"Ya, eodiya?" serunya di telepon.
"Apakah sekarang siklus menstruasimu? Kenapa kau sensitif sekali?" teriakku tak mau kalah. Bisa kudengar deru nafasnya yang dihembuskan keras.
Sudah pasti dia merasa dongkol padaku. Orang itu sekarang mengacak rambutnya dengan kesal. Kemudian dia menarik napas dalam-dalam, menahan emosi.
Orang itu berdiri sekitar sepuluh meter di depanku, pria dengan kemeja kotak-kotak berwarna cokelat dan celana jeans hitam. Bahkan dari belakang pun dia terlihat tampan. Kumohon jangan bilang padanya jika aku mengatakan hal ini, bisa-bisa dia besar kepala!
"Aku sudah menunggumu selama dua jam! Berapa lama lagi aku harus menunggumu?" suaranya kini terdengar frustasi, lagi-lagi dia mengacak rambutnya.
Aku jahat ya? Aku sudah membuatnya lama menunggu, dan sekarang aku malah mengerjainya. Aku sudah sampai dari beberapa waktu yang lalu, mungkin sudah sekitar lima belas menit. Tapi aku malah sengaja mengamatinya dari jarak yang cukup jauh di belakangnya. Hmm, aku hanya senang melihat muka kesalnya. Kalian tahu kenapa? Karena saat kesal, muka pria yang sedang menungguku ini akan... ah lihat saja sendiri nanti.
Sudah cukup, aku akan berhenti menggodanya. Tiba-tiba aku merasa kasihan padanya.
Aku mengendap-endap di belakangnya.
"Mianhaeyo ahjussi, telah membuatmu menunggu lama!" ucapku sedikit berteriak, sambil menepuk keras punggungnya dari arah belakang, sengaja mengagetkannya.
Pria di depanku ini tak langsung berbalik, dia mematikan telepon genggamnya kemudian memasukkannya ke dalam saku celana.
Oke, tutup telingamu dan lindungi kepalamu sekarang Moon Chae Won!
"Moon Chae Won! Aiisshh!" teriaknya kesal saat berbalik melihatku. Tangan kanannya terangkat ingin menjitak kepalaku.
Tepat seperti dugaanku tadi. Hal itu selalu dilakukannya saat aku membuatnya kesal. Berteriak dan selalu ingin menjitak kepalaku. Tenang saja dia tidak akan benar-benar melakukannya, dia hanya berpura-pura.
Mukanya merah padam seperti kepiting rebus.
Tawaku seketika meledak.
Kalian pasti paham kan sekarang apa yang membuatku begitu senang dengan muka kesalnya?
Ya, benar. Mukanya saat kesal akan menjadi merah padam. Membuatnya benar-benar mirip dengan Tuan Crab di serial kartun Spongebob, apalagi ditambah omelannya.
Si Tuan Pengomel itu diam tak memberikan respon, seolah ingin memberikanku kesempatan untuk menuntaskan tawa. Tak lama kemudian ia memalingkan muka, masih dalam diam.
"Hmmpphh," kututup mulutku untuk mengerem gelak tawaku.
"Seung Gi-ya, kau benar-benar marah padaku?" tanyaku hati-hati. Aku sengaja mendekatinya, berdiri di sisi kirinya agar dapat melihat wajahnya. Dia hanya melirikku sekilas, tak menjawab.
Jika sudah begini, lakukan jurus andalanmu Moon Chae Won.
"Mianhae, Seung Gi-ya," ucapku pelan sambil menundukkan kepalaku, pura-pura menyesal.
Satu ....
Dua ....
Tiga ....
Pasti ada yang salah, kulanjutkan hitunganku.
Empat ....
Lima ....
Biasanya tak lebih dari tiga hitungan, Lee Seung Gi akan memaafkanku saat aku memelas seperti barusan. Kenapa sekarang tidak? Pasti ada yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warm Winter
FanfictionSometimes you just need to be with the person who makes you smile even if it means waiting