Chapter 9 | FLASHBACK

10 0 2
                                    


Bagian Ami:

Saat itu aku pindah dari satu sekolah ke sekolah yang lain, karena suatu alasan aku meminta orang tuaku untuk memindahkanku. Pembully-an, itu adalah hal yang selalu terjadi dimanapun aku pergi. Awalnya aku hanya berpikir bahwa, 'Ini pasti salahku, Aku tidak baik, Aku pasti melakukan kesalahan, Aku tidak berguna' dan yang lainnya. Namun suatu hari aku dipindahkan ke SMP yang cukup terkenal akan muridnya yang berprestasi dan peraturan yang ketat. SMP Wisnuwajaya 1, kelas 3-B. Aku pindah disaat naik ke kelas 3, waktu itu bisa dibilang seluruh murid dikelas, tidak, seluruh murid di sekolah itu memancarkan aura yang aneh. Bisa dibilang bahwa mereka lebih fokus terhadap ujian akhir daripada murid pindahan aneh. Sehingga, kegiatan bully yang seharusnya terjadi, tidak pernah terjadi.

Aku memperkenalkan diriku sendiri, dengan senyuman yang lebar aku berharap dapat memiliki teman yang sebenarnya disini. Namun, pandanganku terpikat oleh sosok lelaki yang berbeda dari yang lainnya. Dia duduk di kursi ke-2 dari belakang, senyum kecil yang ia pasang itu melelehkan duniaku, dia memainkan pensilnya disekitar jarinya, dan pandangannya yang keluar jendela itu membuatku seakan sedang melihat seorang pangeran.

Setelah perkenalanku, aku mendapat tempat duduk dibelakang pangeran itu. Sontak aku sedikit nervous dan malu, namun dia tidak menyadari keberadaanku. Dan ku berpikir, 'Syukurlah'

*RING*

Bell yang menandakan istirahat makan siang pun berbunyi, namun hanya beberapa orang yang meninggalkan tempat duduknya. Lalu terdengar suara wanita di balik pintu,

"Daanny~" Panggil wanita berambut panjang dan bergelombang dengan sempurna itu.

"Maira."Balas Danny yang ternyata adalah pangeran yang kukagumi itu.

Aku pun berpikir, 'Ohh, jadi namanya Danny. Nama yang bagus. Apakah wanita itu pacarnya? Mungkin saja, wanita itu cantik dan menarik. Pria mana yang tidak mau dengan wanita seperti itu?'

"Aku kesini ingin menjemputmu, ayo pergi ke kantin bersama~" Ucap Maira dengan nada genit.

"E-hm, tentu. Tunggu aku di kantin yah. Aku akan beres-beres dulu." Balas Danny.

'Senyumnya, berbeda.' Pikirku.

Maira pun mengangguk dan berlalu pergi, Danny melepaskan senyumnya yang ternyata 'Senyum Palsu' itu. Entah apa yang merasukiku, akupun berkata,

"Jika kau tidak mau, bilang saja 'Tidak'." Ucapanku sontak membuat Danny dan diriku terkejut.

Danny menatapku dengan wajah terkejut dan faktanya aku juga terkejut. Mengapa aku harus mengatakan kalimat yang membuat orang tidak nyaman? Bodohnya diriku. Akupun menunduk, dan saat diriku akan beranjak pergi. Sebuah tangan yang besar namun lembut memegang pergelangan tanganku. Tangan milik Danny itu membuatku terdiam ditempat.

"Siapa namamu?" Tanya Danny.

"E-eh?"

Saat itu aku berpikir, 'Wahhh, dia benar-benar tidak mendengarkan perkenalanku tadi. 100% dicuekin. Watashi no kokoro ga ittai desu yo!*'

[Watashi no kokoro ga ittai desu yo! = Hatiku sakit sekali tau!]

"Ikutlah denganku." Ucap Danny sambil menarik tanganku.

Understand MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang