DINAN POV
" Sepertinya ada yang berbeda ya di pagi ini ? kalian berdua terlihat begitu mesra."
Pertanyaan dari papa membuat kerongkongan ku begitu sulit menelan sarapan pagi. Ku lirik Keira yang sedang asik meminum susu juga ikut-ikutan tersedat. Apa kami berdua terlihat seperti orang yang sedang di mabuk asmara sehingga papa bisa-bisa nya berkomentar seperti itu? Aku rasa, didepan papa dan mama kami cukup menjaga sikap. Terlihat biasa bahkan kami memang terlihat seperti 2 orang yang telah terbiasa bersama semenjak dari lahir.
" Apa nya yang beda sih pa ? perasaan biasa aja deh. papa lebay."
Keira menyahuti komentar papa dengan tanggapan kikuk. Lagi-lagi kulihat pipi nya memerah.
" mungkin mereka berdua baru merasakan bagaimana nikmat nya pernikahan yang sesungguhnya pa. Kemaren aja Dinan malah ngasih surprise kepada Keira. "
Mama juga ikut-ikutan menimpali kami dengan ledekan yang dapat dipastikan membuat muka ku juga ikut-ikutan memanas seperti Keira.
" Hmmm... Kei... sebaiknya, aku berangkat duluan deh ke kantornya. Kalau kita berdua terus-terusan duduk di meja makan ini, bisa-bisa papa dan mama makin iri melihat kemesraan kita berdua."
Akupun berusaha menyelamatkan diri. Beranjak dari ruang makan. Keira juga ikut-ikutan berdiri mengikuti ku. Kulihat, Keira mengambil jas dan tas kerja ku. Aku tersenyum melihat perubahan sikapnya yang seakan menjadi istri seutuh nya untukku pagi ini. Catat! Ini pertama kalinya Keira megantarkan ku ke teras rumah dan melepasku untuk pergi bekerja layaknya seorang istri.
" Kamu jam berapa ke kantor Kei ?"
Tanya ku hangat sebelum pamit untuk keluar rumah.
" Hmmm.. mungkin setelah makan siang kak. Aku mau ke RSJ Permata dulu. Bawain sarapan buat ibu Andini..."
" Ya sudah...salam ya sama ibu Andini, kalau ada waktu, aku akan menemani mu kesana lagi. Aku pamit ya."
Sebenarnya aku ingin sekali mengecup kening Keira pagi ini. Tapi, aku tidak berani melakukannya, takut Keira malah semakin terlihat kikuk. Karena, saat ini kecupan itu mungkin tak sama lagi pengertiannya dengan kecupan sebelumnya. Kali ini aku akan mengecupnya sebagai seorang istri yang sedang bersiap untuk melepas suaminya berangkat bekerja. Aku memang masih membantah kalau cinta itu sama sekali belum tumbuh dihatiku. Tapi, dengan libido ku yang semakin meningkat saat menyentuh Keira, membuat ku jadi semakin ragu kepada perasaan ku sendiri. Kehidupan kami yang memang sudah ditakdirkan untuk selalu berdekatan dari kecil, membuat ku kelabakan untuk mendikte bagaimana perasaan ku sendiri. Apa rasa ku ini hanya sebatas rasa sayang kepada Keira saja? atau rasa sayang ku ini sudah mulai tumbuh sebagai cinta yang menghangat dibathin ku untukknya ? Entahlah... yang aku tau saat ini, aku hanya ingin terus memilikinya, bersamanya, memberikan setiap kasih dan sayang ku kepadanya, membuatnya selalu tersenyum, menghubunginya kalau kami berada di tempat terpisah, menggodanya sampai pipinya memanas, menyentuh nya sehingga membuat hati kami berdua menghangat, dan yang paling penting itu adalah aku sama sekali tidak rela melihatnya berdekatan dengan pria lain.
" Katanya mau berangkat.. Kok malah ngelamun kak?"
Pertanyaan dari Keira, seakan mengumpulkan nyawaku untuk kembali ke dunia nyata. Aku menatap wajah nya tanpa dipoles make up. Kemudaannya begitu terpancar disetiap senyuman yang dilontarkannya kepada ku pagi ini.
" Ya sudah...aku berangkat ya..."
" kak.. tunggu..."
Ketika aku ingin melangkah untuk keluar rumah, Keira menarik tangan ku kembali. Dia merapikan dasiku yang mungkin kelihatan longgar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CREATING DESTINY
RomanceSemua berawal dari perjodohan yang ku anggap konyol untuk dilaksanakan. Jujur, aku tak pernah membayangkan sedikitpun untuk duduk di pelaminan dengannya. Ditambah lagi merasakan cinta dan kasih sayang sebagai pria dan wanita bersamanya. It's impossi...