Chapter 10

71 4 0
                                    

"Jadi Cassie, apa yang ingin kau katakan semalam?"

Kami berdua sedang duduk berhadapan di sebuah cafe yang tidak jauh dari kampus. Kami memutuskan untuk tidak mengikuti pelajaran sekarang karena pelajaran yang cukup membosankan termasuk gurunya.

"Katakan apa?"

Mendengus kesal, "Yang semalam kau ingin berkata sesuatu padaku, tapi kau lupa,"

Berpikir sejenak dengan mengalihkan matanya kearah meja tempat makan, kurasa ia coba mengingat-ingatnya. "Oh, itu. Aku baru ingat,"

Dia mulai memposisikan duduknya senyaman mungkin di sofa, sambil melihat sekitar kiri dan kanan seperti memastikan tidak ada orang yang boleh mendengar kami mengobrol, Lalu menatap mataku serius. "Disini tidak ada Steve, bukan?"

Sedikit terkejut, "T-tidak kurasa?" mataku juga ikut melirik kiri, kanan, dan belakang termasuk depan kami, untuk memastikan bahwa Steven tidak ada disini. "Memang, kenapa kalau dia disini?"

"Ya, kau pasti tau alasannya. Kita akan membicarakannya disini." Ucap Cassie dengan kedua tangannya saling menyilang berada di atas meja makan. Aku mulai menatap Cassie dengan sedikit takut sekarang. Ntahlah mengapa.

"Kau tau, aku tidak sengaja mendengar perbincangan Steven saat dia sedang menelfon kemarin."

"Kau bisa dengar? Tapi aku tidak mendengarnya kemarin karena jarak kita dengannya cukup jauh."

"Tentu saja Kate," ucapnya dengan mengrenyitkan alisnya nada kesal padaku. "kau memakai headseat waktu itu."

"Oh astaga kau benar." kataku sambil tertawa. "Baiklah, apa yang kau dengar darinya kemarin?" tertawaku mulai mereda dan kembali bertanya pada Cassie apa yang dikatakan Steve semalam. Jujur saja aku tidak bisa mendengarnya karena selain memakai headseat, jarak dia mau mengangkat telfon saja jauh dari kami. Ibaratnya, dari ujung kiri sampai ujung kanan ruangan.

"Ntahlah aku juga tidak terlalu jelas mendengarnya, tapi kurasa ia seperti sedang berdebat kecil dengan seseorang."

Seketika itu, ingatanku tiba-tiba mengingat saat aku dan Steve berada perjalanan pulang dari kampus, seseorang menelponnya tetapi ia enggan untuk mengangkatnya.
Apa ini masih ada hubungannya dengan Luke itu? Bahkan dia sampai melewatkan beberapa pelajaran pertama di kampus hanya untuk bertemu dengan Luke. Siapa sebenarnya Luke itu? Mengapa Steven enggan menceritakan Luke padaku? Oh astaga, aku harus segera tau masalah yang satu ini. Seperti ada yang tidak beres antara Luke dan Steven.

"A-apa kau mendengar perbincangan mereka?" kurasakan raut wajahku mungkin kelihatan lebih tegang bercampur khawatir.

"Tidak, tapi kulihat Steven sangat kesal dengan orang yang menghubunginya saat itu."

"Apa kau tau soal itu, kate?" Cassandra kembali bertanya padaku.

"Y-ya, kurasa aku tau. Tapi tidak pasti. Karena dia tidak mau memberitahuku soal itu. Kau tau, bukan hanya kemarin saja dia mengangkat telponnya seperti itu. Tapi tetap saja, dia seperti mengalihkan pembicaraan saat bertanya padanya soal itu."

Dia mengangguk mengerti atas jawabanku tadi, dan sepertinya sudah melihat raut wajahku yang berbeda dari sebelumnya. "Kalau begitu, kurasa kau harus mengetahui masalahnya, Kate. Bukan bermaksud untuk ikut campur, tapi bisa saja kau yang tidak mengetahui apa-apa, menjadi ikut terkena dalam masalah Steven itu nanti."

Saat aku akan menjawab, pelayan cafe ini datang dengan minuman yang kami pesan tadi. Dia meletakkan secangkir hangat greentea latte di hadapanku, dan vanilla latte dihadapan Cassie. Setelah itu, dia pergi meninggalkan kami. Melihat kearah jendela ternyata diluar sedang hujan, membuat udara semakin dingin. Kuputuskan untuk mengambil secangkir minumanku tadi dan menyeruputnya sekali, lalu meletakkan kembali keatas meja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When Hate Becomes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang