Sepuluh

550 32 2
                                    

-Awkward Alen-

Alen tahu kalau di ruangan itu dia bakal awkward banget sama Rafli. Alen yang pemalu dan pendiam nggak bisa ngajak ngobrol duluan. Jurus andalannya adalah, sok-sok memeriksa akun media sosialnya.

* * *

Agustus 2015

"Mah, Alen mau ikut les piano boleh nggak? Yang deket toko minimarket langganan kita itu lho mah"

"Oh, ya boleh aja. Kesana naik apa?"

"Pake sepeda aja, deket kok"

Gue udah suka banget sama piano semenjak gue masih kelas 1 SD. Lagu pertama yang gue mainkan di piano itu berjudul Little Star. Semenjak papa gue membelikan piano mainan, gue selalu belajar memainkan lagu anak-anak selain Little Star.  Seiring waktu gue tumbuh, gue semakin suka dan semakin menguasai piano. Gue inget banget papa gue beliin piano baru untuk menggantikan piano mainan gue saat gue ulang tahun yang ke-9. Gue ditawarin untuk les piano, tapi gue lebih memilih untuk belajar piano secara otodidak. Tapi sekarang karena gue bener-bener ingin menguasai piano, akhirnya mama dan papa gue mengabulkan permintaan gue untuk mengikuti les piano.

Kebetulan dua temen ekskul gue juga daftar di tempat les piano itu. Salah satunya temen sekelas gue yaitu Kirana dan yang satu lagi Sarah. Terkadang kita bertiga berangkat bareng-bareng naik sepeda, kadang sendiri-sendiri. Jadwal les piano setiap minggu adalah pada hari Rabu dan Kamis pukul 15:00 dan pulang pukul 17:00.

Hari itu, hari pertama gue masuk ke kelas les piano. Disana ternyata ada beberapa murid dari sekolah gue yang ikut daftar selain gue dan kedua temen gue. Awalnya kelas gue di tempat les itu benar-benar penuh sampai ada yang duduk di lantai. Tapi perlahan murid-murid kelas piano itu keluar dan tersisa kurang lebih 10 orang termasuk gue, Kirana, dan Sarah.

Di kelas itu, ada satu cowok yang nyebelin parah. Nggak bisa diam dan suka banget ngajak bercanda guru disaat jam belajar, sampai kadang-kadang ada guru yang suruh cowok ini keluar. Namanya, Danang. Tubuhnya lumayan tinggi tapi nggak bisa dibilang tinggi banget, berkacamata, dan berisik.

Sarah sering banget berdebat dengan Danang tentang apapun. Terkadang perdebatannya nggak jelas dan justru jadi lucu. Gue sering banget ngetawain mereka berdua yang saling mengejek. Tapi Danang yang kayaknya berkepribadian extrovert ini terkadang bercandanya keterlaluan sampai bikin Sarah sebel dan marah. Kadang gue berharap kalau Danang nggak usah masuk aja. Memang sih kelas sepi kalau nggak ada sosok Danang, tapi gue capek denger dia ngoceh melulu.

Danang ini punya temen yang satu sekolah dengannya. Temennya juga daftar di kelas piano ini. Namanya Rafli. Tinggi, berkacamata, berbakat di matematika, dan kalau kalian lihat galeri handphone-nya, isinya adalah video pesawat terbang. Rafli ini gemar banget mengumpulkan video pesawat terbang entah dari youtube atau dari mana.

Gue suka tertawa sendiri kalau lihat Rafli yang lagi nonton koleksi video di handphone-nya sebelum kelas dimulai.

* * *

*Author's POV*

Alen memacu sepedanya menyusuri gang-gang sempit. Alen yang udah kepanasan karena teriknya matahari akhirnya langsung berangkat ke kelas piano. Awalnya Alen mau berangkat bareng kedua temannya ke kelas piano. Seperti biasa, Alen menunggu mereka di depan sekolah.

Ketika Alen melirik arlojinya, ternyata dalam waktu lima belas menit bel masuk kelas piano akan berbunyi. Alen memutuskan untuk melesat pergi menuju ke kelas piano. Pikirnya, mungkin teman-temannya sudah sampai terlebih dahulu.

AlenovelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang