SNSD Part 8

1K 72 6
                                    

Mi Young’s POV
Siwon Oppa terpaku menatapku saat aku mengenakan gaun tidur ini. Matanya membulat sempurna, tubuhnya terlihat begitu kaku, dan berkali-kali dia terlihat menelan air liurnya seperti menahan sesuatu dalam dirinya. Aku masih terus menatapnya penuh tanda tanya hingga dia menarikku ke dalam pelukannya.
“Saranghae, baby..” Ucapnya lembut. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Mengira bahwa mungkin ini semua hanya mimpi atau aku yang telah berhalusinasi. Tapi aku masih berada di dalam pelukannya. Tidak! Ini bukan mimpi atau halusinasi. Ini nyata. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di permukaan kulit wajahku karena jarak kami yang begitu dekat. Aku masih menatapnya karena bingung harus mengatakan apa.
Ia merengkuh wajahku dengan kedua tangan dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ia menciumku. Sentuhan kecil pada awalnya, tapi kemudian menjadi lebih lembut dan dalam.
Aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Tidak banyak waktu untuk bertindak. Aku bahkan tidak mampu mengingat kenapa aku harus menghentikannya. Jangankan untuk memikirkannya sekarang saja aku sudah tidak bisa bernapas dengan benar. Ciumannya semakin dalam melumat bibirku, tapi tidak menuntut. Tetap lembut dan begitu manis. Membuat jantungku seakan berhenti berdetak dan akan meledak saat ini juga.
Tanganku mencengkeram lengannya menempelkan tubuhku lebih erat ke tubuhnya. Siwon Oppa berguling pelan menindih tubuhku di tempat tidurnya yang empuk. Tapi, lama kelamaan ciumannya menjadi sedikit menuntut dan kasar. Bibirku kini sudah dilumat olehnya. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa ciuman ini begitu memabukkan? Oh Tuhan, tolonglah aku! Aku tidak ingin tergoda. Aku tidak ingin semudah itu menyerah pada pelukan namja ini.
Siwon Oppa mengeratkan pelukannya di punggungku lalu menggigit bibir bawahku yang masih tertutup hingga terbuka dan sedikit memberikan celah. Dia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, menyusuri rongga mulut, menggoda dan menggelitik lidahku yang tak memberikan respon. Aku tak bisa mengelak lagi kalau aku telah tergoda dan jatuh ke dalam pesonanya. Tanpa sadar aku malah memberinya kesempatan untuk memperdalam ciumannya. Aku membalas permainan bibirnya.
Aku merasa ada sisi lain dari tubuhku yang bahagia atas perlakuannya. Kepalaku dipenuhi oleh aroma tubuhnya. Ani.. Ani.. Ani.. akal sehat dan tubuhku berdebat. Aku menggeleng dan bibir Siwon Oppa beralih ke leherku memberiku kesempatan untuk bernapas. Perlahan kubuka kedua mataku. Apa ini? Kenapa dia menindih tubuhku? Apa yang akan dia lakukan padaku?
“Geumanheyo, Oppa. Changkammanyo.” Suaraku lebih terdengar seperti bisikan.
“Wae?” Bisik Siwon Oppa di tulang selangkaku. Bibirnya kembali menciumi setiap inchi leherku sehingga napasku kembali tercekat. Kini kecupannya telah turun hingga ke bagian atas dadaku. Tangannya yang satu tetap mengelus punggungku sementara tangannya yang lain telah menyusup ke dalam gaun tidurku. Mengelus permukaan kulit perutku lalu merambat naik sampai ke bagian dadaku, menangkupnya lembut kemudian meremasnya pelan hingga menimbulkan sensasi aneh disertai rasa ngilu yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku memaksa diriku untuk berkonsentrasi agar tetap fokus pada akal sehatku. Aku berusaha meronta dalam pelukannya untuk melepaskan diriku darinya. Dibutuhkan tenaga yang cukup kuat untuk mendorong dan menjauhkannya dariku.
Siwon Oppa tersentak mundur kemudian memandangiku. Sorot mata itu memancarkan sesuatu yang lain, yang belum pernah kulihat sebelumnya. Mata kelam yang berapi-api.
“Aku.. Aku tidak bisa melakukan ini sekarang Oppa.” Kataku pelan.
“Wae?” Tanyanya lagi. Suaranya terdengar parau. “Aku mencintaimu. Tidakkah kau merasakan hal yang sama denganku?” Lanjutnya.
“Mianheyo Oppa. Jebbal.” Ucapku disela air mata yang entah sejak kapan mulai turun membasahi pipiku. Siwon Oppa tidak menjawab. Dia hanya tersenyum kaku kemudian beranjak turun dari atas tubuhku. “Geure. Aku tidak akan memaksamu. Mianhe Chagi. Tidurlah.” Tambahnya. Dia lalu mengecup keningku dengan sangat lembut. Hingga membuatku berharap kalau waktu akan berhenti sampai di sini dan aku tidak akan pernah terbangun dari mimpi indah ini.
Aku tidak bisa mengucapkan apa-apa lagi. Aku memang belum siap untuk itu. Tapi kenapa aku merasa kehilangan saat ia menghentikan tindakannya? Siwon Oppa berbaring dengan posisi tubuh yang membelakangiku dan itu membuatku kecewa. Meskipun kami tidak melanjutkan kegiatan tadi, tapi setidaknya kami bisa tidur berhadapan dan dia bisa memelukku seperti kemarin malam. Keanehan terjadi lagi pada diriku. Kenapa tubuhku mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekedar sentuhan lembut atau cumbuan ringannya? Tidak! Sepertinya kau sudah gila Choi Mi Young!
*********
Satu bulan telah berlalu. Dan semuanya berubah sejak kejadian malam itu. Kurasa Siwon Oppa menjaga jarak dariku. Belakangan ini dia selalu membawa pekerjaannya ke apartement kami. Setelah menyibukkan dirinya seharian dikantor dia juga merubah ruang baca menjadi kantor keduanya. Menenggelamkan diri di tumpukan dokumen penting dan laporan perusahaan. Setiap hari dia selalu melakukan hal yang sama bahkan di akhir pekan sekalipun dan hampir setiap malam memilih untuk “menginap” di atas meja kerjanya. Kalaupun dia tidur di kamar kami, dia memilih untuk masuk saat aku sudah terlelap dan bangun ketika aku masih terbuai di alam mimpi.
Sebenarnya bukan ini yang aku harapkan darinya. Karena kurasa bukan menghindarikulah cara yang tepat untuk menyelesaikan persoalan kami. Aku merasa kesepian jika dia tidak menemaniku, terasa ada yang hilang jika dia tidak bersamaku, dan sejujurnya aku merasa gelisah jika dia tidak tidur di sampingku. Aku tidak tahu perasaan apa ini, tapi yang jelas ada suatu bagian dari diriku yang begitu menginginkannya dan ada satu sisi lain yang merindukan kehadiran dan sentuhannya. Aku tidak yakin dengan apa yang aku rasakan. Aku belum pernah seperti ini sebelumnya. Sebenarnya perasaan apakah ini?
Lebih anehnya lagi, sepertinya aku sudah tidak berniat untuk mengganti gaun malamku dengan piyama tidur yang lebih nyaman dan tertutup. Bahkan koleksi ganu malamku kian hari semakin bertambah. Dan apa kau tahu, langerie hitam yang seksi, transparan dan menggoda itu kini menjadi gaun tidur favoritku. Hufftt.. Sebenarnya aku ini kenapa sich? Kenapa seleraku menjadi aneh begini? Adakah yang bisa memberitahuku?
Hari ini seperti biasa kami makan pagi bersama. Suatu kegiatan yang tidak akan mungkin kulewatkan karena aku bisa bertemu dengannya. Hening. Tak ada sapaan atau obrolan yang berarti selain kata “selamat makan” saat sarapan, “aku pergi” saat dia akan berangkat, dan “hati-hati di jalan” saat mobilnya akan melaju meninggalkan halaman apartement kami. Ya, aku memang selalu mengantar Siwon Oppa sampai dia masuk ke dalam mobilnya, cara lain agar aku bisa melihatnya sedikit lebih lama.
Ting.. Tong..
Suara bel di pintu apartemen memecah “perang dingin” kami. Park Ahjumma sedikit tergesa membukakan pintu. Siapa yang datang sepagi ini? Tidak biasanya ada tamu yang berkunjung ke apartemen kami.
Tak lama kemudian muncullah Tae Yeon Eonni dan Jung Soo Oppa diikuti oleh Park Ahjumma.
“Tae Yeon Eonni..”
Aku bangkit dari dudukku untuk menyambut kedatangan pasangan itu.
“Silahkan duduk, Hyung. Kita sarapan bersama.” Tawar Siwon Oppa pada Jung Soo Oppa.
“Gumawo, Siwon-a. Kami sudah sarapan tadi. Lagipula kami hanya singgah sebentar.” Tolak Jung Soo Oppa halus.
“Memangnya sepagi ini kalian mau kemana?” Tanyaku pada mereka.
“Aigo.. apa kalian bangun kesiangan lagi pagi ini? Dasar pengantin baru! Sekarang jam 08.00 Aegi, dan ini sudah siang.” Jawab Tae Yeon Eonni.
“Kami akan memeriksakan keadaan Eonnimu dan baby Hwang Chagi. Dokter Kim akan pergi ke Hongkong untuk seminar sore ini jadi pemeriksaannya dijadwalkan lebih awal.” Jelas Jung Soo Oppa.
“Selain itu kedatangan kami kemari adalah untuk menyampaikan surat ini padamu.” Tambah Tae Yeon Eonni sembari memberikan sebuah amplop berwarna putih padaku.
“Gumawoyo Eonni.” Kataku sambil menerima surat itu.
“The University of Sidney.” Tulisan itulah yang tertera di sampulnya. Tae Yeon Eonni mendekat padaku untuk ikut membaca isi dari surat itu.

Sweet Namja Sweet DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang