Mi Young's POV
Kudorong troly belanjaanku dengan kekuatan penuh. Semakin kesini rasanya troly ini semakin berat seiring dengan bertambahnya jumlah barang yang kubeli. Tidak bisa kubayangkan bagaimana rasanya menjadi Hong Ahjumma yang harus melakukan kegiatan ini setiap minggunya. Aku yang baru pertama kali menggantikannya saja sudah kerepotan seperti ini. Sepertinya aku harus mengucapkan terima kasih padanya begitu sampai di rumah nanti.
Sebenarnya kami bisa saja meminta layanan pesan antar yang disediakan oleh tempat Hong Ahjumma biasa berbelanja. Hanya saja aku merasa tidak enak. Semenjak Appa dirawat di rumah sakit, pekerjaannya semakin bertambah. Hong Ahjumma harus mengurus rumah dan menyiapkan segala keperluan Eomma yang menunggui Appa di rumah sakit. Jung Soo Oppa harus bekerja menangani perusahaan sendiri, bahkan Tae Yeon Eonni, kakak iparku, harus mengatur urusan rumah meskipun sedang mengandung. Sementara aku tidak memiliki kegiatan apapun selain menunggu keputusan pengajuan Strata II-ku di Australia. Rasanya tidak adil jika aku hanya diam dan menunggu tanpa melakukan sesuatu yang berarti.
Kudorong lagi troly belanjaanku ke stand khusus kebutuhan ibu dan anak. Tae Yeon Eonni menyuruhku untuk membelikannya lotion penghilang stretchmark. Saat sedang memilih lotion mana yang aman digunakan oleh ibu hamil, suara seorang namja mengejutkanku.
"Chogiyo.., Agassi.." Panggilnya ke arahku.
Aku yang sedari tadi sedang membaca etiket di belakang kotak lotion otomatis mengangkat wajahku ke arah namja tersebut.
"Ne.. Ada yang bisa kubantu?" Tanyaku menanyakan keperluannya padaku.
"Itu.. Emm.. Apa yang ini ada wings-nya?" Tanyanya ragu sambil menunjukkan suatu benda yang tadi disembunyikan di belakang tubuhnya.
Namja itu menunjukkan sebuah benda dengan gambar animasi sepasang bayi lucu di plastik pembungkusnya. Wings? Ah.. Pasti maksudnya lapisan pelindung anti bocor.
"Emm.. Kurasa semua produk begitu." Jawabku. "Tapi sebaiknya anda memilih produk yang bahannya cotton like, selain lembut juga akan nyaman dipakai." Jelasku lagi menyampaikan informasi yang kubaca kemarin dari majalah ibu dan anak milik Tae Yeon Eonni.
"Ne..?" Tanyanya dengan wajah yang terlihat bingung.
Aku mengulum senyumku mendengarnya. Tentu saja namja tidak akan mengerti, suatu hal yang wajar. Aku merasa kasihan dengannya, jadi kuputuskan untuk membantu.
"Apa anda keberatan jika kubantu, Tuan? Sepertinya anda terlihat bingung." Tawarku padanya.
"Keberatan? Tentu saja tidak Agassi. Aku akan sangat menghargai bantuanmu. Kau benar. Aku memang bingung. Sampai-sampai kebingunganku mengalahkan rasa maluku." Jawabnya dengan senyum yang sangat manis.
"Nah, sebaiknya anda memilih brand ini saja. Kualitasnya sudah teruji dan bahannya pun tidak menimbulkan iritasi." Kataku sambil mengambil sebungkus dan memberikannya pada namja itu. "Anda hanya tinggal memilih berdasarkan sizenya Tuan." Tambahku.
"Aduh.. Aku lupa menanyakan apa sizenya." Gumam namja itu pelan tapi masih bisa kudengar.
"Kalau anda tidak tahu, anda bisa melihat dibaris bawahnya, disini ada ukuran berdasarkan usia dan berat badan." Jelasku sambil menunjuk tulisan dibawah petunjuk ukurannya. Mulut namja itu membentuk huruf O seraya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Emm.. Usianya 24. Kalau begitu aku ambil ukuran yang ini saja. Sepertinya akan cukup." Katanya sambil mengambil satu pak ukuran L.
"Keundae, Eommanya kemana? Sampai-sampai harus anda yang membelinya sendiri." Tanyaku.
"Ah.. Eomma sedang keluar negeri. Selain itu tidak ada siapa-siapa lagi di apartemenku. Jadi harus aku yang kemari."
Mwo? Eomma macam apa itu, tega-teganya meninggalkan aegi-nya yang masih kecil tanpa menyediakan kebutuhan primernya lebih dulu. Kasihan sekali Tuan ini, pasti dia kerepotan harus mengurus sendiri aegi-nya di rumah. Runtukku dalam hati.
"Wah... Aegi anda pasti bangga memiliki Appa yang pengertian seperti Tuan." Pujiku padanya.
"Ne..? Aegi...? Aku belum menikah Agassi, jadi tidak mungkin aku memiliki aegi."
"Lalu anda membeli ini untuk siapa?"
"Ah.. Ini untuk adik sepupuku. Dia datang berkunjung ke apartemenku dan mengatakan kalau dia mendapat tamu bulanan di luar perkiraannya. Jadi dia menyuruhku membeli pembalut untuknya."
"Mwo..? Hahahaha.." Secara spontan aku tertawa. "Aku rasa kita sudah salah paham Tuan."
"Salah paham bagaimana?" Tanya namja itu tak mengerti dengan kening yang berkerut.
"Ne, benda yang anda maksud dengan benda yang ada dipikiranku berbeda. Tahukah tuan apa yang tuan bawa?"
"Pembalut." Jawabnya polos.
"Anda yakin?" Tanyaku lagi dengan tatapan meragukan.
"Tentu saja. Lihat disini jelas tertulis pembalut serapan untuk..." Namja tersebut terdiam seketika.
"Bayi usia 18-26 bulan." Lanjutku meneruskan kalimatnya yang terputus. "Sepertinya sepupumu itu lebih memerlukan feminine comfort daripada baby's diaper."
Namja itu lalu menyimpan bungkus diaper yang dipegangnya ke rak pajangnya kembali, kemudian bertolak pinggang sambil mendengus kasar.
"Ini semua gara-gara kau Choi Soo Young!!" Geramnya pelan. Mukanya sudah sangat merah seperti kepiting rebus.
Aku tersenyum melihat wajah malu sekaligus frustasinya.
"Sudahlah. Ini bukan kesalahannya. Tapi anda juga tidak sepenuhnya salah. Setidaknya anda memilih ukuran diaper yang benar untuk usia 24."
Namja itu kemudian tertawa sambil menggaruk daerah tengkuknya.
"Kalau begitu maukah kau membantuku lagi?" Pintanya padaku.
"Lagi? Tentu." Jawabku sambil berjalan menuju stand feminine comfort.
End of Mi Young's POV
Siwon's POV
Kubantu yeoja yang baru kutemui ini memasukkan barang belanjaan ke dalam bagasi mobilnya. Bagaimana mungkin dia bisa belanja sebanyak ini sendirian?
"Ghamsahamnida sudah membantuku Tuan." Katanya setelah menutup pintu bagasinya.
"Cheonmaneyo. Harusnya aku yang berterima kasih padamu karena sudah menyelamatkanku dari kejadian memalukan tadi." Jawabku.
"Ah.. Aniyo.. Aku juga pasti akan bingung jika disuruh membeli kebutuhan untuk namja." Katanya sambil tersenyum manis.
"Hah, sepertinya adik sepupuku yang manja itu harus diberi pelajaran karena sudah membuatku malu!"
"Sudahlah. Kejadian seperti itu memang sering terjadi. Banyak hal tidak terduga di dalam kehidupan seorang yeoja."
Aku hanya membalas ucapannya barusan dengan senyuman. Dia melihat jam dipergelangan tangan kirinya kemudian tampak terkejut.
"Omo! Sudah siang rupanya. Kalau begitu aku pulang dulu Tuan. Kebetulan hari ini aku ada janji makan siang dengan seorang teman. Sekali lagi terima kasih atas jasa angkutnya." Ujarnya bercanda.
"Ne, tagihannya menyusul." Jawabku asal yang dibalasnya dengan tertawa renyah.
Kubuka pintu mobil untuknya, bukan untuk menarik perhatiannya, tapi ini memang sudah kebiasaanku. Memperlakukan yeoja dengan lembut dan sopan. Itulah yang selalu Appa ajarkan padaku.
"Bhanggapseumnida Tuan. Have a safe trip." Katanya. "Ah.., satu lagi. Jangan memarahi sepupumu itu ne?" Pintanya padaku sebelum dia menutup jendela mobil dan melajukan mobilnya meninggalkanku.
*********
Aku sedang menonton acara di televisi yang menyiarkan berita tentang penurunan harga saham sebuah perusahaan di Seoul saat Soo Young datang menghampiriku setelah selesai dengan 'urusan pribadinya'. Dia terlihat sangat nyaman setelah berganti pakaian.
"Gumawoyo Oppa.. Kalau tidak ada Oppa, aku tidak tahu harus bagaimana. Mungkin aku akan menangis seharian meratapi nasibku." Katanya sambil duduk disebelahku.
"Ya! Choi Soo Young! Lain kali sediakanlah payung sebelum hujan. Kau tahu? Aku hampir saja membelikanmu baby's diaper." Ketusku sambil menatapnya dengan sinis.
"Jheongmal? Tapi kau membawa benda yang benar. Selain itu kau pintar memilih Oppa. Memang brand ini yang biasa kupakai."
"Kau bahagia?! Apa kau tidak tahu betapa malunya aku? Untungnya ada seorang yeoja yang membantu dan menyelamatkanku dari kejadian memalukan itu." Jelasku. "Berterima kasihlah padanya. Karena berkat dirinya juga untuk kali ini aku tidak akan memarahimu!" Tambahku lagi.
"Yeoja? Apakah dia cantik Oppa? Siapa namanya?" Tanyanya menanyakan pertanyaan sepele tapi mampu membuatku terdiam.
"Arghh.. Benar juga! Kenapa aku bisa sampai lupa bertanya siapa namanya setelah menghabiskan waktu lebih dari 30 menit bersamanya. Dasar Siwon Babo!" Kataku frustasi sambil mengacak-acak rambutku sendiri.
"Makanya jangan hanya memikirkan tentang perusahaanmu itu Oppa. Namja ini.. Benar-benar tidak bisa memanfaatkan kesempatan!" Ujar Soo Young sambil tertawa meremehkan. Aku hanya diam menatapnya yang kini sedang asyik membaca majalah fashion.
End of Siwon's POV
Author's POV
Sementara itu di sebuah cafe dua orang yeoja terlihat duduk berhadapan. Mereka memilih menempati meja di samping jendela kaca yang menghadap kearah taman cafe tersebut. Keduanya sedang menikmati makan siang mereka sambil diselingi dengan obrolan ringan. Sesekali keduanya tertawa saat membicarakan sesuatu yang lucu. Seperti sekarang ini, saat yeoja bermata indah menceritakan kisah yang dialaminya saat berbelanja di supermarket tadi pagi.
"Jadi dia akan membelikan adik sepupunya yang berusia 24 tahun itu diapers?" Tanya seorang yeoja dengan rambut pirang bergelombang, Jung Soo Yeon, disela-sela tawanya.
"Ne, Eonni. Saat itu wajahnya benar-benar merah. Kasihan sekali dia." Jawab Mi Young sambil memasukkan sepotong steak ke dalam mulutnya.
"Tapi, apa dia tampan?" Tanya Soo Yeon lagi.
"Hmm.. Secara fisik dia tinggi, bertubuh kekar dan tampan. Ya.. Tipe idealku lah." Jawab Mi Young sambil lagi.
"Siapa namanya?" Tanya Soo Yeon penasaran. Mi Young sempat terdiam sebelum akhirnya menggelengkan kepala. Dia memang tidak tahu siapa nama namja itu.
*********
Hwang Jung Soo, Hwang Tae Yeon dan Ny. Hwang Se Na sedang berbincang di kursi taman belakang saat Mi Young pulang. Melihat seseorang yang jarang sekali ditemuinya akhir-akhir ini, Mi Young langsung menghambur ke pelukan Eommanya.
"Eomma.., bogoshipoyo.." Katanya dipelukan Eommanya.
"Aigo.. Uri Aegi.. Baru beberapa hari ini tidak melihat Eomma, kenapa sekarang jadi manja begini ya?" Goda wanita yang berusia lima puluh tahunan itu lembut sambil melonggarkan pelukannya dan mengelus rambut puterinya lembut.
"Biar saja. Aku benar-benar rindu memeluk Eomma. Aku kan tidak bisa memeluk Tae Yeon Eonni dengan erat karena baby Hwang dalam perutnya." Rajuknya manja. Tae Yeon dan Jung Soo hanya tersenyum melihat tingkah adik mereka.
"Makanya cepat cari namjachingu agar kau bisa bebas memeluk tanpa harus menunggu Eomma atau mengganggu anae-ku." Kata Jung Soo.
Mi Young yang tidak terima langsung melepaskan pelukan Eommanya dan mendelikkan matanya kearah Oppanya tersebut.
"Mwo? Mengganggu? Ya.. Oppa! Yeoja yang kau sebut anae-mu itu adalah kakak iparku, menantu Eomma-Appaku dan juga ibu dari keponakanku. Sementara Oppa hanya menyandang status sebagai suami dan ayah dari anaknya. 3-2. Jadi aku juga berhak atas dirinya." Timpal Mi Young sambil memeletkan lidahnya.
"Baiklah-baiklah.. Oppa mengaku kalah! Asalkan kau jangan minta dipeluk saat malam saja. Dia mutlak milikku!"
"Oppa..!!" Teriak Mi Young dan Tae Yeon bersamaan yang sukses membuat Jung Soo dan Eommanya tertawa terbahak.
"Sudah.. Sudah.. Kalian ini, seperti anak kecil saja." Kata Eommanya melerai. Dia mengambil secangkir teh dan memberikannya pada Mi Young. Mi Young tersenyum pada Eommanya sambil mengucapkan terima kasih lalu meminum tehnya.
"Eomma, bagaimana keadaan Appa? Apakah sekarang sudah membaik? Mianheyo, aku tidak pergi menjenguknya hari ini." Tanya Mi Young pada Eommanya.
"Ghwencana, Aegi-ya. Eomma mengerti. Kau dan Eonnimu pasti kerepotan mengurus rumah selagi Eomma tidak ada. Appa baik-baik saja. Meskipun kondisinya masih sama seperti kemarin." Jawab Eommanya lirih.
Semua orang yang berkumpul di taman belakang itu terdiam. Kondisi Tuan Hwang masih sama seperti kemarin. Artinya dia masih terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit menggunakan alat bantu pernapasan, pengukur detak jantung dan berbagai macam alat yang menempel di tubuh rapuhnya. Tuan Hwang menderita penyakit jantung. Sebenarnya sudah cukup lama dia menderita penyakit itu, tapi dia selalu meminta dokter yang memeriksanya untuk merahasiakan hal ini dari keluarganya. Kelelahan dan pikiran yang terlalu fokus pada pekerjaan semakin memperburuk kondisi kesehatannya. Hingga lima hari yang lalu beliau ditemukan dalam kondisi tak sadarkan diri di ruangannya setelah memimpin rapat perusahaan. Hal inilah yang membuatnya harus dilarikan kerumah sakit dan berujung koma seperti sekarang ini. Ironisnya, di saat seperti ini keluarganya baru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Menyadari atmosfer yang berubah, Hwang Jung Soo, anak tertua dari keluarga Hwang mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Oya, Eomma. Presdir Shim mengirimkan undangan ulang tahun puteranya pagi ini. Pestanya akan diadakan minggu depan." Kata Jung Soo sambil menerima apel yang dikupas oleh istrinya.
"Ulang tahun puteranya?"
"Ne, Eommonim. Kalau tidak salah namanya Shim Changmin. Kudengar dia baru menyelesaikan studynya di Oxford dan kembali ke Seoul 1 minggu yang lalu." Jelas Tae Yeon.
"Darimana kau tahu semua itu Chagi? Kau memata-matainya ya?" Tanya Jung Soo heran pada istrinya.
Tae Yeon memukul lengan nampyeonnya pelan. "Aish.., Dia itu sedang menjadi tranding topic diantara yeoja seantero Seoul Oppa. Tentu saja aku tahu. Selain itu, dia cerdas, tinggi dan juga tampan. Dia juga belum memiliki pasangan, Eommonim." Jelas Tae Yeon lagi. Dia menatap mertuanya lalu melirik kearah Mi Young.
Ny. Hwang yang mendapat sinyal dari Tae Yeon langsung mengerti, begitu juga dengan Jung Soo yang mengangguk-angguk kecil.
"Kalau begitu, Uri Aegi.. Bisakah kau datang ke sana mewakili kami?" Pinta Eommanya pada Mi Young.
"Ne? Kenapa harus aku? Bukankah yang diundang itu Hwang Corp.? Oppa saja yang datang." Jawab Mi Young santai sambil memakan buah pir yang disodorkan Tae Yeon padanya.
"Mi Young-a, Eonnimu kan tidak bisa keluar malam karena dia sedang hamil. Kalau dia sakit bagaimana? Kasihan kan baby Hwang-nya? Akan sangat aneh kalau Oppamu pergi sendiri setelah menikah. Sementara Eomma harus menjaga Appa. Kalau tidak ada yang hadir juga tidak mungkin. Presdir Shim adalah salah satu rekan bisnis Appamu. Kau mau kan menolong kami, Aegi-nya?" Tanya Eommanya lembut.
"Nanti Eomma akan meminta Jung Ahjussi untuk mengizinkan Soo Yeon datang ke sana. Otte?" Lanjutnya lagi.
Mi Young tampak masih menimbang-nimbang. Sebenarnya dia tidak terlalu suka pergi ke acara formal seperti itu. Tapi apa yang dikatakan Eommanya ada benarnya juga. Tidak mungkin kan kalau dia menolak untuk pergi hanya karena alasan malas? Selain itu Soo Yeon juga akan datang. Akhirnya dia mengalah.
"Baiklah Eomma. Tapi Soo Yeon Eonni juga harus datang."
End of author's POV
*******
Siwon's POV
Ny. Choi, kau benar-benar keterlaluan! Sudah kubilang aku tidak mau datang ke acara seperti ini. Kenapa malah memaksaku untuk datang?! Kalau bukan karena ancamanmu padaku untuk melakukan blind date, aku tidak akan pernah mau datang ke acara ini. Arghh.. Benar-benar membuat orang frustasi saja! Belum lagi kedatangan yeoja-yeoja anak chaebol yang berusaha menarik perhatianku dengan gaun malam yang mencolok dan dandanan yang heboh itu. Hah.. Sampai kapan aku harus berpura-pura tersenyum seperti ini?
"Oppa.., Bagaimana cuaca di Inggris sana? Sangat dinginkah?" Tanya seorang yeoja yang mengenalkan dirinya sebagai Nam Da Jeong, puteri tunggal pemilik perusahaan air minum.
Ani! Di sana kau bisa memakai bikini! Dasar yeoja aneh! Dimana-mana musim dingin tentu saja dingin.
"Tentu. Lebih dingin dari Seoul kurasa." Jawabku sambil tersenyum.
"Ah.. Kasian sekali. Sudah 1 tahun lamanya kau tinggal disana sendiri. Kau pasti kedinginan dan kesepian." Kata seorang yeoja bergaun merah yang aku tidak tahu siapa namanya.
"Tapi meskipun begitu, Oppa benar-benar hebat! Berhasil memperluas bisnis keluarga sampai ke Eropa." Timpal yeoja lainnya.
"Ah, tidak juga. Memang sudah seharusnya begitu." Jawabku merendah. Mereka lalu mengomentari jawabanku dengan kalimat-kalimat yang menurutku tidak penting untuk kudengar. Mataku terus mencari sesuatu yang menarik. Mungkin saja ada seseorang yang kukenal dan bisa membantuku untuk melarikan diri dari yeoja-yeoja chaebol ini.
Mataku terus mencari ke sekeliling ruangan hingga akhirnya tatapanku tertuju pada seorang namja yang berdiri di dekat pintu masuk. Ah.. Terima kasih Tuhan!
Dengan alasan ada seseorang yang kukenal, kutinggalkan sekumpulan yeoja itu dan berjalan ke arahnya.
"Ya! Fishy! Kenapa kau baru datang?!" Marahku pada sepupu dari pihak ibuku ini begitu sampai di depannya.
"Mianhe Wonnie Oppa.. Aku harus ke salon dulu.." Jawabnya dengan suara yang dibuat-buat menyerupai suara yeoja. Spontan saja hal itu membuatku bergidik ngeri.
"Geumanhe Dong Hae-ya! Aku mual mendengarnya." Kataku kasar yang hanya ditanggapinya dengan tawa.
"Otte Siwon-a? Dari sekian banyak yeoja yang mengerubungimu itu adakah diantara mereka yang beruntung mendapatkan hati pria tampan ini?" Tanyanya menggodaku.
Hah.. Ny. Choi itu pasti menghubungi Dong Hae dan memintanya memata-mataiku. Eomma! Neo Jhongmal...!
"Kau bisa mengatakan padanya kalau aku cukup terkenal dikalangan yeoja dan mereka selalu mengikutiku kemanapun aku berada."
"Aish.. Kau ini! Mereka itu begitu cantik dan menggoda. Masa tidak ada yang menarik perhatianmu satu pun?"
Aku hanya melengos malas lalu mengambil segelas champaigne yang dibawa seorang waitress dan menyesapnya perlahan.
Namun tiba-tiba saja Dong Hae yang Soo Young sebut playboy kelas ikan duyung itu menepuk-nepuk lenganku cukup keras berulang kali.
"YA! Kau itu kenapa? Berhentilah bersikap aneh, Lee Dong Hae!" Kataku sambil memperbaiki jasku yang sedikit kusut karena ulahnya barusan.
"Angsa.. Ada Angsa Siwon-a! Ani.. Lebih dari angsa, dia bidadari!"
"Mwo? Angsa? Bidadari? Apa maksudmu?"
"Itu.. Disana.." Katanya sambil menunjuk ke suatu arah.
Aku mengikuti arah telunjuknya. Jadi yang dimaksud dengan angsa dan bidadari itu yeoja yang berdiri di dekat meja cocktail itu. Dia memang benar. Secara fisik yeoja itu memang menarik. mungil, seksi, wajahnya juga... Tunggu dulu! Bukankah itu Soo Yeon? Puteri dari Jung Ahjussi? Ah.. kenapa aku baru melihatnya sekarang? Kalau tahu ada dia disini, aku kan tidak perlu menanggapi yeoja-yeoja centil itu tadi. Tanpa menghiraukan Dong Hae yang memanggil-manggil namaku, aku meninggalkannya dan berjalan ke arah Soo Yeon.
"Annyeonghaseyo.., Agassi?" Sapaku tepat di depan yeoja berwajah manis ini. Dia yang sedang asyik menikmati suasana pesta memalingkan mukanya menatapku.
"Ne?" Jawabnya datar. "Aigo.. Siwon Oppa! Kapan kau kembali?" Tanya Soo Yeon hangat sambil menepuk pelan lenganku saat mengetahui siapa yang menyapanya.
"Baru beberapa hari yang lalu. Oya, dengan siapa kau kemari? Apa Ahjussi dan Ahjumma juga ikut?" Tanyaku pada Soo Yeon.
"Ani Oppa. Appa dan Eomma tidak ikut. Aku ke sini bersama sahabatku." Jawabnya sambil menunjuk seorang yeoja disampingnya. "Oppa datang dengan siapa?" Tanyanya kemudian.
"Denganku Agassi. Kenalkan.... Lee Dong Hae imnida. Aku adalah sepupu Siwon dari pihak ibunya. Siapa namamu Nona Angsa?" Serobot Dong Hae sebelum aku sempat menjawab pertanyaan Soo Yeon. Entah kapan dia mengikuti dan tiba-tiba saja sudah ada disini. Dia lalu mengulurkan tangannya pada Soo Yeon.
Soo Yeon tertawa mendengar perkenalan diri Dong Hae yang aneh, namun dia tetap membalas uluran tangannya.
"Ne.., Jung Soo Yeon Imnida. Dan aku bukan nona angsa. Anda bisa memanggilku Soo Yeon, Dong Hae-ssi." Jawabnya ramah. "Dan kenalkan, ini sahabatku. Mi Young-a , kenalkan ini teman sekaligus klienku, Siwon Oppa." Lanjutnya pada yeoja yang membelakangi kami karena sedang mengambil cocktail itu. Yeoja bertubuh tinggi langsing dengan rambut lurus itu membalikkan badannya dan menatapku.
Seketika itu juga jantungku serasa berdetak lebih cepat. Dia adalah yeoja itu. Yeoja yang membantuku memilih diap.. ani, feminine comfort untuk Soo Young. Yeoja yang berhasil membuatku terpesona sejak pertemuan pertama kami. Yeoja yang bayangannya terus berkelebat di pelupuk mataku beberapa hari ini. Dia sempat terkejut saat melihatku. Namun tak lama kemudian dia tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku. Aku menerima uluran tangannya.
"Annyeonghaseyo, Tuan. Hwang Mi Young imnida. Kita bertemu lagi disini." Suaranya terdengar begitu lembut ditelingaku. Mi Young.. Hwang Mi Young. Akan kupastikan untuk tetap mengingat nama itu.
End of Siwon's POV
Mi Young's POV
"Mi Young-a , kenalkan ini teman sekaligus klienku, Siwon Oppa." Kata Soo Yeon Eonni padaku. Aku membalikkan badanku menghadap kearah teman Soo Yeon Eonni dan menatapnya. Omona! Bukankah dia namja yang kutemui waktu di supermarket itu? Aku tersenyum sambil mengulurkan tanganku padanya.
"Annyeonghaseyo, Tuan. Hwang Mi Young imnida. Kita bertemu lagi disini." Ujarku ramah padanya.
"Annyeonghaseyo, Agassi. Choi Siwon imnida. Sepertinya pepatah ada benarnya juga. Dunia ini memang sempit." Katanya dengan senyum yang menunjukkan lesung pipinya.
Soo Yeon Eonni menatap kami berdua dengan tatapan heran.
"Mi Young-a, kau mengenal Siwon Oppa?" Tanyanya heran.
"Dia namja yang kutemui saat berbelanja minggu lalu Eonni."
"Maksudmu..? Omo! Siwon Oppa! Jadi kau namja yang.." Soo Yeon Eonni tidak melanjutkan kalimatnya dan tertawa terbahak-bahak. Wajah Siwon Oppa sudah benar-benar merah. Aku jadi tidak tega melihatnya menjadi salah tingkah seperti itu.
"Eonni..!" Tegurku pada Soo Yeon Eonni.
"Hahaha.. Mianheyo Oppa. Aku tidak bermaksud untuk menertawakanmu. Hanya saja kejadian itu begitu lucu."
"Gwenchana Soo Yeon-a. Aku justru bersyukur karena kejadian itu aku bisa bertemu dengan sahabatmu ini." Kata Siwon-ssi sambil melirik padaku. Aku hanya tersenyum mendengar rayuan gombalnya. Sementara Soo Yeon Eonni memasang raut mual di wajahnya.
"Ya! Ya! Ya! Choi Siwon-ssi.. Kau mengacuhkanku ya?" Suara seorang namja disebelah Siwon-ssi menginterupsi rayuan gombalnya padaku.
"Oya. Hampir saja aku lupa. Kenalkan ini Dong Hae." Siwon-ssi mengenalkan namja yang datang bersamanya padaku.
"Annyeonghaseyo. Hwang Mi Young imnida. Senang berkenalan denganmu Dong Hae-ssi." Kataku ramah sambil mengulurkan tanganku padanya.
"Annyeonghaseyo... Lee Dong Hae imnida. Jadi kau yeoja yang menyelamatkan Siwon dari kejadian memalukan di abad ini ya? Terima kasih sudah menolongnya, Mi Young-a." Kata Dong Hae-ssi padaku. "Agar lebih akrab. Untuk selanjutnya kalian panggil aku Oppa saja, ne?" Lanjutnya dengan sangat manis. Dan entah kenapa aku rasa Siwon-ssi memberikan death glare pada sepupunya itu.
Obrolan kami berlanjut dengan hangat. Seperti teman lama yang baru berjumpa kembali. Soo Yeon Eonni mengenal Siwon-ssi sejak 1,5 tahun yang lalu untuk suatu kerja sama yang dilakukan antara perusahaan Jung Ahjussi dengan perusahaan Siwon-ssi. Setelah itu mereka menjadi semakin dekat, sebagai seorang teman tentunya. Awalnya Soo Yeon Eonni berencana mengenalkan Siwon-ssi padaku. Namun rencana itu gagal dilaksanakan karena Siwon-ssi harus pergi ke Inggris untuk ekspansi perusahaannya.
Sepertinya Dong Hae Oppa tertarik pada Soo Yeon Eonni. Hal ini begitu jelas terlihat dari cara Dong Hae Oppa yang berusaha menarik perhatiannya. Dan sepertinya Soo Yeon Eonni juga tidak keberatan diperlakukan seperti itu. Mereka bahkan sudah saling bertukar nomer ponsel. Sementara aku dan Siwon-ssi hanya tersenyum memperhatikan mereka sambil sesekali saling lirik. Cukup banyak hal yang kami bicarakan. Saat kami semakin terlarut dalam perbincangan kami, kurasakan ponselku bergetar. Kuambil ponsel dari dalam tas tanganku dan menatap layarnya. Tae Yeon Eonni? Kenapa dia menelponku? Bukankah ini belum terlalu malam?
"Ne, Eonni. Aku masih di pesta bersama Soo Yeon Eonni. Ada apa?" Tanyaku begitu ponsel itu menempel di telingaku.
"Mi Young-a.." Suara Tae Yeon Eonni terdengar begitu lirih. "Bisakah kau pulang sekarang?"
Saat mendengar semua itu, entah kenapa perasaanku berkata kalau telah terjadi suatu hal yang buruk. Oh.. Tuhan.. Tidak.. Semoga semua baik-baik saja.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Namja Sweet Darling
Fanfiction"Apalah arti sebuah nama" sepertinya ungkapan itu tidak berlaku untukku. Karena ternyata itulah yang menjadi alasanku untuk terus menyimpanmu dalam benakku