Epilog

105 5 8
                                    

"Ma... lihat siapa yang kayak buaya tidurnya..."

Vero menggeleng dan berdecak memandangi seorang gadis yang tidur telentang dengan tangan dan kaki yang juga sesuka hati posisinya. Anne masuk melihat apa yang dimaksud anak laki-lakinya. Tak lama, ia terkekeh juga dan menggeleng. "Biarlah Ver.. adik mu capek pasti... "

"Sekarang jam 11:50 pagi, loh ma."

"Ehmmm... yaudah! yaudah! Vanya bangun!"

Suara itu tiba-tiba keluar bersamaan dengan sosoknya yang bergerak dan bangkit.

Vero dan Anne tertawa habis-habisan.

***

"Vanya! ayo makan! sebentar lagi mau berangkat, kan?" Anne memaggil anaknya dari ruang makan, hingga anaknya itu turun dengan lincah dan wajah begitu bersinar. "Iya mama... ini juga udah turun.."

Vanya pun menghempaskan dirinya ke atas sofa dihadapan Anne dan Thomas. Fiyuuhh.. jangan menatap Thomas lama-lama! Vanya masih takut setelah kena marah itu.

Anne meletakkan hidangan nya ke atas piring Vanya, anaknya ini kalau tidak diambilkan- tidak akan dimakan, say. Ia melihat Vanya yang tidak menolak- oh bagus. Ayo kita tambahkan lag- "udah Ma.."

Oh, ampun.

 "Berubah banget wajah kamu, Van setelah potong rambut.." Thomas tiba-tiba menyelinap.

Vanya terkikik, "berarti bagus dong potongan nya pa?"

"Iya.. Bagus potongan yang kayak gini. Papa suka."

WES KALAU PAPA SUDAH SUKA, LUAR BIASALAH ITU.

"Udah satu setengah tahun juga kamu menetap di Indonesia terus ya.. nanti setelah sampai disana, pikirkan baik-baik, sayang. Universitas yang mana yang akan kamu lanjut lagi... berpikir dua kali, lima kali, sepuluh kali, sampai benar-benar gak ada pemikiran lain, maka itulah jalan mu yang benar."

Vanya meletakkan sendok dan garpu, meneguk susu, lalu mengangguk "iya pa.."

Sudah satu setengah tahun, papa menghitung dengan sangat baik. Ia meninggalkan Italy, semua orang-orang yang di kenalnya, ah- sudahlah tidak perlu diingat lagi. Vanya menggeleng, "Kak Vero, mana ma?"

"Sudah di mobil, nyursun barang kamu."

"Kalu gitu, Vanya berangkat ya ma.. pa.."

Ia menyalami Anne dan Thomas, meminta restu untuk pergi lagi. Ia tidak bisa terus bermalas-malas karena kejadian bodoh itu kan.

Vanya pun memasuki mobil, berangkat menuju bandara bersama Vero, kakaknya yang makin tampan.

"Vanya berangkat ya Kak Ver, nanti kalau sudah sampai, Vanya LINE dan kirim foto nya ya..."

Vero mengangguk, menunduk, mengecup pipi adiknya dan memeluknya lama. Ia akan melepaskan gadis kecil ini lagi, ah-

"Iya.. berangkatlah.."

Usai ucapan perpisahan itu, Vanya masuk ke bandara, check in, dan menunggu hingga ia duduk di seatnya, berdoa, agar perjalanan ini lancar hingga ke tujuan. Ia duduk, menghadap kaca, hingga seorang nenek duduk di sebelahnya. Vanya tersenyum menyapa hangat pada nenek itu, "Hai nenek."

"Halo, sayang.. Wajah itu begitu manis ya?"

Vanya jadi terkikik.

Ia meraih polaroid dari tas nya, mengajak nenek itu berfoto dan ckrek! hasilnya pun keluar. Ia mengajak foto sekali lagi dengan pose yang lucu, ckrek! Satu lembar foto itu Vanya berikan pada sang nenek, "kenang-kenangan nenek dan Vanya."

Restart In ItalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang