14. Try To Hold You

9K 951 103
                                    


ALFA

Informasi apa yang yang kau katakan padaku, yang berguna untuk papaku?! Teriakan Beth terus tengiang di telingaku seperti kaset pita lama yang kusut, selalu berujung pada dengungan yang membuatku sakit kepala.

Aku tidak yakin, rasa sakit dalam suara Beth itu untuk apa? Akankah dia bersungguh-sungguh atas perasaannya yang memang menginginkan kami bersama, tanpa adanya maksud lain, atau dia begitu pandai berakting seolah sedang patah hati? Atau, dia benar-benar sakit hati, karena aku menginjak-injak harga dirinya? Aku tidak lagi bisa menilai dengan objektif.

Melihatnya dengan George selalu membuatku hilang kendali. Dan fakta bahwa aku begitu merindukan dia, tidak bisa memperbaiki keadaan. Semua diperparah dengan hasrat yang tidak bisa dibendung. Jadi aku membawanya ke tempat tidur, dan seperti bajingan sejati, aku mengoceh seolah Beth tidak berharga sama sekali.

Asal tau saja, aku juga menderita oleh sikap brengseku sendiri. Dan ebih menderita lagi saat tidak yakin penderitaan Beth itu nyata atau tidak. Benarkah dia mencintaiku? Bisakah aku mempercayainya? Bisakah aku mengambil resiko untuk menyerah padanya, menjadi rapuh? Dan bisakah aku bertahan jika ternyata dia menghancurkanku? Semua pertanyaan tanpa jawaban itu serasa mencekikku sampai mati.

Aku menepi, bersandar pada jok seraya memejam. Kedua tanganku yang tadi memegang stir, sekarang menangkup kepalaku yang terasa mau meledak. Sialan semua urusan hati ini! memang hanya orang bodoh yang mau berusan dengan cinta dan tetek bengeknya yang mengesalkan. Sayangnya, aku telah bergabung dengan para orang bodoh itu.

Ponselku berderih, aku meraihnya dari dalam saku jas dan menempelkan benda itu di telinga setelah menggeser tanda hijau pada layar.

"Sebenarnya ada di mana dirimu?"

"Dalam perjalanan ke bandara. Pilotku sedang bersiap untuk mengangkutku kembali ke Texas."

"Kau meninggalkanku?!" pekikan tak percaya Michael memberitahuku, jika bocah itu tidak akan pernah terbiasa dengan sikap impulsifku, yang belakangan ini sering muncul.

"Nikmatilah pestanya. Setelah mendarat, pilotku akan kembali untukmu."

"Orang gila! Seperti aku mau saja, menaiki pesawat yang pilotnya tidak tidur nyaris seharian!"

"Kalau begitu, sampai jumpa!" aku memutuskan sambungan telpon, dan yakin Michael sedang memakiku dengan segala macam kata makian yang dia tau, dan aku tidak peduli.

Sial! aku benar-benar bisa gila oleh semua urusan ini.

Karena waktu London lebih cepat 6 jam dari pada waktu Texas, waktu menunjukan baru pukul 4 pagi ketika aku mendarat. 10 jam penerbangan membuat tubuhku lelah dan mengantuk karena walaupun di dalam jet nyaman, aku sama sekali tidak bisa terlelap. Dan yakinlah, aku juga tidak akan bisa terlelap di atas ranjang yang penuh dengan kenanganku bersama Beth.

Harusnya aku memang pulang ke mansion. Kenapa juga masih bertahan di penthouse terkutuk ini?

Dua jam aku lari pagi –yang aku lakukan pagi-pagi sekali–, sebelum akhirnya pulang, mandi dan berangkat kerja dengan tubuh dan pikiran yang lelah. Lalu dua belas jam kemudian, pulang dengan keadaan yang terasa semakin memburuk.

Aku sedang berjalan menuju kamarku, ketika sadar jika pintu kamar Beth sedikit terbuka. Seingatku, sebelumnya itu tertutup rapat. Aku mengintip dari celah sempitnya, tapi tak melihat apapun. Apakah ada pencuri? Sistem keamanan di sini begitu ketat, tapi juga tidak menutup kemungkinan tidak tertembus.

Aku mendorong pintu agar terbuka lebih lebar. Tidak ada orang. Tapi aku mendengar suara gemericik dari dalam kamar mandi. Dengan langkah perlahan dan hati-hati, aku mendekati pintu kamar mandi. Mengulurkan tangan untuk membukanya. Namun, belum juga tanganku menyentuh knop, pintu itu mengayun terbuka.

ALFA - BETH ✔️ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang