ACHT

24 0 0
                                    

Mataku kini sudah tak basah akibat air mata yang tadi sempat terjatuh. Aku sekarang cukup lega, karena Patrick sudah menemukan "sesuatu" yang ia cari. Namun, apakah setelah ini aku dan Patrick tidak akan bertemu lagi? atau bahkan berpisah? Itu adalah sebuah mimpi buruk bagiku. Hari-hari yang telah aku jalani dengan Patrick, apakah bisa terulang?

***

Terasa seperti mimpi buruk, benar saja. Aku dan Patrick tak pernah bertukar kabar lagi. Aku terlalu fokus dengan tugas sekolah dan tak sempat untuk memikirkan keadaan Cath bahkan aku sudah pindah Home Stay . Aku juga tak pernah melihat mereka lagi. Bayangan akan hidup bahagia tiba-tiba lenyap dari pikiranku.

Aku sudah mendekati tugas akhir semesterku. Sekitar 3bulan lagi aku akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Aku berusaha agar nilai akhirku nanti dapat menunjang masuk Perguruan Tinggi ternama disini. Kutipan yang selalu terngiang dalam benakku "The best way to predict your future is create it".

"Persiapan terpenting dalam ujian adalah kesehatan. Kalian perlu memperhatikan kondisi tubuh kalian, saya ingin kalian semua lulus dengan nilai baik. Saya yakin kalian mampu" suara guru yang barusan memecah lamunanku.

Kesehatan? Sesuatu yang hampir terlupakan. Sudah 2 hari aku tak menyentuh makanan. Nafsu makan seakan menghilang. Cuaca dingin tak bersahabat serat salju menyambut bulan Desember. Bulan dimana semua orang menantikan Perayaan Natal. Namun sangat disayangkan, natal kali ini aku tak bersama kedua orang yang ku kasihi.

Hpku bergetar begitu saja dan tertera nama "Joe",padahal ia dan aku berjarak tak sampai 2meter.

From: Joe

Shall, kita ketemu abis selesai ya.

Aku hanya mengganggukan kepala ke arah Joe. Ia tersenyum dan kembali mendengar penjelasan guru.

Sebenarnya aku tak cukup yakin, apa yang akan dibahas Joe setelah pulang nanti. Tapi aku harap itu kabar baik, dan tolong jauhkan aku dari kabar buruk. 30menit setelahnya, bel berbunyi dan siswa lain berhamburan keluar dari sekolah.

"Kenapa Joe?" tanyaku dengan wajah cemas

"Shall, pasti lu bertanya-tanya gue ini siapa? Hubungan gue,Cath, dan Patrick itu apa. Gue mau lu tau semuanya, karena gue yakin lu butuh jawaban"

BAAM! Joe mengatakan kalimat yang sungguh membuat jantung ini berdetak lebih cepat

"Jadi sebenernya, tujuan gue ke Berlin adalah nyusul Catherine. Ya, Cath itu dulu pacar gue waktu masih SMA di Indonesia. Sayang, waktu selesai Ujian Nasional, dia kecelakaan karena gue dan amnesia. Dia beneran ga inget apa-apa, gue dan Patrick udah coba yakinin dia tentang jati dirinya, tapi dia masih ga yakin. Patrick jadi benci sama gue, karena keadaan makin buruk pas Catherine ternyata pergi ke Jerman. Catherine pergi untuk cari ketenangan dan suasana baru. Patrick bela-belain lepasin kuliahnya untuk nyusul adiknya. Gue nyesel keadaan memburuk karena gue" ia bercerita dengan raut wajah benar-benar sedih.

Aku mendengarkan setiap kalimat yang Joe keluarkan, air mata yang tak ku undang pun jatuh.

"Shall, Catherine udah ga ada" lanjutnya yang diikuti isak tangis Joe

Badanku membeku. Jantungku seakan tercabik oleh kalimatnya barusan. Tangisku pecah.

"Tadi pagi dia menghembuskan nafasnya untuk terakhir kali. Keadaannya makin buruk karena benturan dikepalanya sudah sangat kritis" lanjutnya

Tak ada kalimat yang dari mulutku, aku hanya menangis. Menangis karena menyesali keadaan.

"Malam ini, Patrick bakal balik ke Indonesia. Jenazah Catherine juga bakal dikubur di Indonesia"

Aku membayangkan perasaan Patrick. Ia pasti sangat hancur, ia cukup berjuang untuk mencari Catherine selama ini. Tak hanya Patrick, aku dan Joe juga merasa kehilangan. Rasanya aku ingin mendampingi Patrick saat ini juga, aku ingin memeluknya dan mengucapkan "Semuanya akan baik-baik saja".

Setelah Joe selesai, aku langsung pulang dan pergi kekamar. Aku menyendiri dan berdoa.

Tuhan, mengapa engkau mengambil sahabatku begitu cepat?  Jika ini keputusan terbaikMu, aku minta agar ia bahagia bersamaMu. Aku mengucapkan syukur karena aku diberi kesempatan untuk mengenal orang sepertinya. Semoga keluarganya diberi kesabaran,terlebih untuk Patrick. Lindungi dimanapun ia berada. Amin

Aku tak menyusulnya ke bandara, banyak hal yang ku khawatirkan. Aku berjanji setelah ujian selesai, mungkin aku akan menghubunginya.

First Time In BerlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang