.
Sydney Opera House.
Hinata terkagum dengan arsitektur didalam kapal pesiar sekarang, ia bahkan mengabdikannya dalam kamera yang ia bawa.
Hinata melirik Gaara "bagaimana?"
"Tidak buruk" Hinata tersenyum.
Ia pergi berpencar untuk menemukan bagian yang menarik menurutnya, ia bahkan membiarkan Gaara yang melihat-lihat, oh ia sekarang lupa akan keberadaan Gaara.
"Gaara!" suara yang begitu familiar. Gaara membalikan badannya, darahnya berdesir, seketika badannya kaku.
Perempuan itu tersenyum melihat dirinya, satu langkah yang pasti, perempuan tersebut seketika menghambur kepelukannya.
Hinata masih diam tak mengerti "Gaara?"
Gaara terkejut, ia melihat Hinata yang kebingungan, dengan satu paksaan dengan kasar ia melepas pelukan perempuan tersebut.
"Dia siapa?" tanya perempuan dihadapan Gaara yang bingung melihat Hinata.
Tanpa mempedulikan pertanyaan perempuan tadi, Gaara menarik tangan Hinata menjauh dari perempuan yang tadi memeluknya. Hinata masih bingung dengan semua yang terjadi, pertanyaan memenuhi kepalanya.
Apa yang terjadi antara Gaara dan perempuan tadi?
"Gaara, dengar dulu penjelasanku" ucap perempuan tersebut ketika melihat Gaara menjauh melewatinya.
Gaara berhenti "jangan pernah sok kenal denganku, Carla"
Gaara meneruskan langkahnya yang sempat terhenti kemudian pergi berlalu dengan tangan yang memegang tangan Hinata. Sementara perempuan yang ia panggil Carla menatap Hinata dengan tatapan tajam, seolah tak rela Gaara dekat dengan Hinata.
Carla? Siapa dia?
.
Suasana menjadi canggung, Gaara tak menunjukan aura yang bersahabat, mungkin karena pertemuannya dengan perempuan bernama Carla tersebut, yah ini diluar harapan Hinata, alih-alih ingin membuat Gaara senang malah berubah memperburuk suasana. Hinata masih terlalu takut untuk sekedar bertanya tentang Carla, walau sebenarnya ia sangat penasaran dengan Carla.
"Maaf, semua jadi berantakan" ucap Gaara menyandarkan tubuhnya dibangku taman dekat kapal pesiar yang mereka kunjungi tadi.
Hinata menghadap kesamping memfokuskan dirinya pada lelaki disampingnya "Gaara, kalau kau tidak keberatan, kau bisa bercerita padaku.. Kalau kau ingin"
"Memangnya, ada ya yang mau.. Mendengarkan ceritaku?"
Hinata cukup terkutik "kenapa berbicara begitu?"
"Oh, tidak"
Hinata meletakan telapak tangannya diatas telapak tangan Gaara, tak bermaksud untuk menautkan jari "kenapa berbicara begitu sedangkan aku akan selalu menjadi pendengar yang baik"
Hinata merasa Gaara bukanlah seorang yang jahat seperti dikatakan oleh teman-temannya dikampus "aku ingin bercerita tapi bukan soal Carla"
"Aku tidak memaksa"
Tatapan Gaara mendalam memasuki tiap sudut mata Amethyst Hinata "kau tidak merasa takut denganku?"
Hinata cukup kebingungan dengan pertanyaan yang dilontarkan Gaara "aku merasa nyaman, lagian kenapa aku harus takut" ia sedikit tersenyum ketika mengatakan hal itu, meniru ucapan Gaara.
Suasana menjadi lebih baik sekarang "aku melihat nilaimu, cukup memuaskan. Pihak kampus menawarkan praktek dan menyuruhku memilih salah satu mahasiswa yang cukup handal. Kulihat kau hebat dalam bedah" ucap Gaara panjang lebar.
Hinata masih belum mengerti, tentu saja. Gaara belum mengatakan intinya "aku akan memilihmu, bagaimana?"
"Aku tidak keberatan"
"Baguslah, seminggu lagi kita akan berangkat" Gaara kembali menyandarkan tubuhnya dibangku taman sembari menutup matanya.
Hinata masih memfokuskan pandangannya pada Gaara yang sedang menutup matanya "Berangkat? Aku mengira, kita akan melakukan praktikum dikampus"
"Kita akan ke USA"
Hinata membisu.
USA?
Kali ini Hinata yang semakin sumringah "aku ikut!"
"Sasuke harus kukenalkan denganmu!" lanjut Hinata. Mengundang pertanyaan pada benak Gaara.
Gaara membuka matanya "kenapa harus?"
"Iya, pokoknya hal itu diharuskan" Hinata semakin bersemangat menunggu seminggu lagi.
.
"Halo?"
"Ayah, aku akan berangkat besok" ia mengambil barang-barangnya dilemari.
"Ayah mengira kau berangkat bersamanya"
"Tidak, aku akan menemui seseorang disana" ia tampak kesal.
Kali ini koper yang tadinya kosong berisi barang bawaan yang cukup untuk dua minggu.
"Memangnya ada apa dengan kalian berdua?"
"Aku tak tahu, tapi yang pasti aku kenal perempuan yang berani merebut dia"
"Kau memang selalu begitu, nak"
"Baiklah, tiket akan ayah kirim besok"
Ia tersenyum puas "aku sayang ayah" setelahnya sambungan telepon terputus.
.
.
.
.
.
Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe i'm happy
FanficMengapa manusia hanya melihat dari penampilan saja? belum tentu mereka yang terlihat bahagia itu betul-betul bahagia. Aku Hinata, dan jangan remehkan kemampuan ber-Aktingku, aku bahagia, mungkin, bahagia dalam tekanan, walau ketika malam datang, tan...