.
Disinilah mereka, entah apa yang akan terjadi esok tapi yang pasti penantian yang panjang.
"Aku janji, kok" Sasuke tersenyum mendengar jawaban dari perempuan dihadapannya.
Kemudian sebelum ia akan beranjak masuk, satu kecupan ringan didahi ia layangkan disusul dengan tawa ringan keduanya.
Sasuke hanya bisa tersenyum, sedangkan Hinata pun sama, sebenarnya ini hanyalah perpisahan sementara, yap tiga tahun itu gak lama kok.
Setidaknya janji sederhana akan membuat mereka bersatu.
Hinata memandang pesawat yang telah take off ia tersenyum, tapi tetap tak bisa menahan tangisannya.
.
Sasuke kuliah di USA, sedangkan dirinya akan pergi ke Australia, masih sedikit ragu dengan janji Sasuke yang katanya akan melamar dirinya, tetapi satu hal yang paling ia sukai dari pemuda yang angkuh itu; ia tak pernah mengingkari janji.
Sesudah Hinata membereskan barang-barangnya, seminggu setelah Sasuke pergi kini gilirannya, sayang sekali tak ada yang mengantarnya kebandara.
Hinata masih menduga-duga apakah apartemen yang sudah disediakan ayahnya itu sesuai dengan yang ia katakan semalam.
Yah, oke ia juga harus memeriksa barang-barangnya bagaimana jika ada yang ketinggalan, itu tidak bisa terjadi, Australia dan Jepang itu jauh!
Hinata duduk memejamkan mata, ia menikmati penerbangan ini, sesekali ia melihat kearah jendela sambil tersenyum, ia mengingat-ingat letak Universitas Sasuke kemudian kembali tersenyum.
Sasuke..
Bisakah sekali saja dia berhenti memikirkan pemuda angkuh itu?! Tampaknya Sasuke memang sudah mengisi berbagai kenangan indah dalam memori Hyuuga Hinata yang bahkan tak pernah mengenal apa itu kenangan indah.
Uchiha Hinata.
Mungkin begitu lebih baik.
.
Hinata duduk menunggu jemputan yang dikatakan ayahnya, tapi yang benar saja, ini bahkan sudah 30 menit berlalu dan tidak ada tanda-tanda manusia yang dikatakan ayahnya.
Ugh!
"Hyuuga Hinata?" kini Hinata mendongkak memberi perhatian sepenuhnya kepada suara berat yang memanggil namanya.
"Hm, kau?"
"Oh, aku disuruh ayahmu" lalu pemuda tersebut kembali berbalik dan membuka pintu mobilnya.
Sombong sekali. Begitu pikir Hinata.
Bagaimana tidak, pemuda itu langsung menaiki mobil dan berkata bahwa jika ia tak naik maka pemuda tersebut akan berlalu.
Memangnya dia pikir dia siapa?!. Lagi-lagi batin Hinata menggerutu.
Masih duduk diam tanpa suara, sampai pemuda disampingnya memecahkan suara "kau Universitas sama denganku, jadi ayahmu mengatakan agar aku sering membantumu"
"Aku tidak butuh bantuanmu" ucap Hinata sedikit sebal.
Pemuda disampingnya menaikan sedikit ujung bibirnya "aku berharap tidak membantumu, cepat-cepatlah beli peta"
Benar, ia sangat angkuh.
Hinata kembali terkejut saat mengetahui bahwa apartemennya bersebelahan dengan pemuda itu?!
Apa-apaan ini! Stop ini bukan DRAMA KOREA!
Setalah menutup pintu dengan gerakan gesit, Hinata langsung menelpon ayahnya.
Oh Tou-san!
"Halo nak"
"Ayah siapa-"
"Oh, itu Gaara, ayah mengira kalian saling kenal soalnya dia lulusan SMA sama denganmu, lagian dia anak sahabat ayah, tenang saja dia anak baik"
Baik apanya?!
"Lalu soal apartemen itu?" Hinata sungguh kesal dengan rencana yang sangat-sangat diluar harapannya.
"Ayah sengaja, lagian dia sudah lama di Australia, dia bisa memandumu, bersikap baik terhadapnya karena dia senang hati melakukan semua itu"
"Tapi kan-"
"Jangan lupa, bersikap baik terhadapnya"
Dan sambungan telepon terputus.
Kenapa aku harus bersikap baik terhadapnya?!
Tapi tunggu, Gaara? Nama yang tidak asing.
Tok tok.
"Tunggu!" Hinata sedikit berteriak, kini dirinya hanya mengenakan celana pendek hitam dan kaos serta rambut yang diikat.
Hinata membuka pintunya "ada perlu apa?" ucapnya ketika melihat siapa yang datang.
"Barangmu ketinggalan dimobilku"
"Oh, mana?" tanya Hinata ketika melihat Gaara datang dengan tangan kosong.
"Apa? Mana? Kau menyuruhku mengambilnya untukmu? Ambil sendiri nyonya" dengan senyum angkuh Gaara menyematkan kunci mobilnya ketangan Hinata kemudian kembali masuk kedalam apartemennya.
"Dasar sombong, ku adukan kau ke Sasuke!" gerutu Hinata kemudian memasuki lift.
.
.
Continue
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe i'm happy
FanfictionMengapa manusia hanya melihat dari penampilan saja? belum tentu mereka yang terlihat bahagia itu betul-betul bahagia. Aku Hinata, dan jangan remehkan kemampuan ber-Aktingku, aku bahagia, mungkin, bahagia dalam tekanan, walau ketika malam datang, tan...