Part 3

921 63 1
                                    

.

Sasuke menyadari bahwa ia dan Hinata memang selalu dikelilingi teman-teman, dibangga-banggakan, selalu ditinggikan, tentu saja ia sendiri tahu semua karena marga yang melekat padanya dan Hinata.

Tapi ada yang berbeda menurut Sasuke, jika ia dikelilingi teman-teman, ia tak suka berpura-pura memasang tampang suka, kalau ia marah ia tak suka memasang tampang tak marah.

Tapi Hinata beda, ia selalu memasang tampang bahagia, padahal Sasuke jelas tahu bahwa mereka sama, sama-sama kesepian, sama-sama dituntut, dan sama-sama terbiasa untuk sendiri.

Punya keluarga kaya, bukan berarti bahagia, hidup diatas uang bukan berarti bahagia, apalah arti bahagia jika kehangatan keluarga tak pernah ditemukan, apalah arti bahagia jika bahkan kasih sayang orangtua tak pernah dirasakan.

Semua terlalu sibuk mempertaruhkan kedudukan, hidup yang layak, hidup yang puas, dan nama yang tersohor.

.

Sebulan lamanya Sasuke dan Hinata mengenal, makin dekat dengan status teman, lebih sering terbiasa dengan sifat masing-masing.

Tapi Sasuke semakin hari semakin menjauh tanpa alasan yang jelas, tak tahu kenapa, semakin cuek dan semakin dingin.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi satu jam yang lalu, tak membuat Hinata enggan untuk menunggu dikoridor yang sepi, alasannya menunggu adalah Sasuke yang sedang ekskul.

Pria yang ditunggunya sedang berjalan kearahnya, Hinata hendak akan memulai percakapan namun hatinya mencelos, Sasuke melewatinya begitu saja.

"Sasuke!" tak peduli dengan panggilannya.

"Sasuke berhenti!" tetap berjalan tanpa peduli padanya seolah mereka tidak saling mengenal.

Hinata berjalan dengan cepat saat Sasuke hendak membuka mobilnya, singkat cerita; Hinata didepan Sasuke saat Sasuke hendak membuka mobilnya.

"Minggir"

"Kenapa kau menjauh"

"Bukan urusanmu" untung saja keadaan sekolah yang telah sepi, jadi tak seorang pun yang melihat momen yang sangat langka tersebut.

"Itu urusanku"

"Minggir Hyuuga"

"Aku tidak mau Uchiha" adegan sindir-menyindir terjadi, tak ada yang mau mengalah.

"Aku ingatkan, aku tidak mau menggunakan kekerasan" pandangan Sasuke menusuk.

"Aku tidak peduli"

Kemarahan Sasuke berada dipuncak sekarang "Apa sih mau kamu! Hah?!"

"Aku nggak mau kamu menjauh! Itu mau aku!"

"Kau kira kau siapa" Sasuke terkekeh dengan sedikit memperdengarkan ejekan.

Hinata terdiam tak menyangka kata-kata seperti itu keluar dari mulut Sasuke "Ya, kau benar"

"Maaf ya, sudah mengganggumu" lanjut Hinata.

"Kau benar, aku bukan siapa-siapa"

"Harusnya aku sadar diri dong!" Hinata menunduk kemudian memperlihatkan senyum yang sulit diartikan.

Setelahnya, ia menyingkir dari hadapan Sasuke, berjalan tanpa arah tak mengerti kenapa dirinya sebodoh itu.

Kau kira kau siapa.

Tidak berdarah tapi sakitnya minta ampun.

.

Bayangan dirinya dan Hinata tadi membuat Sasuke tak bisa tidur, terlihat jelas ekpresi sakit dari Hinata, kenapa sih ia bodoh sekali.

Maybe i'm happyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang