Akhirnya aku berhasil menukar paper bag. Aku buru-buru mempercepat langkah karena sebentar lagi waktunya bel masuk berbunyi.
Setibanya di sekolah aku ke kantin. Jimin sunbae mendongak dari meja paling ujung.
"Akhirnya," teriak Jimin sunbae.
Ia segera mendekat dan mengambil paper bag yang ada ditanganku.
"Terimakasih banyak," katanya sambil tersenyum bahagia.
"Ya. Ya. Jadi bagaimana soal perjanjian kita?" aku benar-benar tidak bisa lagi menunggu soal ini.
"Ah, ya aku harus memberitahu sesuatu soal Jungkook," kata Jimin sunbae menatapku.
"Dia nitip pesan buatmu."
Jantungku berdentum-dentum dalam dadaku.
"Dia nitip pesan buatku? Apa pesannya?"
"Hei," kata Taehyung sunbae yang muncul tiba-tiba dari belakang. "Mana sarapan buatku?" Ia tersenyum lebar dan aku menyadari alasannya begitu melihat tangannya merangkul cewek disebelahnya.
Ya Tuhan, kau memberikan keajaiban padanya. Apa kau juga akan memberikan keajaiban padaku? Aku bergumam.
"Pagi," sapa Irene unnie. "Apa sarapan gratisnya boleh dibagi padaku?" Ia mungkin tersenyum mengejek, tapi aku ragu karena sekarang Irene unnie tidak terlihat sejahat sebelumnya. Hari ini Irene unnie terlihat bercahaya dan tidak sinis. Apa mungkin itu karena rangkulan Taehyung sunbae?
Aku menghela napas. "Sandwichnya ada di tasku, ambil saja dan kalian boleh berbagi."
"Terimakasih," kata Irene unnie. Taehyung sunbae terkikik.
"Pesannya?" kataku pada akhirnya.
"Pesannya, Jungkook terlambat."
"Gara-gara ketiduran," tambahnya.
"Apa?" aku mengerjit. "Ketiduran?"
"Iya, dia hampir tertidur selama dua puluh empat jam di rumahku, atau mungkin sudah."
"Tertidur selama dua puluh empat jam?" tanya Taehyung sunbae, membuat aku sedikit terkejut karena aku pikir ia sedang mengambil sendwich.
"Iya, kau tahu latihan terakhir dia setelah memenangkan pertandingan? Setelah itu kami berpesta untuk merayakan kemenangannya. Kami berpesta sampai kami bosan. Dan saat itu dia menerima pesanmu. Dia segera membersihkan diri untuk berbenah namun karena ia terlalu banyak minum atau memang karena kelelahan ia ambruk begitu saja di rumahku."
"Whoaaa," kata Taehyung sunbae. Ia melompat turun dari bangku sambil menarik Irene unnie. Mereka bergabung dengan kami di dekat jendela. "Kalian berpesta sampai bosan?"
Jimin sunbae mendongak menatap Taehyung sunbae "Ya. Benar sekali. Kami sampai tidak ingat berapa liter alkohol yang kami minum."
Taehyung sunbae tertawa keras. "Kerennnn."
Aku hanya diam, aku tidak mau tahu kebiasaan-kebiasaan para anak cowok lebih detail.
"Apa ada yang lain?" kataku.
"Yang lain apa?" kata Jimin sunbae.
"Pesan lain!"
"Oh," kata Jimin sunbae. "Ya! Ya, ada!" rahangnya mengeras penuh tekad. "Karena Jungkook sudah sembuh dari sakitnya setelah berpesta bersamaku. Jungkook bilang dia akan menemuimu, hari ini. Di sekolah."
Jantungku serasa berhenti dan dengung riang di kantin lenyap. Seakan ada seseorang yang menekan tombol MUTE di dunia luar, atau mungkin perasaan dalam diriku yang menenggelamkan semuanya. Jungkook bilang dia akan menemuiku? Jungkook akan menemuiku?
Suara pintu kantin terbuka merasuki kesadaranku dan di tengah kebingunganku.
"Jungkook... Jungkook," kata Sana, berjalan cepat ke arahku.
Di sampingnya, Mina berbinar-binar . "Dia akan ke kantin! Kami melihatnya! "
"Aku yang pertama kali melihatnya," kata Sana. "Dia terlihat seperti baru saja selesai berhibernasi, jadi siap-siap ya. Jujur sih, dia terlihat seperti beruang atau mungkin gorila."
"Gorila tidak berhibernasi," sergah Mina. "Iya kan?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk namun tiba-tiba otot-ototku terasa lemas. Seluruh tubuhku terasa lemas karena pintu kembali terbuka
Dan Jungkook muncul
Dan dia kelihatan sangat berantakan, dan aku merasa ingin menangis sekaligus tertawa karena Jungkook memang terlihat seperti gorila atau beruang atau keduanya, dengan rambut acak-acakan dan kantung mata yang menghitam karena terlalu lama tidur.
Kedua mata hitamnya memperhatikan semua orang satu persatu, lalu akhirnya melihatku. Ia mendekat dan mendekapku erat, sementara aku memeluknya dengan sepenuh hati.
Seluruh sel di tubuhku bernyanyi.
"Ya ampun, dua hari ini benar-benar gila," bisiknya di telingaku.
"Oh, ya?" kataku, menyerap dan menikmati seluruh keberadaan dirinya.
"Pertama, aku terlalu lelah dengan pertandingan basketku, lalu setelah berakhir aku malah merayakannya dengan minum banyak alkohol."
"Minum banyak alkohol? " aku mundur supaya bisa melihat wajahnya, tapi tanganku tetap merangkulnya.
"Iya, itu ide Jimin sunbae. Kami minum sampai kami merasa ingin muntah. Dan saat aku akan menemuimu, aku ambruk dan tertidur lama. Saat aku bangun aku ingin menghubungimu tapi aku lupa dimana menaruh ponsel terakhir kali setelah aku membalas pesanmu, dan karena aku tertidur terlalu lama, tubuhku jadi berantakan, kau tau kan maksudnya? Merasa lemas dan pusing."
"Itu pasti tidak nyaman."
"Memang."
Sana dan Mina mendekat padaku.
"Kau berhasil," kata Mina
"Aku meragukanmu, padahal seharusnya tidak. Dan ternyata kau berhasil," kata Sana.
"Terimakasih," kataku.
Aku tersenyum pada Jungkook yang balas senyum. Ia menatapku.
"Aku merindukanmu," kata Jungkook. Ia membelai beberapa helai rambutku dengan telunjuknya. Lalu tangannya turun mengusap-usap pipiku.
"Aku masih mencintaimu," bisiknya
Dan wajahku memerah.
Pipiku terasa hangat.
Aku berjinjit dan merangkul leher Jungkook.
"Aku akan menciummu sekarang," kataku memberinya peringatan.
"Tidak," kata Jungkook, lembut namun tegas. "Aku yang akan menciummu."
Bibirnya mengecup bibirku dan kepalaku dipenuhi bel yang berdentang merdu, indah, dan murni. Mungkin itu bel masuk. Tapi aku terlalu sibuk untuk mengeceknya.
-End-
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Over; Jjk [Completed]
FanfictionKamu dan Jungkook putus karena kesalahan bodohmu. Kamu menyesal, lalu apakah Jungkook mau menerimamu lagi? Inspired: Love Is Not Over, BTS & The Patron Saint of Pigs, Lauren Myracle