.
"Gaara" Hinata tersenyum saat melihat Gaara keluar dari apartemennya.
Melangkah lebih cepat agar dapat menyeimbangi langkah pemuda yang ia panggil tadi "tenang, aku sudah tahu rute kita" masih dengan senyum lebar.
Gaara terdiam, walau sekasar apapun ia pada Hinata, gadis disampingnya seperti tak mengenal kata benci atau menjauh, selama ini ia bahkan dijauhi beberapa temannya hanya karena sikapnya.
Begitupun dengan kekasihnya, tapi Hinata berbeda. Hal itu cukup membuat Gaara sedikit terkutik, padahal dulu ia selalu menganggap semua wanita itu sama.
"Kau belajar dari mana?" Gaara sedikit menoleh kearah Hinata yang tersenyum memancarkan aura bersemangat.
Hinata terkikik tak jelas "kau pasti akan tertawa mendengarnya-semalam aku banyak bertanya pada Sasuke" Hinata tertawa pelan mengingat dirinya yang konyol semalam.
Gaara membisu "siapa Sasuke?"
"Eh.. Kau tidak mengenal Sasuke? Aku mengira bahwa kau kakak kelasku sewaktu SMA"
"Aku tidak SMA diJepang, aku sudah lama diAustralia sejak SMA" Hinata mengangguk-angguk berarti ayahnya salah.
"Lagian, kenapa aku harus kenal dengan Sasuke. Cih" lanjut Gaara.
Hinata tertawa mendengar Gaara mendecih, ia naik kemobil lalu memasang sabuk pengaman sama seperti Gaara "nanti aku kenalkan ya, sama Sasuke"
Gaara melirik gadis disampingnya yang terlihat sangat bersemangat ketika nama Sasuke keluar dari mulutnya "Apa Sasuke spesial?"
"Um-" ucapan Hinata terpotong ketika Gaara tak sengaja menyenggol bunga didepan apartemen.
.
Hari berlalu, kini Hinata sudah mulai terbiasa diAustralia, dua minggu disini cukup membuatnya betah, tak banyak teman memang, namun baginya Gaara sahabat terbaik.
Kini semua orang dikampus selalu saja salah paham mengenai hubungannya dengan si merah itu, namun itu sudah beberapa kali meluruskan bahwa ia dan Gaara adalah sahabat karena mereka sama-sama berasal dari Jepang. Bahkan lelaki yang mau mendekati dirinya seketika akan turun tangan hanya karena tidak mau dipukul oleh Gaara. Hinata sendiri baru tahu-menahu bahwa Gaara cukup-sangat-populer dikampus, ia bahkan ditakuti karena katanya ringan tangan.
Namun, ia tak sabar mengenalkan Gaara dan Sasuke. Siapa tahu mereka bisa menjadi sahabat.
Tok tok.
Hinata menunggu seorang didalam membuka pintunya.
Krieet.
"Gaara, aku membawa makan malam" ini bukan pertama kalinya Hinata pergi keapartemen Gaara. Ia sangat merasa beruntung bisa mempunyai sahabat seperti Gaara.
Pintu terbuka namun tak ada sahutan seperti biasanya, Hinata tetap melangkah masuk, ia sedikit terguncang ketika melihat keadaan apartemen Gaara yang tidak seperti biasanya.
Sampah dimana-mana, kertas berhamburan, laptop yang tidak dimatikan, buku yang berserakan, dan Gaara yang sedang duduk disofa dengan aura tidak bersahabat.
Hinata menaruh bekal dimeja tepat didepan Gaara "kau baik-baik saja?"
"Apa aku terlihat begitu?"
"Eh.. Um, kau sudah makan" Hinata mencoba mengalihkan pembicaraan.
Tak ada sahutan "baiklah, kuanggap belum"
Hinata membuka bekal yang ia masukan didalam tupperware kecil lalu menyodorkan pada Gaara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe i'm happy
Fiksi PenggemarMengapa manusia hanya melihat dari penampilan saja? belum tentu mereka yang terlihat bahagia itu betul-betul bahagia. Aku Hinata, dan jangan remehkan kemampuan ber-Aktingku, aku bahagia, mungkin, bahagia dalam tekanan, walau ketika malam datang, tan...