Prolog

5.4K 239 61
                                    

Tonton video trailernya dulu sebelum mulai ceritanya muehehe~

Kutarik napas panjang sambil mengejapkan mata beberapa kali. Mataku terasa lengket dan enggan terbuka, sepertinya aku terlalu banyak menangis semalam.

Cahaya jingga kekuningan mengintip malu melalui celah tirai yang sedikit terbuka. Suara cicit burung dari luar sesekali terdengar samar, nampaknya hujan sudah reda. Sungguh, pagi ini terasa begitu damai. Aku benar-benar merasa hangat dan nyaman.

Hangat.

Nyaman.

Mataku mulai terpejam lagi. Rasa kantuk membuatku berencana untuk melanjutkan tidur.

Tunggu dulu. Hangat? Nyaman?

Aku membuka paksa mataku saat merasakan napas hangat yang menerpa kulit wajahku.

Lagi-lagi aku mengejapkan mata, kali ini bukan karena mengantuk. Rasa kantuk yang semula menggelayutiku tiba-tiba sirna, hilang entah kemana.

Apa ini nyata? Ini bukan mimpi kan?

Pria itu - suamiku, sedang tidur di depanku. Wajah kami hanya berjarak beberapa senti saat ini. Wajahnya saat tidur benar-benar damai seperti anak kecil. Bisa kulihat dengan jelas wajahnya yang tampan, tidak, maksudku sangat tampan.

Alisnya tebal berwarna hitam, bulu matanya tampak semakin lentik saat matanya terpejam. Hidungnya mancung, tulang rahangnya begitu kokoh dan tajam. Kulitnya putih bersih tanpa cela. Bibirnya yang berwarna merah, melengkung sempurna. Aku bisa melihat kumis tipis di atas bibir merah itu dengan jelas. Sepertinya Joong Ki belum sempat mencukurnya. 

Aku benar-benar mengagumi setiap lekuk wajahnya.

Ya, aku mengaguminya sejak pertemuan kali pertama. Dan aku masih mengaguminya hingga saat ini, bukan, maksudku aku akan selalu mengaguminya.

Memandangi pria yang masih terlelap di depanku ini membuatku malas beranjak. Entah sudah berapa banyak menit berlalu, aku masih betah memandanginya. Tak ada rasa bosan. Yang ada hanya senyum bibirku yang mengembang entah sejak kapan. 

Jika ada orang yang melihatku saat ini, pasti mereka akan memberi karangan bunga di kepalaku kemudian meneriakiku orang gila. Memang benar. Sepertinya aku semakin tidak waras. Moon Chae Won kau benar gila karena sudah terperosok semakin dalam.  

"Benar-benar tampan," gumamku pelan tak ingin dia terbangun.

Aku sangat ingin menyentuhnya. Hal yang tak mungkin dapat kulakukan saat dia terjaga. 

Kuberanikan diriku.

Yang kutahu, aku menjadi luar biasa senang saat bisa menyentuh hidung mancungnya. Tentunya dengan sangat hati-hati agar dia tak terbangun. Aku hampir menyentuh bibirnya dengan jariku, tapi terpaksa berhenti sesaat sebelum bisa menyentuhnya karena tiba-tiba saja pria di depanku ini mengejapkan matanya yang belum terbuka.

Oh kumohon jangan bangun sekarang! Jeritku dalam hati.

Moon Chae Won matilah kau!


Gluupp....

Kutelan ludahku susah payah. Napasku tercekat di pangkal tenggorokan. Aku sengaja menahannya karena terlalu takut deru napasku bisa saja membangunkannya.


Oh syukurlah. Song Joong Ki masih enggan terbangun. Pria itu tidur terlampau nyenyak.

Aku melihat bibir merahnya lagi. Entah mengapa sekarang terlihat ....

Lupakan apa yang kau pikirkan Moon Chae Won!


Kupejamkan mataku rapat. Saat ini aku tengah berusaha menahan keinginan gilaku sekuat tenaga. Aku harus bangun sekarang. Sebab aku sendiri pun tak pernah tahu apa yang bisa saja kulakukan jika harus berada di sisinya lebih lama lagi.

Aku hendak bangun, namun sesuatu menahanku. Sebuah tangan yang besar dan berat menggantung di pinggangku. Ya Tuhan, aku sampai tak menyadarinya karena terlalu sibuk menggilai elok parasnya.

Ia menggeliat pelan. Reflek membuatku menahan napas untuk ke sekian kalinya.

Sepertinya gerakanku tadi membangunkan Song Joong Ki.

Moon Chae Won kau benar-benar bodoh! Lagi-lagi aku hanya bisa merutuki diriku sendiri dalam hati.

Pura-pura kupejamkan mata sebab tak berani menatapnya. Aku terlalu takut melihat manik matanya akan penuh kemarahan begitu tahu dia terbangun di sisiku.


Deg....

Apakah ini nyata? Maldoandwae.

Jantungku sudah pasti melompat keluar jika saja tulang rusukku tak menghalanginya. Semua terjadi begitu cepat, yang kutahu kini Song Joong Ki sudah membungkus tubuhku erat dalam peluknya. Lengan kanannya entah sejak kapan menjadi bantalan kepalaku, sedang tangan kirinya melingkar sempurna di pinggangku. 

Song Joong Ki menarik tubuhku ke arahnya hingga tidak ada lagi jarak di antara kami, memelukku begitu posesif.

Aku tak lagi bisa melihat wajah tampannya, karena kini kepalaku menelusup di ceruk lehernya. Kuhirup aroma tubuhnya yang tak pernah kurasakan sedekat seperti sekarang ini sebelumnya. Benar-benar wangi dan memabukkan. Sekali lagi kuhirup dalam-dalam. Jika benar ini hanya mimpi, kuharap aku tak akan pernah melupakan wangi tubuhnya saat semua ini berakhir. 

Atau,

jika memang boleh. Aku ingin mimpi ini tidak akan pernah berakhir meski itu artinya aku tak akan pernah terbangun, selamanya.


***

Huulaaa~

Ini adalah tulisan pertamaku (yang berani aku publikasikan) setelah sekian lama ngga nulis. Terakhir nulis itu jaman SMA, sekitar 5 tahun lalu mungkin (duh ketahuan kan gue udah tua). Bikin karangan deskripsi, narasi, persuasi dll. pun cuman buat menuhin tugas sekolah muehehehe.

Time goes fast and here I am, memutuskan untuk memberanikan diri buat nulis lagi di tengah carut-marutnya hidup karena perkerjaan yang makin numpuk dan dituntut serba cepaat *apaanseeeh ras kok malah syurhaat. Mengusung cerita hasil imajinasi yang sukses bikin susah tidur tiap malemnya (ini serius, lebay ya?! hahaha)

Oh ya satu lagi, kenapa Song Joong Ki dan Moon Chae Won? Karena sampe sekarang aku masih gagal move on dari mereka (T^T). Udah 4 tahun tapi ini otak sama hati masih nyantolnya ke The Innocent Man (Kang Ma Roo aku padamuu!!!! *uoppoojaaal)

Intinya satu, tulisan ini cuman sarana menyalurkan hobi, yang udah lama mati suri. Jadi tolong dimaklumi kalau ada kekurangan yang berterbangan di sana-sini, karena daku bukanlah ahli (kok malah ngepantun ya~). Bener-bener berterima kasih sama guru Bahasa Indonesia jaman sekolah dulu yang udah ngajarin tentang mengarang indah (walopun karangan gue gak indah-indah amat juga sih). Dah ah katanya intinya satu, tapi meleber kemana-mana muehehehe. Maapkan yeeuu.

Harapannya bakalan dapet kritik dan saran tentang tulisanku yang masih amatiran dan acakadul ini. Terima kasih~


Jakarta, 27 Juli 2016

Warm WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang