1

150 18 16
                                    

Terik matahari menerobos masuk ke dalam pelupuk mata Kenzy. Ia mengumpulkan kesadarannya dengan  meregangkan otot, meliuk-liukkan badannya di atas tempat tidur bagai cacing kepanasan. Hari ini adalah hari baru untuk Kenzy, dimana ia akan memulai tahun ajaran baru sebagai Siswi kelas 12 di SMA Bakti Negara. Ia menuruni tangga rumahnya seraya menyenandungkan lagu yang disukai gadis itu. Moodnya cukup bagus pagi ini, setidaknya saat ini.

          Kenzy menghampiri ruang makan dengan maksud untuk meminta dibuatkan susu cokelat oleh Mbok Rosy, namun niat itu ia urungkan melihat siapa yang duduk di meja makan rumahnya. Seorang lelaki berperawakan tinggi, putih, dan kekar. Dilihat dari wajahnya sudah dipastikan bahwa ia sudah tidak muda lagi. Dia adalah Ayah Kenzy, Agung Perwira Tanubrata. Ayah Kenzy sangat terkenal sebagai orang terkaya pertama di Kota Bandung dengan menyandang jabatan sebagai pemilik perusahaan Tanubrata Group. Dimana perusahaan tersebut adalah satu-satunya yang terbesar di Kota Bandung.

          Dari awal Kenzy sampai di ruang makan tersebut, terjadi hening di antara mereka. Tidak ada yang membuka topik pembicaraan atau setidaknya mengucapkan "Selamat pagi". Sudah tidak aneh jika terjadi hal seperti itu, Mbok Rosy yang melihatnya pun  tidak pernah ambil pusing. Namun semakin lama, Mbok Rosy merasa sangat canggung. Mbok Rosy merasa tidak enak dengan keheningan ini, akhirnya ialah yang membuka pembicaraan diantara mereka bertiga. "Non Kenzy, mau sarapan apa? Biar mbok buatin selagi masih ada waktu," tanya Mbok Rosy.

          "Nggak usah, nggak apa-apa Mbok. Biar Kenzy sarapan sendiri di sekolah," ucap Kenzy. Dari sudut matanya, Kenzy tahu, ia diperhatikan. Diperhatikan oleh Ayahnya, dan hal itu sangat jarang sekali terjadi. Sampai akhirnya "Papa tahu, kantin sekolah kamu masih belum buka pagi-pagi begini. Lebih baik kamu sarapan sama papa saja." Ayahnya membuka pembicaraan. Mbok Rosy cukup kaget dengan apa yang dikatakan majikannya, tidak biasanya Ayah Kenzy perhatian seperti tadi.

          "Nggak perlu, Kenzy juga nggak lapar banget kok. Lagian, nggak makan sekali juga nggak mati." Ketus Kenzy.

          Mendengar jawaban sang anak yang ketus, tentu saja Agung tidak tinggal diam, hatinya sudah terlanjur panas karena tersulut api dari jawaban Kenzy. "Saya sudah cukup sabar menghadapi kamu, Kenzy. Mau sampai kapan kamu begini dan tidak mau berubah? Papa muak dengan keadaan ini, asal kamu tahu." Ucap Agung sambil menatap mata Kenzy secara mendalam.

          Kenzy mendengus perlahan mendengar pernyataan dari papa-nya sendiri. Ia sungguh tidak sehat pagi ini. Bukan tubuhnya, tetapi hatinya. Bahkan hatinya sakit tidak hanya hari ini, dari dulu pun sudah sakit. Sejak terjadi hal yang sangat tidak diinginkan oleh Kenzy, hal yang tidak dapat ia ceritakan dengan siapa pun. "Ya sudah, kalau memang papa muak. Jangan ada yang komunikasi di antara kita, cukup urus kegiatan kita masing-masing. Mungkin itu adalah hal yang paling efektif." Ucap Kenzy.

          "Mana bisa begitu, Kenzy. Kita ini keluarga. Kamu anak, saya orang tua. Kita harus menjalin hubungan dengan baik. Apalagi kamu juga tahu, umur papa sudah 48 tahun. Tidak ada yang tahu sampai kapan kita di dunia ini, Kenzy." Ucap Agung. Ada tatapan kecewa dari matanya.

          "Maaf, saya harus pergi. Sebaiknya anda pikirkan saran saya tadi, agar tidak terjadi  hal seperti ini lagi. Saya permisi." Hanya dengan salam itu Kenzy pergi. Dan ketika di dalam mobil, Kenzy menangis, air matanya mengalir tanpa henti. Bahkan saat ia sedang melajukan mobilnya pun, Kenzy masih menangis. Menangis sambil terisak. Ini bukan pertama kalinya Kenzy menangis di dalam mobil, bahkan sudah berkali-kali tanpa ada orang lain yang tahu.

∞∞∞

          Saat mobil sampai di parkiran sekolah. Kenzy sedikit merubah gaya rambutnya. Yang tadinya dikuncir, kini digerai bebas olehnya. Ia selalu melakukan ini saat menghadapi masalah. Yang ia yakini bahwa: saat rambutnya dikuncir, artinya ia sedang menggenggam masalah yang ia hadapi dan saat rambutnya digerai, artinya ia melepaskan masalah tersebut.

          Aneh memang. Tetapi, itu selalu manjur untuk Kenzy.

          Di sepanjang koridor, banyak yang memperhatikan Kenzy. Ada tatapan memuja, tatapan tak suka, ada juga yang tidak memperhatikannya sama sekali. Kenzy sudah terbiasa dengan hal itu, ia juga tahu mengapa ia bisa mendapat tatapan seperti itu. Selain karena ia anak dari   seorang pemilik perusahaan terbesar, ia juga memiliki fisik yang ideal. Tubuhnya yang tinggi dan berkulit putih mengikuti ayahnya. Hidungnya yang mancung, bibir tipis, dan mata berwarna cokelat cerah mengikuti ibunya. Kenzy tahu itu, tetapi ia tidak pernah sombong. Ia sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Jarang ada orang yang memiliki pemikiran seperti itu.

          Sesampainya di kelas baru yaitu, kelas 12 IPA 1. Kenzy memilih duduk di kursi paling belakang dan pojok. Sambil menunggu bel masuk berbunyi, ia mengikuti kebiasaan lamanya yaitu tidur di tempat duduknya dengan tangan memangku kepalanya di atas meja. Dan tak lupa, ada hoodie yang menutupi kepalanya agar tidak ada yang tahu kalau ia tidur dikelas.

          Di tengah-tengah aktivitas tidur Kenzy, Kenzy tidak tahu bahwa ada yang memperhatikannya dari jarak yang dekat. Teman sebangku Kenzy yang baru. Dan dia adalah seorang laki-laki. Kenzy tidak sadar bahwa hoodie yang tadi menutupi kepalanya kini terbuka karena ulahnya sendiri. Pernah kalian dengar satu pernyataan bahwa jika ada yang memperhatikan orang tidur, maka orang yang tidur itu pun akan sadar dengan sendirinya. Entah ada sangkut pautnya dengan pernyataan itu atau tidak, tetapi Kenzy terbangun sekarang. Kaget? Tentu saja iya, karena sekarang ada orang yang tidak ia kenal memperhatikannya. Akan tetapi tidak ditunjukkan oleh Kenzy. Kenzy sangat pandai dalam menyembunyikan apa yang ia rasakan.

          Ragu-ragu Kenzy bertanya, "Lo siapa?" Ditatapnya mata laki-laki itu. Laki-laki itu cukup tampan dengan matanya yang berwarna hitam pekat, hidung mancung, bibirnya yang tidak tipis dan juga tidak  tebal. Sangat cocok dipadukan dengan kulitnya yang berwarna putih dan rambutnya yang berwarna hitam.

          Setelah ditanya, laki-laki itu tidak langsung menjawab. Ia malah asik melihat pemandangan di depannya sambil tersenyum jahil yaitu, Kenzy. Merasa geram karena tidak dihiraukan, Kenzy menyentil kening laki-laki tersebut sampai akhirnya ia tersadar. Ia meringis kesakitan akan tetapi tidak berangsur lama. Ia menjawab, "Lo cantik kalau lagi tidur," katanya sambil menyeringai. Kenzy memutar matanya, ia sudah pernah menghadapi laki-laki seperti ini. Tidak hanya sekali, jadi ia tidak merasa aneh. "Okay, kenalin gue Aditya Vero Pranata. Gue murid pindahan dari Jakarta. Kita teman sekelas. Dan gue teman sebangku lo yang baru." Ucap Vero dengan enteng.

          "O-okay.. Kalau gitu, kenalin gue Kenzy Valeria Tanubrata." Ucap Kenzy sambil tersenyum tulus. Vero menyukai Kenzy, sejak pertama kali mereka bertemu, saat ini. Hanya saja Kenzy tidak tahu apa yang dirasakan oleh Vero. Dan Kenzy hanya menganggap Vero mungkin akan menjadi teman yang menyenangkan.

          "Nama yang bagus, cocok sama lo." Kata cowok itu dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya. Tentunya, Kenzy membalas senyuman itu.

          Lucu. Itu yang ada di pikiran Kenzy. Belum pernah ia memberi penilaian seperti itu pada laki-laki lain termasuk pacarnya, Brian. Menurut Kenzy, Brian adalah orang yang terlalu kaku. Akan tetapi, Kenzy sangat menyayanginya. Baginya, Brian satu-satunya orang yang dapat mengerti bagaimana perasaannya, mengerti bagaimana cara menghadapi Kenzy di saat-saat tersulit.

Chocomarsh Love [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang