Kami memutuskan pulang dan akan bertemu hari esok untuk mencari Shelia ditempat yang sudah kami rundingkan. Itu adalah pengalaman pertamaku menjadi seorang detektif. Entahlah, semoga kami berhasil.
Matahari menampakan cahaya miliknya dengan malu, pencarian pertama kami dimulai. Dengan berbekal suatu foto kecil yang dimilikinya. Senyumnya memancarkan semangat yang ada dalam dirinya, Ya itu terlihat sangat jelas. Aku yang tak ingin kalah semangat juga memberikan senyum terbaik, agar langit melihat bahwa apa yang aku lakukan ini hanya untuk Patrick.
"Entschuldigung, haben Sie schon sie gekannt?" Apakah anda pernah mengenal dia?. tanyaku pada seorang yang sedang duduk dibench taman
"Ich habe keine Ahnung" i have no idea. jawabnya singkat sambil menyimpulkan senyumnya
Aku pun bertanya kepada beberapa orang lain, namun hasilnya nihil. Sama seperti Patrick yang sedari tadi tidak menemukan jawaban. Aku duduk di bench taman tepat disampingnya.
"Maaf Pat. Gue ga dapet apa-apa"
"Doesn't matter,Shall. Ini baru hari pertama"
Kembali ia menatap sekitar dengan senyuman yang tak pernah membosankan untukku. Wajah Patrick terhenti pada suatu objek,senyumnya memudar. Pemandangan seorang anak lelaki yang berumur sekitar 18 tahun sedang menggandeng adik perempuannya yang buta untuk menyebrang jalan. Entahlah apa yang ia pikirkan, tapi aku yakin ia pasti teringat akan adiknya.
Selang beberapa menit aku mendapat sms dari nomor yang tidak asing.
From: Joe
Shall, i'm sorry before. Catherine kecelakaan, dan sekarang masuk UGD di Berlin KrankenHaus, please be there soon.
Pipiku merasa tertampar keras oleh sms dari Joe. Seorang wanita yang menyambutku pertama kali di Berlin, kecelakaan dan aku tak bisa menjaganya. Aku tak peduli mengapa Joe bisa bersama Cath, yang sekarang aku pikirkan adalah bagaimana keadaan Cath saat ini."Pat, i've got a bad news. My room-mate got an accident" mataku sudah bercucuran air mata
"Calm, Shall. Let me take you to the hospital to see her" ucapnya sambil merangkul bahuku.
Sesampainya dirumah sakit, Shallom langsung berlari ke kamar rawat Catherine. Patrick hanya mengikuti dari belakang, namun tetap tenang. Shallom masuk ke ruangan Catherine, hening dan dingin. Didepan matanya terlihat seorang gadis muda terbaring lemas diatas tempat tidur pasien, serta Joe yang ada disampingnya. Ia menggenggam tangan Catherine.
"Gimana Cath, Jo?" tanyaku dengan isak tangis
"Kata dokter dia koma, dia banyak kehilangan darah. Dokter belum bisa memutuskan dia itu baik-baik aja atau ga" ucapnya namun tak sama sekali melihat diriku
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, berdiri sosok Patrick.
"SHELIA?" teriaknya sambil berlari kearah tempat tidur Catherine
Badanku membeku,pipiku memanas,air mataku berhenti. Kenyataannya ternyata, Catherine adalah seorang yang dicari Patrick selama ini. Ia rela menginjakan kaki ke Berlin hanya untuk menemukan dirinya, Catherine Shelia. Tanpa aku sadari,Joe berdiri dan menjauh sedikit dari tempat tidur Catherine.
"Minggir Joe, gue gamau liat lo lagi. Gue kan udah bilang, gausah cari Shelia lagi" ucap Patrick dengan nada dingin namun tidak sama sekali meliriknya
Aku tak paham ada apa diantara mereka bertiga, namun kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk aku bertanya. Joe tanpa basa basi langsung keluar.
"Shall, makasih ya" ucap Patrick sambil menyunggingkan senyumnya
"Jadi Catherine adek lu?"
"Iya, Catherine Shelia"
Mataku kini sudah tak basah akibat air mata yang tadi sempat terjatuh. Aku sekarang cukup lega, karena Patrick sudah menemukan "sesuatu" yang ia cari. Namun, apakah setelah ini aku dan Patrick tidak akan bertemu lagi? atau bahkan berpisah? Itu adalah sebuah mimpi buruk bagiku. Hari-hari yang telah aku jalani dengan Patrick, apakah bisa terulang?

KAMU SEDANG MEMBACA
First Time In Berlin
Teen FictionLangit Berlin menjadi saksi cerita Shallom, seorang siswi dari Indonesia yang sedang berjuang hidup dinegeri orang. Sedangkan Patrick, mencari sesuatu yang hilang. Banyak cerita tak terduga, karena ini pertama kali menginjakan kaki di Berlin.