Chapter 8 | You and Me

22 2 1
                                    


"Blӑnd.." Sebuah kata yang keluar dari mulut Ami membuat keadaan menjadi aneh.

Semua orang yang ada di ruangan itu pun terdiam, Mata Ami dan Danny bertemu. Mereka hanya terdiam dan saling memandang untuk waktu yang cukup lama. Kemudian Danny melihat ke arah Leo dan berkata,

"Leo, aku akan pulang saja. Amelia sedang sakit jadi lebih baik aku pergi. Aku menghargai usahamu untuk membantuku. Tetapi kau tidak usah berbuat banyak, aku bisa menyelesaikan masalah lama ini sendiri."

"Eh? Tetap-" Sebelum Leo menyelesaikan kalimatnya, Ibu perawat memotongnya.

"Kalian jangan berisik, daripada berisik satu sama lain lebih baik Ami kamu antar pulang, Danny. Dan yang lain, ibu yakin kalian masih ada kelas." Ucap ibu yang dipanggil Bu Bila itu.

"Geekk, kok kita disuruh masuk." Jawab Meila dan Leo bersamaan.

"Kalian mana boleh bolos. Danny kan memang ada keperluan, jadi dia pulang." Ucap Bu Bila sambil memasang wajah iblisnya.

"Kok ibu tau sih kalau Danny ada keperluan." Tanya Leo.

"Iyalah ibu tahu, kan yang menyuruh Danny datang kesini untuk mengantar Ami pulang adalah ibu sendiri." Ucap Bu Bila dengan wajah polosnya.

"Haaaa!!!!" Sontak Leo dan Meila berteriak tidak percaya.

Ami dan Danny hanya terdiam, kemudian Bu Bila mencubit telinga Meila dan Leo sembari berkata,

"Sudah ibu bilang jangan berisik! Kalian cepat kembali ke kelas. Dan Danny, antar Ami sampai rumah. Mengerti?" Ucap Bu Bila sambil menyeret Meila dan Leo keluar ruangan.


*Diam*


Setelah mereka keluar, keadaan antara Ami dan Danny seperti sebuah angin yang datang dan pergi.

"Ayo, aku antar kau ke rumah." Ucap Danny sambil membalikkan badannya.

"E-eh, Oke." Ami turun dari tempat tidur namun karena anemia, Ami tidak bisa merasakan kakinya dan akibatnya Ami terjatuh. Namun,

"Berhati-hatilah. Kau itu lemah, jangan sok kuat. Jika tidak sanggup, mintalah tolong. Dari dulu kau tidak pernah berubah, Amelia."

Danny menangkap Ami dan sekarang jarak wajah mereka hanyalah beberapa sentimeter. Ami hanya terdiam dan 3 menit mereka berada dalam posisi seperti itu, kemudian wajah Danny memerah dan Ami memeluknya.

"Lebih baik kau tidak terlalu dekat denganku lagi." Bisik Ami dengan pelan, namun wajah Ami tetap sama seperti biasanya.

Ami melepaskan pelukannya, dan dia mencoba untuk berdiri sendiri. Danny masih terkejut mendengar kalimat Ami. Walaupun Danny masih shock, namun ia memberanikan diri untuk menatap mata Ami.

"Jadi, ingatanmu telah kembali Amelia?" TanyaDanny dengan wajah sedihnya.

Ami terdiam dan berjalan melewatinya, namun Danny memegang lengannya dan mendorong Ami ke tembok. Danny memeluk Ami dengan erat seakan ia sedang memeluk sesuatu yang sangat berharga baginya. Seakan-akan ia tidak ingin kehilangan sesuatu itu lagi. Ami diam dan mencoba mendorong tubuh Danny untuk menjauh darinya.

"Kau tahu Amelia, saat kau tiba-tiba menghilang waktu itu. Aku merasa kau tidak akan kembali lagi." Ucap Danny dengan nada lembut namun banyak rasa sakit yang ia sembunyikan.

"Kau yang suka sekali menghilang, namun kau selalu kembali dan mengejutkanku lagi dan lagi. Namun, hari itu berbeda. Kau menghilang dan tak pernah kembali, aku tidak tahu bagaimana untuk menghubungimu. Kau selalu menyembunyikan identitasmu, yang hanya kutahu hanyalah surat yang kau tinggalkan ditempat itu. Tempat kita pertama bertemu dan selalu bertukar surat. Hanya itu satu-satunya caraku untuk menghubungimu." Danny mempererat pelukannya, tubuh Ami semakin dekat dengan Danny.

"Ada apa denganmu? Kau tiba-tiba berubah, seakan-akan kau hilang ditelan bumi. Aku menantimu selama 10 bulan, namun kau tak kunjung kembali. Setiap hari aku selalu memikirkanmu. Kau meninggalkan ku begitu saja, kau jahat Amelia. Hingga satu tahun yang lalu aku mendapat kabar bahwa kau kecelakaan dan harus dirawat di Singapura. Namun, walaupun aku tahu itu. Aku tidak bisa apa-apa. Aku tidak mempunyai informasi apapun selain itu."

Ami terdiam dan ia menyerah untuk melawan. Kemudian Ami berpikir dan berkata,

"Ini tidak ada hubungannya lagi denganmu. Aku beri kamu satu peringatan lagi. Jangan dekat denganku. Menyingkir dariku. Aku ini menjijikkan. Jika tidak, kau akan kehilangan dirimu sendiri."

Ucapan Ami membuat Danny melonggarkan dekapannya, Danny shock. Danny bingung, mengapa kalimat yang ia ucapkan pertama kali setelah mereka berpisah sejahat itu. Pikiran Danny penuh dengan pertanyan-pertanyaan yang tidak terjawab.

"Dan satu lagi, aku hanyalah masa lalu. Dan kau, memiliki masa depan dihadapanmu. Genggam dia sebelum kau kehilangan dia. Karena dia yang lebih baik dariku. Terima kasih, tapi aku bisa pulang sendiri." Ucap Ami kemudian berjalan keluar ruangan.

Danny terduduk di lantai dan mengambil sesuatu di dalam dompetnya.

"Ini satu-satunya benda yang selalu membuatku bertahan untuk menunggumu, Amelia." Ucap Danny sambil memandang sebuah kerang yang berbentuk setengah hati itu.


[Kamar Mandi Wanita]


Setelah keluar dari ruangan, Ami pergi ke kamar mandi wanita. Saat itu sedang sepi, Ami berdiri di depan kaca dan dia menutup mulutnya sendiri. Ami menangis hingga wajahnya berubah menjadi merah. Ami menahan suaranya agar tidak keluar, Ami terduduk didepan wastafel. Tangisan yang tidak terdengar dan perasaan yang tidak terjawab. Ami dan Danny, mereka yang mempunyai rasa sakit dan kenangan yang sama. Namun harus berpisah karena suatu alasan yang tidak terungkap.



Akankah mereka bersama lagi? Ataukah mereka akan berpisah? Siapakah masa depan Danny yang dikatakan Ami? Apa hubungan mereka di masa lalu?

Tunggu aja chapter selanjutnya '-')~ Flashback tentang masa lalu Ami dan Danny.







Dan ini ada sketsa dari Ami yang sedikit aku modifikasi '-')/ karena banyak yang bilang kurang cantik dan bla bla (~ '-')~

Dan ini ada sketsa dari Ami yang sedikit aku modifikasi '-')/ karena banyak yang bilang kurang cantik dan bla bla (~ '-')~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Understand MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang