.
Entah berapa jam lamanya ia duduk dipesawat, tapi tak sia-sia, sekarang ia sampai sudah ditempat yang dituju beruntunglah tiket yang dikirim ayahnya sampai begitu cepat.
Setelah membereskan soal apartemen dan hal-hal lainnya seperti mandi dan apalah itu, ia melihat kearah jam dinding diruang kamar 08.23.
"Hm, dia pasti masih dikampus" ia tersenyum.
Menyambar kunci mobil dan tas kecilnya, ia pun siap untuk menemui seseorang yang menjadi alasannya sampai kesini.
Universitas Northwestern
Tanpa pikir panjang ia segera memasuki kampus dan mencari kelas yang sepertinya tak asing lagi untuk dirinya.
"Mr. Robbert looks like busy in her room, maybe her not going to class now"
"Hm, maybe like that.. So.. What we do now? I'm bored"
Ia tersenyum saat mendengar hal tersebut dari beberapa mahasiswa yang berlalu melewatinya, itu berarti ia bisa menemuinya.
Kakinya memasuki ruang kelas, pandangannya tertuju pada lelaki yang sedang memakai earphone dipojok ruangan, ia tampak marah ketika perempuan terus menerus memaksanya untuk sekedar sarapan bersama, hal biasa, tentu saja. Pemuda yang duduk dipojok adalah pemuda yang sangat tampan.
Langkahnya pasti "do you have a time?"
Pemuda tersebut membuka matanya dan melihat kearahnya, ia tampak terkejut "kenapa kau bisa disini?"
"Kenapa, memangnya tidak boleh?"
"Bukannya kau diAustralia?" lelaki itu masih tampak tak percaya.
"Iya, memang"
"Carla, aku tak percaya ini kau" lelaki itu berdiri kemudian mengajaknya untuk berbincang ditempat yang lebih layak.
Mereka memutuskan untuk pergi ke Cafe sekedar untuk berbincang dan sarapan.
"Sasuke, aku dan Gaara sekarang tak ada hubungan apa-apa lagi"
.
Gaara mengurus segala keperluan mereka di USA, tiba-tiba saja jadwal diubah, terlalu mendadak memang, katanya Dosen yang akan membimbing mereka akan berlibur minggu depan itulah alasan kenapa ia akan segera pergi, tiket untuk dua orang sudah diberikan pihak kampus, Apartemen untuk seminggu diAmerika-pun sudah diurus oleh pihak kampus.
Setelah selesai membereskan koper-koper yang akan dibawanya dan memastikan barang-barang tak ada yang tertinggal Gaara keluar menuju apartemen Hinata untuk memastikan. Sejam lagi mereka akan berangkat.
Tok tok
"Sebentar!" teriak Hinata dari dalam apartemen.
Tak lama Gaara menunggu akhirnya pintu terbuka menampilkan Hinata yang telah siap dengan tiga koper disampingnya dan tas ransel yang ia bawa.
Gaara masih tersihir oleh Hinata dihadapannya yang berubah drastis. Rambut diikat agak sedikit berantakan, tangtop hitam, celana jeans agak biru muda, sepatu putih. Sangat cantik begitulah pikir Gaara.
Lamunannya tersadar ketika tangan Hinata melambai didepan matannya "melamun apa sih?"
"Nggak, bagaimana siap?"
"Oh. Tentu saja tuan!" Hinata melayangkan tatapan mengejek kepada Gaara.
Setelahnya mereka menuju parkiran, siap untuk berangkat mengingat pesawat akan take off setengah jam lagi.
"Gaara, aku mau beli snack"
"Oke-oke nyonya" Gaara membalas mengejek Hinata.
Setelah mendapatkan tempat untuk membeli makanan ringan Gaara pun turun untuk menemani Hinata membeli makanan ringan.
Gaara menyodorkan kartu credit pada kasir memberi aba-aba bahwa ia yang membayar semua makanan ringan yang Hinata beli. "Eh Gaara nggak usah" Hinata mencegah Gaara.
"Sst nyonya" Hinata menyerah ketika melihat kartu credit telah digesek oleh si kasir.
Gaara memegang belanjaan Hinata, membuat Hinata jadi malu sendiri. Masalahnya kan Gaara terkesan romantis banget, bahkan keduanya bagaikan pasangan suami-isteri.
"Gaara seharusnya kan nggak usah dibayar" Hinata memasang sabuk pengaman, ia masih merasa tak enak hati pada Gaara.
Gaara meletakan belanjaan tadi di jok belakang "apa kita baru kenal kemarin sehingga kamu harus merasa nggak enak gitu"
"Aku punya ide"
Kali ini Gaara harus dibuat bingung lagi dengan tingkah kekanak-kanakan Hinata "ide apa?"
Gaara tak fokus pada jalanan membuat Hinata memekik "Gaara cepat!"
"Hah?!" Gaara melihat kedepan mengikuti telunjuk Hinata. Sial tanjakan!
Gaara hilang kendali. "Gaara!"
"Diamlah!" tanpa pikir panjang Hinata mengambil alih. Singkat cerita; Hinata duduk dipangkuan Gaara untuk kembali men-stabilkan keadaan, Gaara terlihat sedikit stress dan juga karena ketidak fokusannya yang sering mencuri pandang kearah samping sehingga keadaan menjadi lebih rumit. Hal ini tidak patut ditiru saat kita menyetir.
"Huft. Hampir saja" Hinata masih menyetir namun dengan keadaan normal.
"Apa kau akan menyetir dengan keadaan seperti ini?" tanya Gaara, cukup shock dengan semua yang terjadi
"E-EH!"
Hinata blushing!
Gaara tertawa, tawa yang pertama kalinya Hinata lihat. Terlalu langka untuk Hinata, ia memberhentikan mobil kemudia merogoh tas ransel disamping lalu mengambil kamera.
Ckrik!
Gambarnya sempurna "apa yang kau lakukan"
"Dengar tuan, kau sangat jarang tertawa, itu harus diabadikan dalam bentuk gambar"
Hinata masih belum sadar dengan posisi mereka, jarak antar wajah yang sangat-sangat dekat. Hinata duduk dipangkuan Gaara namun dengan versi membalikan badannya, bisa dibayangkan betapa dekatnya posisi mereka sekarang.
"Kyaaaaa!" teriak Hinata saking malunya.
.
.
.
.
.
Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Maybe i'm happy
FanficMengapa manusia hanya melihat dari penampilan saja? belum tentu mereka yang terlihat bahagia itu betul-betul bahagia. Aku Hinata, dan jangan remehkan kemampuan ber-Aktingku, aku bahagia, mungkin, bahagia dalam tekanan, walau ketika malam datang, tan...