BHARATAYUDA SATU

2.7K 64 12
                                    

"Perang ini sudah tak dapat dihindari lagi. Kurawa tidak mau mengembalikan hak kalian. Bahkan terang-terangan mereka telah menyerangku sebagai duta kalian!" Ucap Prabu Sri Bethara Kresna sepulang dari Astina.

Niat baik raja Dwarawati untuk mendamaikan perselisihan Kurawa dan Pandawa mentah. Prabu Duryudana bersikukuh memilih jalan perang untuk membuktikan siapa yang berhak mendapatkan tanah Indraprasta. Negeri yang seharusnya diwarisi Pandawa.

Sempat terjadi keributan ketika Prabu Sri Bethara Kresna berkunjung ke Astina. Prabu Kresna, titisan Dewa Wisnu murka dan bertiwikrama menjadi Braholo Sewu (raksasa). Beruntung atas bujukan Bethara Dharma, Bethara Wisnu mau mengurungkan wujud tiwikramanya.

"Apakah sebaiknya kita tidak mengalah saja, kakang Prabu?" Prabu Puntadewa ragu.

"Aku beserta adik-adikku rela melepas Indraprasta kepada kakang Prabu Duryudana." Lanjut putra tertua dari lima bersaudara itu.

"Adikku Puntadewa, mengalah ataupun tidak, Kurawa tetap akan menyerang dan menghabisi kalian!" Jelas Prabu Kresna.

"Hari ini seluruh sekutu Kurawa telah bergerak ke Astina. Perang saudara ini benar-benar akan terjadi, Yudhistira." Lanjut raja Dwarawati kepada Yudhistira, nama lain dari Puntadewa.

"Apa saran kakang Prabu untuk kami?" Ucap Arjuna, putra ketiga dari lima bersaudara Pandawa.

"Bergeraklah sekarang, Pandawa. Segera datangi negeri-negeri sahabat, sebelum mereka semua berkoalisi dengan Kurawa!" Titah Prabu Kresna.

"Baiklah, kami akan segera mengunjungi negeri-negeri yang menjadi sahabat kita." Jawab Puntadewa. Hari itu, seluruh keluarga Pandawa langsung berangkat melakukan diplomasi ke negeri-negeri tetangga untuk meminta bantuan.

Setelah itu, Prabu Sri Bethara Kresna juga melesat ke angkasa dengan kereta saktinya Kiai Jaladara. Ia pulang ke istananya, kerajaan Dwarawati.

*****

"Gusti Prabu, ada dua tamu kehormatan yang menunggu di paseban agung." Sembah Setyaki, senopati kerajaan Dwarawati.

"Pasti Janaka dan Duryudana!" Tebak Prabu Sri Bethara Kresna. Melalui indera kedewataannya, titisan Wisnu dapat melihat dua saudara sepupu yang kini di ujung perang besar itu tengah menantinya.

"Suruh mereka menunggu di pendopo, nanti aku akan menemuinya!" Perintah Prabu Kresna.

"Sendiko dawuh, gusti Prabu." Jawab Setyaki.

"Salam hormat kami kepada raja Dwarawati." Ucap Janaka, nama lain Arjuna dan Prabu Duryudana serempak ketika Prabu Kresna menyambutnya di pendopo istana Dwarawati.

"Kuterima salam kalian. Semoga para Dewa memberkati kalian, wahai para kesatria!" Balas Prabu Kresna.

"Angin apa yang sedang berhembus sehingga membawa dua pemimpin besar ini ke istanaku?" Tanya raja Dwarawati berbasa-basi.

"Sembahku, kakang Prabu. Kedatanganku kemari ingin meminta bantuan kepada Dwarawati. Pandawa berniat mengajak negeri ini bergabung di padang Kuru Setra nanti." Jawab Janaka.

"Begitu juga denganku, Prabu Kresna. Jauh-jauh aku datang sendiri kesini untuk meminta Dwarawati menjadi bagian dari sekutu Kurawa!" Prabu Duryudana juga menyampaikan tujuan kedatangannya.

Prabu Sri Bethara Kresna hanya tersenyum. Sejenak ia memandangi dua saudara sepupu itu. Sebagai negeri yang masih netral, juga sebagai titisan Dewa, ia ingin bersikap adil dalam memberi bantuan keduanya.

"Aku telah memutuskan tidak akan terjun langsung dalam perang besar itu." Jawab Prabu Kresna.

"Tetapi karena dua kesatria besar telah datang dengan baik-baik dan penuh hormat, aku harus bisa adil pada kalian!" Lanjut Prabu Sri Bethara Kresna kepada Janaka dan Duryudana.

BHARATAYUDA JAYA BINANGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang