FLASHBACK KELAHIRAN GATOTKACA
Keluarga Pandawa gempar!
Jabang bayi yang dilahirkan Dewi Arimbi, istri Werkudara dari bangsa raseksi tidak bisa dipotong tali pusarnya. Berbagai senjata telah dicoba, tetapi tidak ada yang mempan.
Pusar si jabang bayi seperti besi tempa yang tak bisa tergores. Kuku Pancanaka milik sang ayah, Werkudara hingga keris Pulanggeni milik sang paman, Janaka pun tak berdaya.
Setelah melakukan diskusi, para kerabat Pandawa memutuskan agar Janaka menghadap Prabu Kresna meminta petunjuk.
Berangkatlah kesatria penengah Pandawa itu ke Dwarawati.
"Bersemedilah, Arjuna. Menghadap kepada para Dewata. Mintalah senjata yang bisa memotong pusar jabang bayi Arimbi!" Saran Prabu Kresna.
"Baiklah, kakang Prabu." Jawab Janaka. Ia pun segera pamit dan bertapa.
Di Kahyangan Suralaya, para Dewa mendengar doa Janaka. Bethara Guru (Sang Hyang Manikmaya), raja istana taman langit segera memanggil Bethara Narada.
"Kakang Narada, aku mengabulkan doa dari Janaka, serahkan pusaka keris Kunta Wijayandanu kepadanya!" Titah Bethara Guru.
"Prokencong-prokencong, pak-pak pong, warudoyong ditegor uwong .. Baiklah, adi Guru. Aku akan turun ke bumi. Memberikan pusaka ini kepada Janaka." Jawab Bethara Narada.
*****
Adipati Karna sedang menghadap ayahnya, Bethara Surya (Dewa Matahari).
Dengan memelas ia memohon kepada ayahnya agar diberikan senjata yang ampuh dan sakti mandraguna.
"Anakku, Basukarna. Hadanglah Bethara Narada, ia sedang membawa sebuah pusaka sakti. Kunta Wijayandanu!" Saran Bethara Surya.
"Keris itu sejatinya akan diberikan kepada Janaka untuk memotong tali pusar jabang bayi Werkudara. Rebut pusaka Dewa itu!" Tutup Bethara Surya.
"Baiklah, ayahanda. Aku pamit!" Sembah Adipati Karna.
Ia segera melesat menghadang Bethara Narada yang sedang turun dari Kahyangan Suralaya.
Basukarna, Karna Basuseno adalah putra tertua Dewi Kunti. Ia memiliki paras wajah yang mirip dengan adiknya, Janaka. Hanya berbeda pada watak.
Ketika bertemu dengan Bethara Narada, dewa yang usianya sudah uzur itu pun dapat dikelabui. Adipati Karna mengaku sebagai Janaka yang menjemput pusaka Kunta Wijayandanu.
Tipu muslihat Basukarna semakin jitu ketika mendapat bantuan dari Bethara Surya yang meredupkan sinarnya. Hari menjadi gelap gulita, sehingga sosok Adipati Karna nyaris tiada beda dengan Janaka.
"Pukulun, aku menjemputmu untuk mengambil pusaka Dewa. Keris Kunta Wijandanu!" Ucap Adipati Karna.
"Prokencong-prokencong, pak-pak pong, warudoyong ditegor uwong ... Terimalah ini, Begawan Ciptaning. Gunakan untuk memotong tali pusar jabang bayi Krincing Wesi!" Jawab Bethara Narada.
Adipati Karna pun segera menyambar pusaka itu dan menghilang secepat kilat. Meninggalkan Bethara Narada tanpa sempat berpamitan.
Tak lama kemudian, datang Janaka dikawal Punakawan menemui Bethara Narada.
"Laeee-laeee, mbegegeg ugeg-ugeg, sadulit-dulita, hemel-hemel ... Adikku, Narada. Kamu telah ditipu!" Kyai Lurah Semar Badranaya, Sang Hyang Bethara Ismaya menegur Bethara Narada.
KAMU SEDANG MEMBACA
BHARATAYUDA JAYA BINANGUN
Historical FictionCerita perang saudara antara Pandawa dan Kurawa, versi wayang purwa.