Lima

697 52 1
                                    

-Broken-

Baru pertama kali gue ngerasain yang namanya bahagia melihat seseorang yang gue suka bahagia karena orang lain. Gue pikir itu hanya ada di film atau novel. Gue kira gue akan sedih lihat Kak Fahrez bahagia sama pilihannya. Tapi ternyata gue nggak sesedih itu.

* * *

Hanya menunggu 5 menit sampai akhirnya Kak Fahrez menjawab BBM gue.

Fahrez : "Heey"

Alen : "Salam kenal ya, kak"

Fahrez : "Iya. Kamu satu SMP sama kakak?"

Alen : "Iyaa kak, aku kelas 8"

Fahrez : "Oh gitu"

Alen : "Kakak suka main game Get Rich nggak?" 

Sewaktu gue masih kelas 8, banyak banget anak laki-laki yang suka banget main game Get Rich. Karena gue memang suka banget mainin game laki-laki, makanya gue juga punya akun Get Rich. Untung gue punya.

Fahrez : "Iya, kadang suka main"

Alen : "Oh, hmm mau Team Match nggak kak?"

Fahrez : "Boleh, ayok"

Gue memekik kegirangan sendiri di dalam kamar gue.

Gue, bakal team up sama Kak Fahrez?!

Alen : "Ok! Umm, ID Line kakak apa?"

Fahrez : *nyebutin ID Line*

Alen : "Okee! Aku add sekarang ya kak"

Fahrez : "Sip"

Gue sama sekali nggak konsentrasi saat main Get Rich.

Sama sekali nggak konsentrasi.

Berkali-kali gue nyaris banget kalah, nyaris banget bangkrut.

Tapi Kak Fahrez yang pastinya udah jago banget main game ini selalu punya cara biar gue nggak bangkrut. Dan gue hanya bisa senyam-senyum sendiri.

Alen : "Makasih ya kak! Kapan-kapan main lagi, hehehe"

Fahrez : "Iya, sama-sama"

Alen, you did it.

Gue sadar kalau handphone gue udah low battery karena terlalu lama dipakai buat main game dan gue juga baru sadar kalau data seluler gue ludes dan lupa pakai WiFi rumah. Tapi gue rasa itu semua worth it atau sebanding dengan apa yang baru aja gue alami.

Mungkin terdengar biasa aja, main game sama orang lain. Tapi bagi gue yang ini bener-bener berkesan sampe bikin gue senyum-senyum sendiri disaat sebelum tidur.

Malam hari nya, saat gue sedang pelukan dengan..

Guling.

Gue pasang earphone gue kemudian memutar beberapa lagu yang lagi trend dan lagu favorit gue.
Lagu Jason Mraz yang berjudul Love Someone adalah lagu pertama yang diputar ketika gue memutar lagu secara acak. Irama lagunya benar-benar calming. Lagu ini berhasil bikin gue tertidur pulas dengan earphone yang masih tersangkut di telinga gue.

Sejak malam itu, lagu yang dinyanyikan oleh Jason Mraz itu jadi lagu favorit gue. Lagu itu benar-benar menggambarkan gue saat itu.

* * *

Alin dan Arin yang jalan di depan gue lagi asik-asiknya saling ngetawain lawakan masing-masing. Sedangkan gue dan Kirana selalu berjalan di belakang mereka. Terkadang gue dan Kirana membahas tentang band favorit kita berdua, atau bahas tentang ketemu orang aneh di aplikasi yang membuat kita bisa berkenalan dengan orang asing. Tujuan pertama kita saat istirahat adalah..

Toilet sekolah.

Seperti biasa, gue ini orangnya mudah banget buang air kecil dibanding ketiga temen gue. Biasanya gue memilih untuk ke bilik toilet sendiri, kalau Arin dan Alin bareng-bareng di bilik sebelah gue. Kalau Kirana, dia jarang banget pakai toilet sekolah ataupun toilet umum. Biasanya dia cuma nunggu kita bertiga di depan bilik.

Alin dan Arin biasa keluar duluan dan isengin gue. Kadang ngetuk-ngetuk pintu bilik toilet yang ada gue nya.

"Woeee buruan-buruan! Ngantri nih ngantri!" kata Arin sambil bikin suaranya dibikin berat.

"Ngapain sih di dalem? Mandi kembang?" saut Alin yang berhasil bikin gue ketawa.

"Udaah nih udah, bawel ya" bales gue setelah keluar dari bilik toilet dan lanjut ngetawain kelakuan kita.

Tujuan selanjutnya, kantin sekolah.

"Jajan apa nih?" tanya Arin sambil menoleh ke belakang.

"Liat deh. Tuh rumah lu, Rin" ujar Alin sambil menunjuk tong sampah biru

"Ye rumah lu kali" sindir Arin balik.

Gue ketawa sendiri dengerin sindiran-sindiran Alin ke Arin. Mereka memang gemar banget saling nyindir. Nggak bermaksud serius sih, tapi ya itulah Alin dan Arin. Sedangkan gue kalau mau ngelawak ya nggak lucu alias garing. Jadi, gue cuman bisa dengerin mereka aja dan tinggal ketawa. Gue nggak tahu gimana kelas 8 gue tanpa mereka bertiga.

Alin dan Arin udah masuk ke dalam kantin.

Mata gue menangkap sosok Kak Fahrez yang lagi duduk sama teman-temannya. Kayaknya dia bener-bener orang yang ceria. Setiap kali gue lihat Kak Fahrez, dia pasti lagi senyum atau ketawa.

Alin dan Arin sadar kalau gue lagi salah tingkah karena mereka lihat ada Kak Fahrez disitu.

"Akhem"

"Ehehek ehek"

"Hoek hoek"

"Cieh cieh Alen"

Kak Fahrez menoleh ke Alin dan Arin yang mendadak kena flu begitu. Gue mengisyaratkan mereka untuk diem. Untungnya, Kak Fahrez nggak ada curiga sama sekali tentang siapa yang di cie-cie in barusan. Karena gue nggak pernah pasang foto gue di profil BBM ataupun Line.

"Lin, Rin! Kalian nih ah. Sembarangan. Dia itu udah punya pacar, gue nggak mau jadi perusak hubungan orang" desis gue langsung masuk ke dalem kantin mendahului ketiga sahabat gue.

Terkadang mereka memang terlalu blak-blakan kalau ngomong. Tapi akhirnya mereka minta maaf karena nyaris membuat Kak Fahrez curiga. Kebetulan saat itu pacarnya duduk nggak jauh dari Kak Fahrez, jadi gue nggak mau bikin siapapun curiga.

Tapi gue langsung maafin mereka. Gue memang nggak bisa terlalu lama marah sama mereka.

Siang hari sepulang sekolah terasa panas banget. Gue memutuskan untuk beli es teh di dekat sekolah gue sebelum pulang. Gue lihat tas yang biasa dipake Kak Fahrez dari kejauhan. Dia lagi berdiri tepat di depan gerobak es teh yang akan gue beli. Awalnya gue seneng karena bisa lihat dia lagi sebelum gue pulang (stalker parah, serem ye gue).

"Fahrez! Jahil banget si ah!" ujar seorang cewek sambil tertawa hambar.

"Iye dah yang couple sejati" kata temen Kak Fahrez yang baru mau mesan es teh.

Yup.

Kalian bisa nebak apa yang gue lihat.

Mood gue untuk minum es teh tiba-tiba hilang. Gue memang udah tahu kalau mereka pacaran. Tapi, gue masih nggak bisa lihat apa yang gue lihat barusan.

Kak Fahrez kelihatan bahagia banget. Dia senyum. Tertawa. Gue seneng lihatnya.

Memang sih bukan karena gue senyumnya. Sebenernya gue nggak terlalu peduli.

Baru pertama kali gue ngerasain yang namanya bahagia melihat seseorang yang gue suka bahagia karena orang lain. Gue pikir itu hanya ada di film atau novel. Gue kira gue akan sedih lihat Kak Fahrez bahagia sama pilihannya. Tapi ternyata gue nggak sesedih itu.

Tapi gue ngaku kalau gue nggak bisa menahan cairan yang udah maksa banget buat keluar dari mata gue. Gue udah cukup seneng bisa lihat dia dari jauh, bisa lihat dia senyum. Lagipula, apa yang gue harapin kalau dia memang belum punya pacar? Toh gue udah berjanji sama mama gue nggak akan pacaran dan memang gue nggak berniat untuk pacaran.

Tapi gue tetap aja nggak bisa yang namanya beli es teh sekarang.

Gue langsung pulang tanpa menoleh ke belakang lagi.





AlenovelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang