Bab 4 Dunia Adalah Tentang Waktu

132 14 35
                                    

"Bulan & Bintang, berpendar, lalu meleleh terkena air"

★★★

Satria menghakimi Bintang pagi ini. Kali ini satria benar-benar marah dan sudah tidak bisa ia tahan, Bintang sungguh sangat menyebalkan. Lihatkan ekspresinya, sama seperti yang ia tunjukkan pada pak kepsek kemarin. Tapi sayangnya satria sudah sangat kebal dengan ekspresi itu. Karena Satria sudah sangat mengenal Bintang.

"gak mempan tau gak lo nunjukin muka sok kecakepan lo di depan gue" oow, Satria berubah menjadi kasar, dia mengganti kata aku- kamu versinya menjadi gue- lo. Rasakan Bintang, satria benar-benar marah. Biasanya meski marah satria akan tetap menggunakan aku, kamu padamu bukan?

"tapi sat, aku kan gak nyadar, tiba-tiba aja kaki aku melangkah ke ladang dosa itu..." Bintang menunduk dan membuang pandangannya dari satria. entah mengapa pada sahabatnya yang satu ini Bintang tunduk dan tak berani melawan.

"siapa yang ngajak lo ke sana?" Bintang terdiam, tak mau menjawab. Sebenarnya kemarin Vincentlah yang mengajaknya. Karena saat itu Bintang sedang kacau, dia mengikuti saja ajakan vincent. Tapi setelah itu ia tidak tahu kemana vincent pergi. Vincent meninggalkannya.

"punya mulut gak, JAWAB PERTANYAN GUE" Bintang tersentak mendengar bentakan keras dari Satria. hatinya lembut, dia tidak bisa dibentak seperti itu.

"Vin.. Vincent yang ngajak aku" mata Bintang berkaca-kaca mendengarkan satria yang terus-terusan membentaknya. Satria sadar akan itu, dia memeluk sahabatnya itu. Disanalah air mata Bintang sudah tidak dapat dibendung lagi. Air mata itu mengalir, semakin deras.

"maafin aku Bintang, aku yang salah, seharusnya aku gak mengingatkan kamu pada masa lalu itu" lihatkan? Siapa yang akhirnya mengalah? Pasti satria.

Oh tapi apa itu? Bintang kembali tersenyum licik di dekapan satria, ternyata air mata yang ia keluarkan adalah kedok, agar satria tidak memarahinya lagi? Baiklah Bintang itu manis sekali. Kalau sampai Satria mengetahuinya, bisa habis kamu.

"tapi lain kali jangan ulangi perbuatan kamu itu Bintang, kalo kemarin aku gak bawa kamu pergi, bisa-bisa cewek itu hamil, lalu kamu diminta pertanggung jawaban, terus putus sekolah, kemudian kerja keras banting tulang untuk menghidupi anak itu, dan lebih parahnya la-" Bintang membekap mulut Satria sebelum dia menyelesaikan kata-katanya.

"kamu kalo ngomong bisa enggak pelan-pelan dasar bawel" Bintang gemas pada satria, dia sangat mengetahui Satria akan berbicara tanpa henti seperti kereta api ketika sedang khawatir. Bintang terharu, satria sangat memperdulikan dirinya.

"BINTANG, kamu kalo aku bilangin dengerin baik-baik, perkataan aku jangan dipotong-potong, kamu pasti tahu kan-" Bintang menutup telinganya dan berlalu pergi dari Satria.

"Bla, bla, bla, apa sat aku gak denger...? lalalala.. wlee.. satria jelek..." Satria benar-benar gemas setengah mati, lihatlah Bintang menggoyang-goyangkan pantatnya di ambang pintu rumah satria. sambil terus-terusan mengejek dengan tidak berdosanya. Lidahnya melet-melet ke arah satria. perasaan Satria benar-benar campur aduk saat ini, ingin tertawa, marah, dan juga gregetan setengah mati.

"Bintang sini kamu, tunggu pembalasanku..." Bintang lari terbirit-birit sambil terkikik dengan nistanya, dia berhasil kabur. Satria hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat kelakuan Bintang. Bagaimana bisa ia marah dengan anak ajaib itu?

★★★

Kelas Ipa 1 pukul 07.30

"Bintang, kenapa lagi-lagi kamu bolos hah? Kemarin bolos, sekarang hampir bolos, besok juga apa kamu mau bolos...?" Bu sisil melotot, melihat anak didik yang membuatnya sebal setengah mati itu.

KomponentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang