Jam 06.30 aku selesai menyalin tugas.
Jam 06.31 aku dan Mina pergi ke kantin.
"Selamat pagi, kawan," kata Sana, aku tidak mengira ia sudah ada di sekolah sepagi ini.
"Aku akan jadi murid teladan sekarang," kata Sana. "Jadi aku datang pagi. "
Kami berjalan masuk ke kantin, membawa angin dingin yang menderu ke dalam. Membuat pipi-pipi kami merona.
Jam 06.35 matahari resmi terbit. Mataharinya lumayan cantik, kalau kau memang menyukai hal-hal seperti itu. Awal baru, lembaran baru, sinar-sinar harapan baru...
Ya. Bukan untukku.
Kami mulai sibuk sarapan di kantin. Sarapan mengambil alih sehingga otakku diam, setidaknya untuk sementara.
Ponselku bergetar, aku menghela napas saat tahu siapa yang menelpon.
"Halo," kataku malas.
"Apa kau sudah menukarkan paper bag?"
"Hah?"
Astaga, aku melupakan alasan kedua mengapa aku kesekolah pagi sekali.
"Aku tanya, apa kau sudah..."
"Sebentar, aku butuh sarapan sebelum belajar," kataku dengan nada penuh rasa kesal tertahan.
"Cepatlah, aku butuh paper bag sebelum belajar."
Perutku langsung mual, seakan aku sedang naik lift yang kabel-kabelnya putus. Aku buru-buru menutup ponsel dan memakan sisa sarapanku dengan cepat. Saat aku hendak pergi, ponselku berdering lagi. Aku tahu aku seharusnya tidak menjawabnya... Tapi aku menyerah dan tetap menjawab telepon itu.
"Dengar," kataku.
"Tidak, kau yang dengar. Ini sudah jam enam lewat tiga puluh lima menit, itu artinya kau hanya punya waktu dua puluh lima menit lagi untuk menukar paper bagku sebelum bel masuk berbunyi. Sama sekali tidak ada alasan mengapa kau masih mondar-mandir di kantin."
"Itu tidak adil," bantahku. "Perjanjian awal aku menukar paper bagnya saat istirahat, jika menukar paper bagnya sebelum bel masuk berbunyi... bagaimana kalau... Bagaimana kalau ada bongkahan es yang jatuh menimpa kepalaku dan membuatku koma?"
"Apa ada bongkahan es yang jatuh menimpa kepalamu dan membuatmu koma?"
Aku mengantupkan bibir rapat-rapat.
"Baiklah, kalau begitu biar kusampaikan dengan jelas: jika kau tidak menukarkan paper bagku sebelum bel masuk berbunyi, berarti perjanjian kita gagal."
"Tidak! Perjanjian kita tidak boleh gagal!"
"Kalau begitu, pergi ke nenek gila itu sekarang!"
.
.
.
Adakah yang penasaran perjanjian apa itu???
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Not Over; Jjk [Completed]
FanfictionKamu dan Jungkook putus karena kesalahan bodohmu. Kamu menyesal, lalu apakah Jungkook mau menerimamu lagi? Inspired: Love Is Not Over, BTS & The Patron Saint of Pigs, Lauren Myracle