"Nah stop. Parkirin mobil kamu di sini aja. Aku tunggu di bawah pohon itu ya". Queen menunjuk satu pohon rindang yang terdapat satu tempat duduk panjang di sana. Setelah memarkirkan, ashraf berjalan menuju queen.
"Indah ya pemandangannya".
"Mau aku ceritakan sesuatu?".
"Tentu saja, dengan senang hati".
"Dulu, aku sering menikmati senja bersama Bayu. kita mengoceh berjam-jam di pinggir pantai untuk menanti senja. dia pernah berkata bahwa senja secantik diriku. Saat itu aku masih SMA jadi aku senang saja dikasih gombalan receh seperti itu. Hahahh". tawa queen yang berlangsung singkat.
"kamu masih mencintai bayu?". queen menggeleng pasti. Suasana masih dipenuhi suara semilir angin dan ombak.
"Kau tau, apa hal terlucu yang pernah aku alami?"
"Apa queen?".
"Berjalan dengan seorang yang mukanya lebam dan orang-orang melihatku dengan tatapan seolah menuduh bahwa aku penyebabnya dan aku membalas tatapan mereka seolah berkata -nggak, bukan aku. Kalian salah paham-". mereka berdua tertawa renyah bersama.
"bukan kamu penyebabnya tapi ini". Ashraf menunjuk dadanya. Queen menautkan alisnya -kenapa bisa?-
"Rasanya liat air mata kamu menetes karena hal yang sama dan orang itu orang ece-ece seperti Bian, Ada rasa nggak terima waktu liat mata kamu meneteskan air mata hanya karena alasan murahan seperti ini". Queen hanya tersenyum.
"Apa yang membuatmu menangis tadi?"
"Dia hanya nenjelaskan sesuatu yang benar-benar nggak masuk akal. Dan dia bercerita seolah-olah it benar terjadi".
"Apa yang dia katakan?".
Flashback
Tok tok tok
Queen berlari ke arah pintu. Menekan knop pintu ke arah bawah.
"Bi?"
"Boleh aku masuk queen?". queen mengangguk dan mempersilahkan Bian masuk. Bian duduk di sofa ruang tamu queen, bian melihat-lihat seisi ruangan dan foto-foto queen dan Rida yang terpajang disana. Sesaat kemudian rida datang menemui bian.
"Loh sejak kapan bi?".
"Baru aja kak".
"Ini bi minum dulu tehnya". Queen meletakkan segelas teh hangat yang sedikit mengeluarkan kepulan uap mendandakan teh itu sedikit hangat.
"kok bisa tau alamat rumah queen bi?".
"Kemarin pas kejadian itu aku ikutin mobil cowok yang bawa queen". Rida mengangguk mengerti. Queen masih membolak-balikkan mushaf yang dipegangnya.
"Apa kabar queen?". Queen diam tak bergeming. Rida menyenggol siku queen. Queen menatap rida bingung.
"itu kamu ditanyain kabar sama Bian".
"Baik". Jawab queen singkat dengan tatapan yang masih fokus pada mushaf merah mudaayang dipegangnya.
"Em queen, apa kamu marah?" queen menggeleng tanpa melepas pandangannya dari mushaf. Mungkin kalian pikir queen nggak begitu sopan dengan tamu yang dihadapannya saat ini. Tapi sungguh, queen hanya tidak ingin menampakkan sisi lemahnya (lagi) pada bian.
"Queen aku ingin menjelaskan se-".
Queen mencium mushafnya lalu menutupnya dengan perlahan."Nggak perlu, undangan itu sudah menjelaskan semuanya bi".
"Tapi kamu perlu tau alasanku kenapa secepat itu nikah sama dia. Padahal kuliahku aja belum kelar".
"aku nggak perlu alasan kamu. Kamu sudah menikah, cukup itu aja yang sudah aku tau. Dan aku nggak mau tau apapun lagi tentang kalian. Itu bukan urusanku".
"Tapi aku harus jelasin, aku yakin kamu pasti salah paham queen. tolong sekali ini saja".
"Salah paham apa? Iya aku salah paham menganggap ucapan kamu waktu itu serius, padahal cuma gombalan gak jelas yang keluar dari cowok yang baru aja lulus SMA. Dan bodohnya lagi, aku percaya. Queen menghela nafas panjang
"dan menunggunya".
"Jadi kamu menungguku?"
"tidak lagi".
"Aku perlu jelasin ini, mau dengerin atau engga itu terserah kamu queen. Aku bahkan nggaktau menau masalah pernikahanku. Tahun lalu aku ke Indonesia, aku diminta pulang oleh ayah dan ibu dengan alasan ada hal penting. Ketika aku pulang, keesokan harinya aku langsung dibawa menuju sebuah acara lamaran. Entah aku benar-benar nggaktau apapun masalah ayah yang sudah menjodohkanku saat aku masih di jerman. Setelah itu aku diminta menikahi dengan seseorang yang bahkan aku nggak tau namanya. Aku baru tahu bahwa namanya adalah Rara saat aku akan mengucapkan ijab qabul. Aku tidak bisa keluar dari situasi seperti itu queen. Baru setelah itu aku memberanikan diri bertanya pada ayah kenapa dia menjodohkanku secepat itu. Dan ayah bilang rara hamil di luar nikah". Tatapan queen sedikit menampakkan sisi keterkejutannya. Matanya sedikit terbelalak. -istri bian hamil? Di luar nikah? Bagaimana bisa? Apa bian yang menghamilinya? Oh nggak, nggak mungkin. Tapi kenapa ayah bian menjodohkan bian dengan wanita seperti itu? Apa nggakda wanita lain?- berbagai pertanyaan memenuhi otak queen.
"Rara adalah anak dari sahabat ayahku. Dulu, orang tua rara yang membantu usaha ayahku sampai bisa seperti sekarang. Ayah merasa memiliki hutang budi pada mereka. Jadilah ayah menjodohkanku untuk menutupi aib rara ini. Saat menikah denganku, usia kehamilannya sudah empat minggu. Sebenarnya tidak etis kalau aku membuka aib istriku pada orang lain, tapi ini demi perasaanmu, perasaanku juga queen". Bian menarik nafas singkat dan melanjutkan ucapannya.
"Aku mencintaimu queen, sungguh. Liat mata aku. Aku nggak bohong queen. Dan ucapanku waktu itu bukan bualan doang".
"Cukup bi! don't say anything again!".
"Queen tapi aku mencintaikmu, dan waktu aku tau Ashraf adalah calon suami kamu itu rasanya beneran sakit queen".
"Aku bilang cukup Bi, apa gini sikap seorang suami pada perempuan yang bukan mukhrimnya? Istighfar Bi! Istighfar!".
"Queen tapi-".
"mending kamu pulang aja Bi. Aku nggak mau liat kamu disini lagi".
Bian diam belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan enyah dari hadapan queen.
"Pergi Bi!". Isakan queen terdengar sangat jelas. Bian memutuskan melangkahkan kakinya keluar.
flashback off
➖➖➖
Update sedikit dulu ya.
Oh iya, hana mau ngucapin HAPPY EID MUBARAK MINAL AIDZIN WALFAIDZIN.
see you next part readers.Love,
Hanna♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja yang Berbeda
SpiritualSeorang gadis yang mengawali hijrahnya karena sebuah perpisahan. Bertemu dengan laki-laki baru yang tak pernah ditemui sebelumnya. Seorang muallaf. Penasaran kisah romantisnya? Read!