Aku memencet tombol di tengah dan foto berikutnya muncul.
Itu foto saat perayaan ulang tahun Yugyeom tahun lalu, hanya dua minggu setelah aku meminta Jungkook tersenyum sedikit.
Karena memberi kejutan adalah hal yang menyenangkan,
karena semua orang dalam suasana hati yang baik, aku dengan teman-teman datang ke kelas lebih awal.
Saat itu kejutannya dilakukan di dalam kelas, meskipun itu hari minggu dan banyak tempat yang lebih menyenangkan, tapi kami sepakat untuk memilih di kelas.
Kelas sudah seperti rumah kedua kami. Orang bilang tidak ada tempat yang lebih nyaman dibanding rumah sendiri dan sepertinya itulah alasan mengapa kami memilih kelas.
Aku menyuruh salah satu teman cowokku menelpon Jungkook dan ajaibnya dia mau ikut.
Setelah memberikan kejutan, kami akhirnya perang krim, cowok lawan cewek dan itu sangat menyenangkan.
Mina, Sana dan aku membangun distribusi krim kue; aku menarik lengan musuh sementara Mina dan Sana mengoleskan krim itu pada musuh-musuh dengan ketepatan sempurna.
Kami berhasil mengalahkan kelompok cowok, kecuali Jungkook, ia sama sekali tidak terkena krim karena ia hanya duduk di depan meja yang ada di ujung kelas sambil sesekali tertawa melihat orang-orang.
Itulah momen dalam foto yang saat itu diambil Mina beberapa kali dengan ponselnya.
Ia mengenakan kemeja putih longgar dan itu sangat seksi.
Lalu jungkook diam-diam berlari kearah kami dan menyerangku, dengan tangannya, ia mengoleskan banyak krim pada mukaku.
Aku tidak peduli dan hanya tertawa dan wajahnya dekat sekali, hanya beberapa sentimeter dari wajahku.
Aku ingat betul waktu itu Jungkook tidak langsung menyingkir.
Ia menatap jauh kedalam bola mataku dan tawanya pelan-pelan mereda sampai ke momen yang membuatku melayang.
Setelah perang krim, aku dan Jungkook pergi minum mocha latte bersama, hanya kami berdua.
Aku yang mengusulkan tapi Jungkook langsung menjawab ya tanpa setitik pun keraguan.
Kami ke Starbuck dan duduk di sofa berlengan ungu yang sama dekat pintu masuk tempat itu.
Aku girang dan gugup, sementara Jungkook malu-malu.
Lalu ia tidak terlihat malu lagi atau mungkin hanya sedikit lebih pede dan ia menggenggam tanganku.
Saking kagetnya, aku hampir menumpahkan kopiku.
"Apa aku boleh menciummu?"
Jantungku berdegup tidak karuan dan tiba-tiba akulah yang menjadi malu.
Jungkook mengambil cangkir dari tanganku dan meletakkannya di meja, lalu membungkuk dan mengecup lembut bibirku.
Kedua matanya, saat ia akhirnya mundur kelihatan sehangat lelehan coklat.
Ia tersenyum dan aku yang meleleh menjadi coklat cair.
Itu hari yang paling sempurna seumur hidupku.
.
"Hei!" seru adik lelakiku dari lantai bawah, tempat ibu dan ayah mengobrol. "Mau bermain game denganku?"
"Tidak terimakasih," seruku.
"Makan biskuit mau? Aku akan mengambilnya."
"Tidak usah."
"Menonton Doctors?"
Aku mengerang, adikku lelaki dan ia baru berumur sepuluh tahun, ia tidak suka drama. Adikku itu hanya berusaha menghiburku.
"Lain kali saja," seruku.
"Oke," katanya, terdengar langkah-langkah menjauh.
Aku mendengarnya memberitahu orang tua kami, "kakak bilang tidak."
Kesedihanku makin mendalam.
Ayah, ibu dan adikku ada dilantai bawah bersama dengan gembira tertawa dan mengobrol, sementara aku murung dan sedirian.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Over; Jjk [Completed]
FanfictionKamu dan Jungkook putus karena kesalahan bodohmu. Kamu menyesal, lalu apakah Jungkook mau menerimamu lagi? Inspired: Love Is Not Over, BTS & The Patron Saint of Pigs, Lauren Myracle