Prolog

475 32 13
                                    

Sebelumnya-

-aku mau memberitahukan point-point yang harus dibaca di bawah ini sebelum memulai membaca cerita ini dari awal.

• Di private beberapa part

• Aku masih awam, amatir, baru, belum handal dalam merangkai kata-kata atau kosa kata yang bisa terpadupadan dengan sangat baik dan indah. Jadi, aku minta maaf atas ketidakpuasan kalian dengan kosa kata ku yang 'minim'. Tapi, aku akan belajar dan mencoba memperbaiki tulisanku.

• Cerita ini murni dari pikiranku, imajinasiku, rancangan ku, jadi dilarang keras  menjiplak, meng-copy sebagian atau seluruh dari cerita ini. UUD menetapkan hak cipta. Dan cerita ini memiliki hak cipta. Aku mungkin enggak tau siapa yang sudah mengcopy, tapi dosa pelaku mungkin naik pangkat. Jadi, dengan sangat baik aku peringatkan, untuk tidak  meniru, meng-copy, menjiplak, menyontoh, sebagian atau seluruh ide, paragraf, sinopsis, prolog, setiap part, atau cerita.

• Aku tau disini ada banyak bahasa, Spanyol, Italy, bahasa Inggris, dan Indonesia. Aku minta maaf kalau Bahasa Italy dan Spanyol kurang sempurna. Aku masih belajar, dan kalimat yang tidak aku bisa untuk mengtranslate. Aku langsung naik gojek ke 'google translate'.

• Terimakasih untuk kalian yang menghargai karyaku, hasil tulisanku yang masih awam ini. Komentar dan vote yang kalian bubuhkan, aku sangat berterimakasih. Belajarlah, menghargai karya orang lain, kalau kalian mau dihargai juga.

-itu saja-

Beberapa scroll setelah ini maka kamu sudah memasuki prolog. Selamat membaca.

Hope u enjoy and like it.

Here we go

Restart In Italy

Written by : Kristinpjtn / Bigwhiteroom


——––––––—— PROLOG—————————


Jangan percaya pada semua hal,

karena bahkan garam pun terlihat seperti gula. Sprite terlihat seperti air putih. Dan bedak bayi terlihat seperti tepung gula.

Semua akan terungkap, ketika sudah tiba waktunya. Kekesalan karena sudah terlanjur merasakannya, merasakan semuanya.

Vanya tidak dapat mempercayai Alex lagi, tidak lagi. Vanya tidak menyangka kalau upayanya sia-sia, menyebrangi puluhan pulau dan lautan hanya untuk menjumpai Alex.

Dan Alex menggoreskan luka yang tidak dapat di hansaplast-kan Vanya sendiri.

Luka nya terlalu dalam.

Sudah Seperti ahjussi goblin yang tidak bisa mencabut pedangnya sendiri.

Vanya terbang dari Indonesia ke Barcelona dengan pesawat, sendirian, membawa koper, tas kecil nya, dan sekantung rasa rindu yang sudah ingin diluruhkannya pada Alex. Tarikan bibir Alex yang membuatnya terus mengingatnya. Sorot mata Alex yang membuatnya tersenyum.

Vanya merindukannya.

Tapi siapa sangka? Saat Vanya tiba di kerajaan Alex, lalu Vanya sudah diambang pintu yang tidak terkunci dan terdapat cela kecil.

Vanya melihatnya.

Dengan mata kepalanya sendiri. Oke, ini lebay.

Vanya benci waktu. Karena waktu yang menguasai semua ini. Kenapa waktu harus membuatnya berpisah dengan Alex? Kenapa jadi Vanya yang pergi, dan Alex yang kehilangan?

Sebersit pemikiran Vanya, menurut gadis itu Alex layak ditinggalkannya. Karena apa yang didapati Vanya sangat tak pantas. Gadis berambut blonde itu hanya memakai bra hitam dan terbalut selimut. Disebelahnya, Alex sedang tersenyum miring, hal yang Vanya tidak suka adalah Alex juga tidak memakai baju.

Saat itulah Vanya merasakan perih yang sangat membuatnya meringis kesakitan dalam dirinya. Vanya bisa merasakannya. Dan Vanya masih berkedip beberapa kali, seakan tidak sadar apa yang sedang di intipnya.

Nihil, semuanya nyata. Bahkan cewek itu terlihat semakin menggoda Alex.

Terjadi perang kecil-kecilan dengan amarah yang besar-besaran dalam diri Vanya, yangingin membakar tempat tidur Alex. Vanya berdebat dengan Alex, meninggalkan cewek itu terdiam di tempat tidur dengan santai nya.

Dan pada akhirnya, Vanya keluar dari kediaman Alex dengan sejuta perasaan yang campur aduk. Emosi, kecewa, sedih, kacau, ingin marah, ingin memberontak, semuanya.

Karena tak terasa pada akhirnya semua rasa dan perpisahan telah tiba pada waktunya. Kecewa adalah inti dari perpisahan ini. Dan dari situlah, Vanya meninggalkan hatinya yang masih terluka dengan dokumen bernama Alex sebagai pelakunya.

Lusa, Vanya akan segera meninggalkan Barcelona, dan menuju ke Italy, Milan.

Vanya akan mengulang semuanya, semuanya. Seakan ia tidak mengenal Alex, ia tidak mengingat kenangan buruk itu, ia tidak pernah mengenal berbagi kasih sayang pada Alex saat dulu.

Vanya akan mengulang dari awal di Italy.

Tapi, siapa yang tau bagaimana akhir dari tekad seorang Quevanya Hayes Flynn. Karena siluet baru muncul masih di hari buruknya.

Vanya bertemu dengan Raymond. Laki-laki jenjang, dengan rahangnya yang tegas, dan tatapan matanya yang sangat tepat ke inti.

Semua kejadian yang ia lalui selama di Barcelona rasanya campur aduk, ga jelas, semenjak meninggalkan rumah Alex dan bersama orang baru.

Vanya harus bulat dengan tekadnya, dan tidak runtuh dengan pertahanannya. Ya, Vanya harus.

Dan Vanya tidak tau dan tidak pernah menduga, akankah ia berhasil berdiri tegap atau tidak.

***

12 JULI 2016

 Bigwhiteroom

Restart In ItalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang