Chapter 3

230 40 27
                                    

Aku sudah muak dan menjadi kenyang karena si brengsek itu, mempermalukan aku dua kali di depan umum. DUA KALI!

Aku pergi dengan orang-orang yang bingung melihatku, dengan emosi yang ingin meledak tapi benar-benar kutahan saat ini.

***

-Alex's POV-

Aku muak dengan si nona sialan tadi. Kenapa dia masih saja mempermasalahkan masalah tadi siang? Aku bahkan sudah mengganti uangnya. Dan masih saja dia begitu.

Melempar muka ku yang tampan ini dengan minum nya itu? Sudah 2 kali dia melempar ku dengan minuman nya yang sialan! Yang pertama di baju belakangku, dan yang kedua di muka ku. oh, dasar nona sialan!

Sekarang aku berjalan cepat untuk masuk ke mobil, dengan perasaan kesal.

Tapi tunggu dulu,

kenapa rasanya lama sekali aku berjalan ke mobil? Perasaan tadi aku memarkirkannya di depan tempat makan tadi.

Aku pun berhenti. Melihat kebawah, sambil berpikir dengan berdecak pinggang. Melihat sekeliling lalu melihat kebelakang, dan ternyata aku sudah kelewatan berjalan.

Sial! Aku ini kenapa sih? Kenapa aku jadi seperti orang linglung sekarang? Oh, ini semua karena dia, si nona sialan. Umpatku dalam hati dan mengaruk-garuk kepala ku, yang sama sekali tidak gatal dengan kesal.

Eh, sudah berapa kali aku menyebutkan nama nya dipikiranku? Ah sudahlah, untuk apa memikirkannya? Benar-benar tidak penting.

Aku berjalan lagi berbalik ke belakang untuk masuk ke mobil ku dan pergi.

- - -

-Kate's POV-

Ugh! Aku pikir dengan aku makan di tempat tadi aku bisa melupakan si brengsek itu!

Tapi kenyataanya, malah aku bertemu lagi dengan si brengsek itu dan mempermalukan ku lagi. Ya, lagi.

Aku berjalan keluar dari tempat makan itu dengan muka kesal. Menyebrang jalan bersama beberapa orang di zebracross saat lampu merah.

Aku masuk ke apartemen, beranjak masuk ke lift masih dengan muka kesal dan ada orang disamping ku yang mau naik keatas. Sepertinya dia orang baru disini

"Hei," sapa orang disamping ku tadi sambil senyum.

Aku langsung menoleh ke arahnya "oh, hai juga," ucapku sambil tersenyum kecil memandang pria disamping ku ini.

oh, lihat senyumnya itu, manis sekali. Sangking manisnya benar-benar membuat ku melupakan..

si bangsat.

eh? Si bangsat? Tidak tidak. Oh, si bajingan aku baru ingat.

eh, lagi pula sama sajakan? Ugh, kenapa aku ini? Eh tunggu dulu, aku bilang tadi pria ini senyumnya manis? Oh, iya emang benar ternyata. Sampai-sampai senyumnya seperti mengalihkan dunia ku!

Tapi,

kenapa aku jadi labil begini?

"Eh..? Apa kau baik-baik saja..?" tanya pria itu kepada ku dengan bingung

When Hate Becomes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang