Bab 2 Putih Abu-abu

194 30 20
                                    

"persahabatan bagai kepompong"

★★★

6 Tahun Kemudian...

Seorang pria muda, berdiri dengan gagahnya, menampakkan wajah tampan dan manis secara bersamaan. Lihatlah mata hitam pekatnya menusuk jauh ke dalam hatimu ketika kau melihatnya, alis tebal, hidung mancung, serta bibir berwarna merah ranum. Bagaimana bisa seorang anak kecil itu bisa bertumbuh menjadi seorang pemuda yang luar biasa tampan? Bersyukurlah pada Tuhan Bintang, kau sungguh nampak luar biasa.

Pakaian putih abu-abu yang terpatri di tubuhnya agak kusut karena dia tidak sempat menyetrikanya. Mengapa sekarang penampilanmu menjadi seorang Bad boy Bintang? Bukankah kau sudah berjanji pada dirimu sendiri untuk menjadi anak baik-baik? Lihatlah telinga kananmu, untuk apa kau tambahkan anting-anting tengkorak itu? dan juga bibirmu, mengapa kau berikan semacam cincin? Apakah tidak sakit bintang? Mengapa pula dengan gaya seperti itu dirinya terlihat semakin menggoda? Ganteng, dan manis. Kau sukses membuat kaum hawa meneteskan liurnya saat menatap dirimu.

Disebelah anak itu berdirilah dua orang sahabat setianya, yang juga tak kalah berantakannya dengan bintang. Mereka semua memang dianugerahkan wajah malaikat oleh Tuhan, meskipun Bintang masih menduduki peringkat pertama di antara teman-temannya.

"Sekarang kita ngapain Bintang?" tanya Vincent dengan gaya malasnya.

"gimana kalo kita tawuran lagi?" oow... apa maksudmu bintang?

"Bintang, kan udah aku ingetin berkali-kali, lebih baik jangan, nanti kamu bisa masuk rumah sakit kaya seminggu yang lalu, apa kamu gak kapok?" satria memang bijaksana. Dia lebih berpikiran dewasa dari teman-temannya. Meskipun juga nakal, namun dia tidak terlalu over seperti kedua sahabatnya.

"kamu gak usah khawatir sat, kan kita emang udah biasa tawuran.."

"Tapi Bintang..."

"ya udah ayok.." Bintang memotong perkataan Satria dan beranjak dari markas mereka yang ada di belakang sekolah, diikuti oleh Vincent yang melangkah di belakangnya. Satria mengacak rambutnya dengan kasar. Bintang memang sangat keras kepala, sudah lelah satria mengingatkan Bintang, bukannya apa-apa, Satria hanya tidak mau Bintang kembali ke ruangan berbau obat-obatan itu lagi. Satria juga takut Bintang kembali dikeroyok oleh anak dari sekolah lain karena sifat dan sikapnya yang benar-benar menyebalkan.

Flashback

Seperti kejadian satu bulan yang lalu waktu itu, Bintang dengan entengnya menghina Herman, dari sekolah sebelah. Herman merupakan penguasa di sekolah itu. Bintang tidak menyukai itu, dia tidak menyukai orang yang sok berkuasa.

"heh, lo orang yang sok berkuasa... emang lo pikir diri lo hebat hah? Muka rata kayak aspal aja bangga, kalo lo berani, lawan gue..."

"kurang ajar lo, gue habisin lo..." kala itu Herman main keroyokan, sedangkan Bintang hanya sendirian. Untung saja satria datang dan menolong Bintang, kalo enggak mungkin Bintang sudah sekarat.

Melihat sahabatnya terluka, membuat satria kalap. Dia tidak terima Bintang diperlakukan seperti itu. Kaki Satria mendekat ke arah gerombolan herman dan memukuli mereka semua sampai hampir sekarat. Jumlah mereka memang banyak. Tapi jangan ragukan kemampuan satria. Dia pemegang sabuk hitam karate, gerombolan ingusan seperti mereka gak ada apa-apanya untuk satria.

"GUE PERINGATIN SAMA LO SEMUA.... SEKALI LAGI LO NYAKITIN BINTANG, GUE GAK AKAN SEGAN-SEGAN NGIRIM LO SEMUA KE NERAKA..." satria berteriak dengan sangat lantang, membuat nyali mereka semua ciut.

"MUNDURR" Herman memerintahkan gerombolannya untuk menyerah, mereka semua lari terbirit-birit, menyisakan satria dan bintang yang sedang terkapar.

Lebam-lebam di muka Bintang sangat banyak, hidungnya berdarah, pelipisnya sobek, matanya merah. Sangat tidak baik. Melihat itu Satria membopong Bintang di punggungnya. Satria hanya mampu mengeleng-gelengkan kepalanya, sambil sesekali menoleh ke belakang untuk melihat keadaan sahabat yang sangat disayanginya itu.

KomponentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang