"Lo jangan maju ke depan, ni. Jaga belakang sama mike apa susahnya sih," kata gue saat istirahat babak pertama. Tim futsal sekolah gue kali ini entah kenapa payah banget.
"Ya gue greget, Lou. Masa kita belum cetak gol satu aja gitu," kata Niall tanpa lihat gue. Dia sibuk buka kaos kakinya, mau ganti katanya.
"Ya si bego. Iya kita belum cetak gol tapi lo buat kita kebobolan, sat!" Luke kini mulai marah-marah.
Gue sebenernya ingin marah juga ke si Niall. Tapi apa daya, gue kapten. Gue gak boleh buat tim ini ancur cuman gara-gara Niall yang sok jadi pahlawan.
"Udah, anjir." Gue menghabiskan air minum dalam botol yang daritadi gue pegang, lalu melemparnya ke sembarang arah.
"Sekarang semuanya kumpul!" Perintah gue dan semua anggota futsal termasuk yang cadangan juga ikut kumpul. Kami buat lingkarang besar.
"Kita bisa, okey? Gak masalah, ini masih 1-0 kita bisa kejar. Inget, kalau kita menang kita bisa masuk semi final dan itu berarti kita juga masih bisa masuk final." Gue ngoceh panjang lebar, dan mereka cuman mangut-mangut
"KITA BISA?" tanya gue, atau lebih tepatnya teriak.
"BISA!" semua anggota tim jawab dengan kompak.
"DOA IBU BISA?" fyi, doa ibu itu nama tim futsal sekolah kami. Lucu kan. Kami selalu terberkati berkat doa para ibu di seluruh dunia. Unch.
"BISA!"
"KURANG KERAS!"
"BISA!!"
"YOK TANGAN SEMUANYA." Dan semua yang ada dalam lingkaran menjulurkan tangannya.
"DOA IBUUU?" Gue teriak. Lagi.
"BISMILLAH, DOAIN YA MAAAH!" balas mereka serempak.
"DOA IBU, HAP HAP. MAMAH SELALU ADA DI HATI!" kata kami dengan kompak. Lalu diakhiri dengan teriakan dan tepuk tangan, so asik gitu kita. Lalu, akhirnya kami bubar dan menuju tempat masing-masing.
Gue sebagai penyerang bersiap-siap. Gue harus buat sekolah bangga. Sekolah gue harus menang pokonya.
PRIWIIIT.
Peluit dibunyikan dan gue langsung menyerang daerah lawan. Bola kali ini dikuasai oleh lawan kami. Nama timnya MAHIWAL. Ya gatau sih motivasinya apaan kasih nama gituan, peduli banget gue.
Gue berusaha rebut bola dari anak gembul satu ini. Badannya yang besar membuat gue makin susah rebut bolanya.
Tapi tanpa diduga, si bocah gembul ini dorong gue. Yang ngebuat gue tersungkur di lapangan. Anjir, ini sakit beneran sumpah gak alay.
"Anjing, main fisik!" Umpat gue yang udah gak berdaya.
Temen-temen gue yang lainnya juga ikut emosi. Mereka menghampiri si gembul sambil masang muka sangar dan nunjuk-nunjuk dada si gembul. Dan gak ada satupun yang tolongin gue. Hmm.
Peluit dibunyikan. Dan gak lama, anak pmr dateng buat nolongin gue.
Dan pertama kali gue lihat dia, rasanya sakit gue terobati cuman dengan liat dia doang.
Cantik banget anjir.
Gue sampe gak ngerasain ini tangan udah ngeluarin darah kayanya.
"Louis? Kita ke pinggir lapang dulu yu," ajaknya sambil berusaha gotong tubuh gue.
Anjir dia tau nama gue lah.
Eh, gue emang pemes kan ya lupa.
"Loh, ko bidadari sih yang nolongin?"
***Terserah louis syg aja lah ya:-)
Eh, ini gue cuman mau kasih tau aja. Cerita ini keknya cuman sampe 10part gitu dan satu partnya gabakal panjang-panjang kaya anu. Lah. Ngeres lu pada.
Cerita ini udah gua buat dan selesai. Jadi tinggal update doang. TAPIII, gue ga bakal update kalau gak ada yg vomment. Hehe.
Udah gitu doang. Gue janji ini author note terpanjang. Next chapt gabakal kaya gini.
Oke luv u
KAMU SEDANG MEMBACA
LOUIS ( jatuh ) [COMPLETED]
FanfictionCuman cerita tentang Louis, si kapten futsal, yang sosoan sakit biar modus ke Clarissa, ketua PMR. Copyright © 2016 by beelzeboub