa ekspresi. Rini ya? Pikir si pria.
"Rini siapa?" Tanya si gadis.
"Sudahlah! Menyanyi saja!" Sorak yang lain
Akhirnya malam tiba juga~ Malam yang ku nantikan sejak awal~
Malam yang menjawab akhir kita~ Inikah akhir yang kita ciptakan
Dan pagi takkan terisi lagi~ Lonceng bertingkah sebagamaina mestinya Membangunkan orang tanpa membagi sedikit asmara untuk memulai hari~~
Tidurlah Malam terlalu malam~ Tidurlah pagi terlalu pagi
![](https://img.wattpad.com/cover/77418373-288-k997443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
RomanceKumpulan cerpen pertama yang aku publish 😊 Diberi judul Like a Rainbow karena kehidupan itu kan bermacam-macam, seperti warna pelangi. Pengalaman, kejadian, kesedihan, kebahagiaan, dan kenyataan setiap orang berbeda-beda. Cara menghadapinya pun ber...