Bel pulang sekolah berbunyi. Memberi pergerakan total setiap murid yang ada di dalam kelas. Yang sebelumnya duduk membungkuk, kini berubah tegap. Dan yang sebelumnya menampilkan mata 5 watt, kini lebih bercahaya melebihi 20 watt.
Kenzy dan Vero tampak baik-baik saja setelah perkenalan tadi. Walaupun tidak ada yang membuka pembicaraan sekecil apa pun itu. Terlihat dari cara mereka menahan diri masing-masing untuk tidak berbicara.
Kenzy sudah selesai memasukkan bukunya ke dalam tas. Vero baru saja membuka mulutnya hendak mengajak Kenzy bicara, namun terlambat. Kenzy sudah buru-buru berdiri dan berjalan keluar dari kelas. Vero tidak membiarkannya pergi begitu saja, ia hendak menghampiri Kenzy. Dibereskannya buku-buku itu dengan cepat, lalu berlari mengejar Kenzy.
Vero berhasil mengejarnya. Ia berjalan mengikuti langkah kaki Kenzy, tanpa diketahui perempuan itu. Setelah beberapa langkah, Kenzy berhenti. Hampir saja Vero menabraknya jika ia tidak segera mengerem kakinya sendiri. Seorang laki-laki menghampiri Kenzy, tepat di hadapannya. Brian.
"Mau langsung pulang?" tanya brian.
"Nggak, aku mau mampir ke rumah Gabrielle dulu. Kamu mau ikut?" Brian tampak berpikir sejenak. Kemudian ia menggeleng.
"Nggak deh, ada yang mau aku urus. Kamu aja yang pergi. Tapi hati-hati ya."
"Iya, pasti kok."
"Oke. Titip salam aja buat Gab." Pesan Brian sambil tersenyum.
"Siap Bos!" Ucap Kenzy dengan senyum terhias di bibirnya.
Brian mengacak rambut Kenzy dengan sayang. Wajar jika mereka dijuluki sebagai pasangan teromantis di SMA Bakti Negara. Karena pada kenyataannya, sudah terbukti. Kesetiaan mereka benar-benar diuji selama menjalani hubungan 2 tahun itu. Rintangan dan halangan banyak mereka hadapi, akan tetapi hubungan itu tetap utuh. Bahkan, berita seperti ini pun sudah tersebar sampai ke telinga Kepala Sekolah. Setelah Kenzy pergi, Brian menghampiri Vero. Vero masih terdiam melihat kejadian tadi. Ada sedikit rasa sakit di dalam dadanya melihat sudah ada laki-laki lain di dalam hati perempuan itu. Perempuan yang sangat ia puja dari pagi tadi.
"Lo kenal sama cewek gue?," tanya Brian to the point. "Cewek". Hati Vero mencelos. Bibirnya kaku untuk berbicara.
"Gue saranin sama lo, jangan pernah deketin cewek gue. Dia masih milik gue sepenuhnya." Ucap Brian. Ditepuknya bahu Vero dan berlalu meninggalkannya.
"Lo terlalu posesif jadi cowok. Apa Kenzy suka dengan tipe seperti itu?" tanya Vero yang berhasil memberhentikan langkah Brian. "Asal lo tahu, gue temen sebangkunya dia. Nggak salah dong kalau cuma temen." Lalu, Vero menggunakan pose seakan-akan ia sedang mengingat sesuatu. "Oh iya, gue lupa. Lo jadian sama dia aja berawal dari pertemanan kan? Kalau sama gue gimana ya?" Kedua tangan Brian mengepal. Baru saja Brian menolehkan kepalanya ke belakang, ke arah Vero. Vero sudah berjalan meninggalkannya ke arah yang berlawanan.
Brian tahu sinyal sinyal seperti ini. Ini tidak terlihat seperti obrolan biasa baginya. Ini persis seperti ancaman.
Kenzy baru saja sampai di rumah Gabrielle, sepupunya. Kenzy sudah bertekad akan menceritakan semua yang ia lalui hari ini. Dari kecil, Kenzy memang sudah terbiasa menceritakan kesehariaannya bersama Gabrielle. Dan Gabrielle menerimanya. Ia juga selalu memberi kesan hangat setiap kali Kenzy datang ke rumahnya. Bagi Kenzy, rumah Gabrielle adalah rumah kedua untuknya. Orang tua Gabrielle sudah menganggap Kenzy sebagai anak angkat mereka sejak keluarga Kenzy berantakan. Mereka adalah Dhanu dan Felly. Mereka juga menjalin kerja sama dengan papa Kenzy-Agung. Dhanu selalu berpesan kepada Gabrielle bahwa, Gabrielle harus selalu bersikap baik pada Kenzy. Gabrielle selalu ingat hal itu, dan tanpa diberitahu pun Gabrielle akan tetap bersikap baik pada Kenzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocomarsh Love [SLOW UPDATE]
Teen FictionLaki-laki itu mengusap kepala sang gadis dengan lembut. "Mulai saat ini, berjanjilah bahwa kita akan seperti tangan dan mata. Saat tangan terluka, mata menangis. Dan saat mata menangis, tangan menghapus air matanya." "Just for you, I promise." Ucap...