05: C h a r l o t t e

76 25 6
                                    

Hari berlalu begitu cepat. Rasanya baru saja kemarin Charlotte bertemu teman-teman di sekolahnya dan mengalami segala kesibukan di sekolah, sedangkan kini dirinya sudah bertemu lagi dengan hari Sabtu. Berita baiknya, Charlotte bisa bertemu dia lagi.

Berita buruknya, Charlotte hari ini malah bangun kesiangan.

Penyebabnya adalah kemarin ia terlalu asyik membaca novel yang direkomendasikan temannya, sampai-sampai lupa bahwa jam tidurnya sudah lewat. Ya, bisa dibilang Charlotte orangnya disiplin–namun tidak selalu juga, kalau ia niat saja. Dan jika menyangkut dia, sudah pasti Charlotte niat.

Dengan cepat Charlotte mengganti bajunya lalu turun ke bawah. Sambil menuruni tangga, Charlotte berharap dia juga telat–dan harapan itu sangatlah bodoh. Betapa kagetnya Charlotte saat menemukan Fistor yang sedang duduk anteng di kursi meja makan dengan buku pelajaran di hadapannya. Bahkan Fistor udah bangun duluan ... emang gue yang telat bangun atau–

"Baru bangun?" tanya Fistor saat menyadari Kakaknya berhenti di tangga, entah kenapa.

Charlotte melanjutkan jalannya sambil mengangguk. "Kamu?"

"Juga." jawab Fistor singkat.

Mata Charlotte menangkap susu vanilla yang sudah tinggal setengah di sebelah buku IPA Fistor. Ha, baru bangun juga dari Hongkong? Udah mau abis gitu minumnya. Charlotte pun ikut duduk di kursi hadapan Fistor, lalu sambil meminum air putih, ia memperhatikan Adiknya tersebut.

"Kamu tumben belajar," ucap Charlotte.

Fistor berdeham, seolah mengatakan 'ya'. Lalu melanjutkan, "Biar pinter."

"Bukannya udah?" Charlotte menaruh gelasnya tadi di meja makan.

Ya, Charlotte sudah tau kalau Fistor itu pintar, bahkan lebih pintar darinya–maka dari itu Fistor sering membantunya mengerjakan PR, padahal dia masih SMP dan itu soal untuk anak SMA–tapi sepengetahuan Charlotte, Adiknya tidak terlalu rajin belajar (Charlotte tidak tau Adiknya itu memiliki kekuatan apa). Jika Fistor rajin begini, biasanya ada sesuatu di baliknya.

Charlotte masih saja memperhatikan Fistor yang nampak tidak peduli karena ia terus membaca bukunya itu, sampai Charlotte tersadar sesuatu. Charlotte menarik paksa buku yang sedang dibaca Fistor, melihat sampulnya; Cara Cepat Jadian Dengan Gebetan! 100% Berhasil! Lalu langsung tertawa terbahak-bahak. Ternyata Fistor sedaritadi tidak membaca buku IPA–hanya menjadi penutup buku tadi.

"HAHAHAHA, DUH," Charlotte jatuh dari kursinya, lalu jongkok sambil tertawa lebih kencang. "Maaf, ketawa boleh nggak, Tor?"

Melihat muka Fistor yang malah memerah karena malu, Charlotte makin tertawa. Ia tidak peduli jika membangunkan anggota keluarganya, selain karena ini memang sudah pagi, menurut Charlotte ini memang lucu.

"AH!" Charlotte langsung berhenti tertawa dengan sendirinya sambil bangkit dari jongkoknya. "Aku lupa jogging 'kan! Kamu sih!"

"Lah?" balas Fistor tidak terima.

Charlotte mengabaikan balasan Fistor lalu langsung berlari kecil menuju pintu. Charlotte membuka pintunya dan membalikkan lagi badannya, tersenyum jahil pada Fistor, "Semangat ya, ngajarin Sekar! Jangan disesatin kayak Riston!" ucapnya, "Oh iya, nanti aku pinjem ya, buku cara cepat jadian dengan gebetan!"

Charlotte menutup pintu sambil terkekeh puas. Ia tidak menyangka Adiknya yang pintar dalam segala pelajaran itu tidak pintar dalam memikat hati perempuan. Padahal, tidak usah membaca buku itu–Charlotte tidak ingin menyebut judulnya, karena nanti ia malah tertawa lagi–Charlotte yakin seratus persen kalau Sekar siapalah itu, pasti membalas perasaan Fistor. Tentu saja, wajahnya tampan, otak yang pintar, dan sikapnya yang sopan. Mungkin hanya kejutekkannya yang membuat orang sebal.

Charlotte mengambil sepatunya, dan dengan cepat ia memakainya. Belum ia ikatkan tali sepatunya, Charlotte melihat dia yang sedang jogging melewati rumahnya. Tanpa berpikir panjang, Charlotte mengejar dia dan ikut jogging di belakangnya. Walaupun sebenarnya Charlotte sempat bingung, setelah Charlotte yang telat bangun dan sempat berbincang dengan Fistor, dia baru sampai rumahnya sekarang? Apa dia telat juga? Malas memikirkan sesuatu yang seharusnya ia syukuri bukannya herani, Charlotte terus mengikuti dia.

Lah, ini gue ngikutin dia sampe mana? Rumahnya? Kok gue baru mikirin?! Charlotte menghela nafasnya, nggak apa-apa, nggak ada salahnya tau rumah dia. Asal gue nggak nyasar nggak pa-pa.

Awalnya, memang tidak ada masalah dengan Charlotte yang kesiangan. Toh, ia masih bisa bertemu dia–dan kemungkinan tau rumahnya. Tapi Charlotte merasa ada sesuatu yang kurang–ia pun tidak tau juga apa yang kurang. Oleh sebab itu, Charlotte terus jogging di belakang dia, sampai akhirnya kejadian yang tidak diinginkan terjadi.

Brak!

Akhirnya Charlotte sadar apa hal yang kurang tadi; ia belum mengikat tali sepatunya.

] [

a.n
ea ini pendek ea. kebanyakan narasi juga ea. yaudahlah semoga suka ea.

17 Juli 2016.

Morning Routine | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang