"Maldoandwae."
"Ahjussi, siapa kau sebenarnya? Kenapa wajahmu, aku seperti pernah melihatnya."
Tak tertarik untuk menanggapi omongan seseorang yang dianggapnya sudah kelewat mabuk, pria itu bangkit dari tempatnya. Dikikisnya jarak antara gadis itu dan juga dirinya. Sama sekali bukan bermaksud hendak berbuat kurang ajar, ia sedikit memeluk gadis itu dari samping guna menjaga tubuh layunya agar tidak menumbuk dinginnya lantai.
"Sebaiknya kuantar pulang sekarang sebelum kau benar-benar hilang kesadaran," katanya lembut kemudian membujuk si gadis untuk segera meninggalkan tempat itu.
"Song Joong Ki," kata gadis itu tiba-tiba, "aku sedang menjawab pertanyaanmu tadi, Ahjussi. Orang itu bernama Song Joong Ki," lembut suaranya mutlak mencipta beku di antara keduanya.
Untuk sepersekian detik berikutnya mereka hanya saling memandang, dalam diam.
"Orang yang sudah membuatku seperti ini...." gadis itu menjeda kalimatnya dengan membentuk sebuah lengkung di bibirnya. Palsu. Kentara sekali dibuat-buat.
"Kau..., "
"... Song Joong Ki-ssi."
Sabur limbur memerangkap sepenuhnya, memeluk kesedihannya. Riuh murka bercampur duka meremukkan benteng pertahanannya, menyapu habis serpihan kesadarannya. Ia tak lagi bisa menjadi kuat yang dipaksakan seperti apa yang telah ia lakonkan sebelumnya.
Gadis itu tumbang.
Jatuh.
Terperosok dalam dekap nestapa.
Terjerembap dalam kabut pekat berpendar gelita.
"Ani. Bukan Song Joong Ki," gumamnya pelan hampir tak terdengar.
"Andwae," kali ini ia menggeleng lemah beberapa kali.
"Song Joong Ki tidak boleh tahu."
"Kumohon," suaranya kini terdengar memelas.
"Andwaeee!!!"Teriakannya melaung bersama dengan kedua kelopak matanya yang kini membuka sempurna. Peluh membasahi pelipisnya, sedang tubuhnya seperti mati rasa, membatu begitu saja.
Gadis itu terduduk. Hampir tak bergerak kecuali mata indahnya yang mengejap sesekali. Pandangan matanya tak bernyawa, menatap kosong entah ke mana. Tak lama, sabit indah perlahan memijar dari bibirnya. Benda kecil berbentuk persegi panjang di atas nakas yang terletak di arah jam dua belas dari tempatnya berada, berhasil menarik perhatiannya.
Sebuah pigura berwarna eboni membingkai gambar tiga orang sekaligus, anak kecil yang tersenyum gembira di atas pundak seorang lelaki dewasa yang tengah memeluk seorang wanita yang sangat jelita. Bahkan hanya dengan melihat potret itu, semua orang pun bisa tahu bagaimana bahagianya keluarga kecil itu. Ya, semua orang, tak terkecuali gadis itu, Moon Chae Won yang masih saja tersenyum mengaguminya.
"Kau sudah bangun?"
Pertanyaan itu berhasil membuyarkan lamunan Moon Chae Won. Buru-buru dilemparnya arah pandangannya menuju asal suara tadi. Seorang pria tampan yang amat sangat ia kenal memandangnya sedikit khawatir dari arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm Winter
FanfictionSometimes you just need to be with the person who makes you smile even if it means waiting