SNSD part 3

869 75 4
                                    

Saya memutuskan untuk update beberapa part sekaligus. Hohoho...
Happy reading n keep voment, guys!

Tahukah kau bahwa semenjak pertemuan pertama itu kau telah berhasil mencuri perhatianku? Sadarkah kau bahwa cinta pada pandangan pertama itu berubah menjadi keinginan untuk selalu bertemu dan berada di dekatmu?
Dan kini semakin lama semua itu berubah menjadi hasrat untuk memiliki.

Mi Young's POV
Sekretaris Seo hanya menundukan kepala di depanku. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini. Kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku? Apakah pertanyaan yang kuajukan terlalu sulit? Kurasa tidak. Aku hanya menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Jung Soo Oppa. Malam itu dia pulang dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya. Oppaku bukanlah seseorang yang bisa dengan mudahnya diperbudak oleh minuman keras. Dan kejadian lima hari yang lalu itu membuatku tersadar bahwa Oppa mengalami masalah yang sangat berat.
"Maafkan saya harus mengatakannya sekarang Agassi." Jawabnya kemudian setelah sekian lama membuatku menunggu.
"Ghwenchanayo Ahjussi. Kita memang harus membicarakan masalah ini." Aku meyakinkannya entah untuk yang keberapa kalinya.
Sekretaris Seo terdiam sesaat seperti masih menimbang-nimbang. Namun sesaat kemudian dia memulai penjelasannya.
"Sampai saat Komisaris dirawat, rapat pemegang saham untuk menentukan pimpinan perusahaan selanjutnya belum sempat dilaksanakan. Dengan demikian semua pengambilan keputusan akan didelegasikan pada ketua dewan. Sepertinya beliau akan mengadakan rapat khusus untuk menurunkan Komisaris dan melakukan hak voting untuk menentukan Komisaris selanjutnya."
"Kenapa kita harus melakukannya? Bukankah selama ini Oppa juga banyak membantu Appa? Bahkan Oppa juga mendedikasikan seluruh waktunya untuk mempertahankan perusahaan ini."
"Anda memang benar Agassi. Tapi sepertinya ketua dewan tidak berpikiran seperti itu. Pihaknya menyebar mosi ketidakpercayaan atas kemampuan Hwang Sajangnim dalam memimpin perusahaan."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan Ahjussi? Tidak mungkin kita menyerahkan perusahaan yang dibangun oleh Harabeoji dari bawah dan dipertahankan Appa dengan kerja kerasnya pada orang lain."
"Kami sudah melakukan pertemuan dengan pemegang saham yang berada dipihak Komisaris untuk memberikan hak suaranya pada Hwang Sajangnim. Hanya saja, jumlah dukungan saham yang telah dikumpulkan belum mencapai hasil yang diharapkan."
"Maksudmu?"
"Saham Komisaris sebesar 20,6%, Hwang Samonim 4,7% ditambah saham Agassi, Sajangnim dan pemegang saham yang lain 23,1%, jumlah totalnya menjadi 48,4%. Ketua dewan mendapat dukungan saham dari milik pribadi, pemegang saham dalam dan luar negeri sebesar 46,6%."
"Kalau begitu, bukankan jumlah saham kita lebih unggul? Seharusnya tidak ada yang perlu kita risaukan."
"Sampai saat ini pemegang saham yang telah menentukan pilihan dari kedua belah pihak sebesar 95,0%. Masih ada pemegang saham sebesar 5% yang belum menentukan pilihannya. Hak suaranya akan menentukan hasil akhir pada rapat pemegang saham nanti."
"Mungkinkah jika kita meminta bantuan pada mereka Ahjussi?"
"Sajangnim juga sudah melobi mereka, Agassi. Namun, sampai saat ini mereka belum memberikan keputusan. Tapi saya khawatir. Desas-desus yang beredar mengatakan kalau mereka lebih condong kepada pihak ketua dewan."
"Tapi itu masih desas-desus kan? Kita masih bisa membujuk mereka Ahjussi. Siapa pemilik saham itu?"
"Hyundai Corp. Agassi"
End of Mi Young's POV
*******
Siwon's POV
Sudah seminggu berlalu sejak pertemuan kami di pesta ulang tahun Dong Hae-ssi. Namun aku belum mendengar kabar tentangnya lagi. Mi Young-ssi, yeoja yang sukses mambuatku tergila-gila padanya sejak pandangan pertama. Malam itu, aku langsung pulang tanpa sempat berpamitan. Rasanya tidak pantas jika aku tetap ada disana, menyaksikan momen yang sepertinya merupakan urusan pribadi keluarga.
Pagi harinya aku dan Mi Young-ssi sempat beberapa kali berbalas pesan. Tapi setelah itu karena kesibukanku atau lebih tepatnya karena aku bingung harus mencari alasan apa untuk menghubunginya, komunikasi kami sontak terputus.
Aku sempat menghubungi Soo Yeon untuk menanyakan kabar Mi Young-ssi padanya. Menurut berita yang kudengar darinya, Mi Young-ssi sedang mengalami banyak masalah. Ayahnya sedang terbaring koma di rumah sakit karena penyakit jantung yang dideritanya dan perusahaan keluarganya sedang mengalami sedikit masalah. Tapi, Soo Yeon belum sempat menceritakannya secara mendetail. Pembicaraan kami terputus karena Soo Yeon harus segera menghadiri meeting. Dan saat aku mencoba menghubunginya kembali, dia tidak menjawab panggilanku. Resepsionis butiknya mengatakan kalau saat ini Soo Yeon sedang berada di Jeju selama tiga hari untuk sebuah acara yang diadakan oleh perusahaan Kwon Ahjussi dan baru akan pulang pada akhir pekan. Sepertinya acara itu sangat penting, tidak mungkin aku mengganggunya untuk urusan semacam ini.
Aku sedang berdiri membelakangi meja kerjaku, menatap kesibukan Seoul di siang hari saat seseorang mengetuk pintu.
"Masuk..!" Jawabku tanpa mengubah posisi berdiriku. Kutolehkan kepalaku ke arah pintu. Dapat kulihat seorang yeoja bermarga Baek yang merupakan sekretarisku itu. Dia menundukkan kepalanya padaku.
"Jhwesonghamnida sajangnim, ada perwakilan dari In Ha Corp. yang datang untuk menemui anda." Beritahunya sopan padaku.
"In Ha Corp? Ah.. Perusahaan yang sedang dalam masa kudeta itu? Bukankah kemarin Appa sudah memberikan keputusan? Sekarang apalagi? Aish..Orang-orang ini benar-benar!"
"Presdir Choi baru memberikan keputusan pada rapat intern Sajangnim, beliau belum memberikan keputusan pada pihak In Ha Corp." Jelasnya lagi.
"Katakan pada mereka bahwa aku sedang sibuk Nona Baek."
"Ye, Sajangnim.." Jawab sekretaris Baek kemudian menundukkan kepalanya sebelum meninggalkan ruangan.
Tunggu dulu! Mereka harus diberi pelajaran atas sikap mereka yang pemaksa dan tidak sabaran itu!
"Ani, Nona Baek. Persilahkan pada mereka untuk masuk. Setidaknya aku harus menemuinya sebelum mengusir mereka keluar."
"Ne? Ah.. Ye Sajangnim." Patuh sekretaris Baek meskipun dengan raut muka yang sedikit bingung sambil keluar dari ruanganku.
Kurapihkan dasiku yang mungkin sedikit berantakan, lalu kupakai kembali jasku yang tadi sempat kutanggalkan. Bagaimanapun juga, aku harus menghargai mereka dengan berpenampilan rapih. Meskipun pada akhirnya aku mungkin tidak bisa memenuhi keinginan mereka.
Kududukan diriku di sofa tamu yang terletak tidak jauh dari meja kerjaku. Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintuku lagi. Kali ini sekretaris Baek tidak datang sendiri. Dia datang bersama seorang lainnya. Aku berpura-pura acuh sambil membuka-buka dokumen dalam tabletku.
"Sajangnim.. Perwakilan dari In Ha Corp. sudah tiba." Kata Sekretaris Baek padaku.
"Annyeonghaseyo, Sajangnim." Sapa seorang yeoja dengan suara yang begitu lembut.
Oh.. Baiklah! Dasar perusahaan licik! Taktik apa yang mereka rencanakan sehingga mengirimkan seorang yeoja untuk meng...
Aku terpana, sedikit tak percaya dengan apa yang kulihat. Sepertinya dia juga sama terkejutnya denganku. Terlihat dari matanya yang terbelalak.
End of Siwon's POV
*********
Author's POV
"Terima kasih." Kata Mi Young pada Sekretaris Baek yang mengantarkan minuman ke meja mereka. Yeoja itu hanya tersenyum sambil menundukkan kepalanya dan berlalu. Saat ini hanya ada Mi Young dan Siwon di ruangan ini. Mi Young memang datang sendiri. Dia tidak mau rencananya diketahui oleh Oppanya karena Jung Soo memang ingin Mi Young hanya fokus menyelesaikan studynya.
"Jadi yang dimaksud dengan direktur Hyundai Corp. itu anda?" Tanyanya pada Siwon untuk memulai pembicaraan mereka.
"Kurang lebih itulah jabatanku selama beberapa minggu terakhir ini. Dan perwakilan dari In Ha Corp. itu anda, Mi Young-ssi?"
"Sebenarnya sedikit kurang tepat kalau dikatakan begitu, karena direktur dari In Ha Corp. sendiri tidak mengetahui kedatanganku ke kantormu."
"Emm.. Maksudmu?"
"Dae In Ha adalah nama Halmoniku. Halabeoji sendiri yang memberi nama pada perusahaan itu. Sementara Appaku adalah komisaris dan jabatan direkturnya dipegang oleh kakak laki-lakiku."
"Ah.. Begitu ya? Pantas saja aku seperti pernah melihat dua orang namja yang ada di rumahmu malam itu. Ternyata mereka dari In Ha Corp."
"Ne. Mereka adalah Seo Ahjussi, sekretaris Appaku dan namja dengan penampilan berantakan itu adalah Hwang Jung Soo, Oppaku."
"Kalau begitu, selain urusan bisnis, perusahaan itu juga mengandung arti penting dalam sejarah keluargamu Mi Young-ssi."
"Bisa dibilang begitu. Mungkin bagi sebagian orang yang berpikiran picik dan haus akan kekuasaan, perusahaan hanyalah tempat dimana mereka mengambil uang dan pulang. Tapi untuk keluargaku, perusahaan adalah rumah kedua kami."
"Rumah kedua? Kenapa bisa begitu?"
"Rumah adalah tempat dimana kau bisa merasa nyaman dan terlindungi. Juga banyak kenangan yang terukir disana. Sama seperti perusahaan. Tempat dimana setiap tetesan keringat Halabeoji, Appa dan Oppaku terukir."
"Mungkin begitu. Tapi sepertinya tidak begitu dengan orang-orang di dalamnya."
"Ne. Kau benar Siwon-ssi. Keringat hanya dapat dirasakan oleh orang yang bekerja keras dan berusaha. Sementara bagi mereka yang melihat hasil akhir, kekuasaan jauh lebih berperan penting."
"Kurasa aku sepemikiran denganmu, Mi Young-ssi. Ah Matta.. Bagaimana keadaan kakakmu sekarang?"
"Secara fisik dia sudah lebih baik tapi aku tidak begitu yakin dengan kondisi psikisnya."
"Aku merasa prihatin dengan kondisi keluargamu saat ini Mi Young-ssi. Aku sempat menanyakan hal ini pada Soo Yeon dan dia menceritakan sedikit padaku. Andai aku tahu apa yang bisa kulakukan untukmu pasti aku sudah melakukannya. Tapi untuk urusan ini, sepertinya aku tidak bisa banyak membantu. Appaku sudah memutuskannya Mi Young-ssi. Mianheyo."
Mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Siwon itu membuat seluruh tubuh Mi Young menjadi lemas. Bagaimana mungkin semua perjuangan yang telah dilakukan oleh Appa dan Oppanya hancur seketika karena saham sebesar 5%. Bagaimana mungkin In Ha Corp. yang dipimpin oleh keluarganya secara turun temurun harus diserahkan ke tangan orang lain bahkan sebelum sempat diwariskan ke generasinya.
Siwon hanya terdiam sambil menatap Mi Young. Dia tahu benar apa yang dirasakan oleh Mi Young saat ini. Tapi bisnis adalah bisnis. Kalaupun dia ingin membantu Mi Young, dia harus menemukan alasan yang tepat. Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas dibenaknya. Siwon bangkit dari duduknya lalu menghubungi sekretarisnya melalui telepon di mejanya.
"Nona Baek, apakah Tuan Lee sudah kembali?"
"Ye, Sajangnim, beliau ada di ruangannya."
"Tolong panggil dia ke ruanganku sekarang!"
"Ye, Sajangnim." Siwon mengakhiri pembicaraannya di telepon kemudian kembali ke sofa yang tadi didudukinya.
"Aku memanggil Dong Hae kemari karena dia adalah penasehat hukum untuk perusahaan kami. Mungkin dia punya cara untuk membantumu." Jelas Siwon pada Mi Young. Mi Young hanya mengangguk paham.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dipintu ruang kerja Siwon. Belum sempat Siwon menjawab, si pengetuk pintu, Dong Hae, sudah masuk terlebih dahulu. Itu memang sudah menjadi kebiasaannya. Mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan di saat yang bersamaan.
"Eh..? Ternyata kau ada disini Mi Young-a?" Sapa Dong Hae ramah saat melihat Mi Young. Dia lalu mengulurkan tangannya pada Mi Young. Mi Young membalas uluran tangan Dong Hae.
"Ne, annyeonghaseyo Oppa. Lama tidak berjumpa." Jawab Mi Young sambil tersenyum lalu kembali duduk di sofanya begitu juga dengan Dong Hae yang duduk di sofa seberang Siwon.
"Kau datang sendiri ya? Ah.. Coba kalau Soo Yeon tidak sedang pergi ke Jeju. Tentu kita berempat bisa makan malam bersama." Sesal Dong Hae.
"Bersabarlah hyung! Besok juga dia akan pulang." Siwon menimpali keluhan Dong Hae dengan malas.
"Ara.. Aku sempat meneleponnya sehari sebelum keberangkatannya ke Jeju. Ah.. Matta. Aku mendengar kabarmu dari Soo Yeon. Aku turut prihatin atas apa yang terjadi padamu malam itu Mi Young-a." Iba Dong Hae pada Mi Young.
"Gumawoyo, Oppa." Jawab Mi Young lirih.
"Justru itulah sebabnya aku memanggilmu, Hyung." Kata Siwon pada Dong Hae. "Aku ingin kau membantunya." Lanjutnya.
"Sepertinya sesuatu yang sangat serius, bahkan Siwon saja sampai memanggilku Hyung. Apa yang bisa kulakukan untukmu gadis manis?" Tanya Dong Hae.
"Mi Young-ssi adalah puteri dari Komisaris In Ha Corp., Hyung." Mi Young hanya terdiam, dia tidak ingin terlihat memaksa. Biarlah Siwon yang menjelaskan semuanya pada sepupunya itu.
"In Ha Corp.? Benarkah? Sepertinya Soo Yeon melewatkan bagian itu dari ceritanya padaku kemarin."
"Dia datang meminta bantuanku untuk memberikan hak voting atas 5% kepemilikan saham perusahaan kita pada pihak keluarganya." Jelas Siwon kemudian.
"Tapi, bukankah Samchon sudah memutuskannya pada rapat intern kemarin Siwon-a? Bahkan kita hanya tinggal menunggu tanggal penyerahan formulirnya pada ketua dewan In Ha Corp. saja." Jawab Dong Hae.
"Apa tidak ada cara untuk menyerahkan hak voting perusahaan kita padanya Hyung?"
"Samchon sudah menandatangani formulirnya Siwon-a. Kalaupun dia berubah pikiran, maka keputusan itu harus berasal darinya. Tapi masalahnya kau sendiri kan tahu Samchon itu seperti apa."
Siwon mengerti benar apa yang dikatakan Dong Hae. Appanya bukan tipe orang yang plin-plan. Dia tidak akan mungkin mengubah keputusannya tanpa suatu alasan yang jelas dan kuat.
Cukup lama mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing sampai tiba-tiba saja Dong Hae berdiri, membuat Siwon dan Mi Young otomatis melihat ke arahnya. Sebuah ide terlintas di benaknya.
"Mungkin ideku ini sedikit gila Siwon-a, Mi Young-a. Tapi hanya cara ini yang bisa terpikirkan olehku untuk membantumu disaat mendesak seperti ini."
"Jheongmal? Apa itu Oppa?"
"Menikahlah dengan Siwon."
"Ne?!!" Jawab mereka berdua spontan secara bersamaan. Tentu saja. Siapa yang tidak terkejut mendengarnya. Mi Young terkejut karena ide gila Dong Hae sementara Siwon terkejut karena bahagia. Entah kenapa hatinya merasa begitu. Raut wajahnya berubah menjadi bahagia, namun dia berusaha untuk menutupinya agar terlihat wajar.
"Samchon tidak mungkin merubah keputusannya tanpa alasan yang kuat. Sementara itu Imonim pernah mengatakan kalau dia akan memberikan saham sebagai hadiah pernikahan pada istri Siwon. Kita bisa meminta padanya untuk memberikan setidaknya 3% kepemilikan saham In Ha Corp. padamu agar keluargamu tetap bisa memimpin perusahaan itu." Jelas Dong Hae.
"Aku mengerti Oppa. Tapi, apa tidak ada cara lain selain cara itu Oppa? Pernikahan itu hal yang sangat sakral Oppa. Aku tidak mau merusak kesuciannya dengan urusan bisnis seperti ini!" Marah Mi Young sambil bangkit dari duduknya, bersiap untuk meninggalkan ruang kerja Siwon. Entah kenapa Mi Young merasa kecewa dengan solusi yang diberikan oleh Dong Hae. Bagaimana ide gila itu bisa tercetus dari mulut seseorang yang dihormatinya. "Ghamsahamnida atas waktunya Choi Sajangnim. Annyeonghaseyo!" Pamitnya pada Siwon dengan penekanan pada setiap katanya.
Tepat sebelum Mi Young akan membuka pintu, Siwon berkata padanya, "Aku mengerti kalau kau terkejut Mi Young-ssi. Tapi aku tidak keberatan, aku bersedia melakukannya. Semua tergantung pada keputusanmu, aku tidak bisa memaksa."
End of Author's POV
*********
Mi Young's POV
Kulemparkan tas tangan yang tadi kugunakan ke atas sofa yang terletak disudut kamarku. Lalu kuhempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Jariku memijat kepalaku yang berdenyut kencang. Perkataan Dong Hae Oppa di ruangan Siwon-ssi tadi membuatku bingung sekaligus terkejut. Bagaimana mungkin dia memintaku untuk menikah dengan Siwon-ssi semudah itu. Selain itu kenapa Siwon-ssi mengatakan bersedia begitu saja. Kami belum terlalu lama saling mengenal. Bahkan baru bertemu sebanyak tiga kali saat di supermarket, ulang tahun Dong Hae-ssi dan tadi siang di kantornya.
Ketukan pintu sebanyak tiga kali terdengar dari luar pintu kamarku.
"Masuk!" Jawabku pendek.
"Jhwesonghamnida Agassi." Hong Ahjumma masuk sambil membawa nampan. "Anda pasti lelah. Minumlah dulu." Katanya sambil menyerahkan secangkir teh hangat padaku.
Aku bangun dari tidurku, menerima cangkir itu dari tangannya dan meminum tehnya. Rasa hangat mengaliri tenggorokanku.
"Gumawoyo Ahjumma. Rasanya sangat nyaman." Kataku padanya yang hanya dijawabnya dengan senyuman. "Oya, apa Eonni sudah pulang?" Tanyaku padanya.
"Hari ini Nyonya muda tidak jadi pergi Agassi."
"Waeyo? Bukankah hari ini dia ada janji untuk memilih box bayi baby Hwang?"
"Nyonya membatalkan janjinya, Agassi. Nyonya mengatakan tidak adil rasanya jika beliau harus berbelanja saat semua orang sibuk memikirkan perusahaan"
Hatiku berdesir mendengar perkataan Hong Ahjumma barusan. Tae Yeon Eonni, sejauh itukah pemikiranmu?
"Jung Soo Oppa bagaimana?" Tanyaku lagi pada Hong Ahjumma.
"Tuan muda hanya diam dan mengurung diri di kamar Agassi. Sementara Samonim belum pulang sejak kemarin. Sepertinya beliau belum mengetahui apa yang terjadi pada Tuan. Nyonya memang sengaja tidak menceritakannya pada Samonim. Beliau takut kalau Samonim menjadi sakit." Jelas Hong Ahjumma.
"Kalau tidak ada yang anda perlukan lagi, saya permisi dulu Agassi. Barangkali nyonya muda membutuhkan bantuan saya." Pamit Hong Ahjumma padaku.
"Ne, jheongmal gumawoyo Ahjumma." Jawabku. Hong Ahjumma hanya mengangguk sambil tersenyum dan melangkah keluar meninggalkan kamarku.
Kuambil ponsel yang tadi belum sempat kukeluarkan dari dalam tas tanganku dan menelpon seseorang.
"Apakah besok kau ada waktu? Bisakah kita bertemu?" Kataku saat seseorang di jalur yang lain menjawab teleponku.
Mi Young POV's End
*********
Author's POV
"Aku pulang." Kata Siwon saat kakinya memasuki rumah keluarganya. Hari ini dia memang tidak pulang ke apartemennya karena Ny. Choi memintanya untuk menginap di rumah. Kedua orang tuanya sedang menghadiri acara peresmian kantor cabang perusahaan mereka di daerah Jinan. Otomatis dia harus menemani Soo Young yang hanya ditemani oleh asisten rumah tangga mereka.
"Oppa.." Soo Young yang tadinya akan berteriak menyambut kakak sepupunya itu seketika mengurungkan niatnya begitu melihat raut wajah Siwon yang berbeda dari tadi pagi.
Siwon tidak membalas sapaan dari adiknya itu dan malah berjalan menuju arah ruang makan, Soo Young dengan setia mengekori langkahnya.
"Oppa, Waegure? Apa ada sesuatu yang terjadi? Apa di kantor sedang ada masalah?" Tanya Soo Young beruntun karena tak sabar.
Siwon tetap diam. Dia membuka jasnya, menyampirkannya di punggung kursi, lalu mendudukan tubuhnya di kursi itu.
"Oppa.. jawab aku. Jangan diam saja..!" Rengek Soo Young karena Siwon tidak juga memberikan jawaban atas rentetan pertanyaannya.
"Youngie, Oppa haus." Kata Siwon pada akhirnya.
Setelah mendengar perkataan kakaknya itu Soo Young langsung mengerti. Dengan sigap dia membawakan segelas air dan memberikannya pada Siwon.
"Omo.. Sebegitu dahsyatnya kah penghematan yang Samchon lakukan pada perusahaan kita sampai-sampai kalian tidak memiliki persediaan air di kantor?" Komentarnya pada Siwon yang memang menghabiskan segelas air dalam satu kali tegukan.
"Baiklah, Oppa sudah duduk dan aku juga sudah mengambilkan minum untuk Oppa. jadi sekarang jawab pertanyaanku Oppa!" Pinta Soo Young pada Siwon.
"Pertanyaan yang mana?" Tanya Siwon sambil mengerutkan kening.
Soo Young menghela nafas dengan kasar. Jadi dia tidak mendengar perkataanku dari tadi?
"Apa ada masalah di perusahaan?" Ulang Soo Young.
"Ani." Jawab Siwon singkat. "Semuanya aman terkendali." Lanjutnya kemudian.
"Kalau begitu, apa ini ada hubungannya dengan yeoja yang Oppa temui dipesta itu? Apa dia menolak cinta Oppa? Apa dia sudah punya pacar? Atau jangan-jangan dia sebenarnya mencintai Oppa tapi dia terpaksa harus menikah dengan namja lain karena dijodohkan?" Tanya Soo Young berantai.
Siwon hanya menanggapi ocehannya dengan malas, "Jawabannya iya, mungkin iya, belum, tidak."
"Ya! Kenapa jawaban Oppa tidak meyakinkan seperti itu? Jadi dia menolak cintamu?"
"Kurang lebih begitulah." Jawab Siwon lesu.
"Lalu apa yang akan Oppa lakukan?"
"Molla. Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Perasaan kan tidak bisa dipaksakan." Jawab Siwon dengan ketus.
"Aish.. Kalau memang Oppa tertarik padanya, seharusnya Oppa mencari tahu lebih banyak tentang dia. Apa yang dia sukai, apa yang membuatnya bisa jatuh cinta pada Oppa, atau bagaimana cara menarik perhatiannya. Bukannya malah pulang dengan tampang kusut seperti ini!"
"Sudahlah Youngie! Oppa benar-benar lelah. Oppa ingin istirahat. Kau makan malam sendiri saja ya." Kata Siwon sambil bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamarnya.
Tapi meskipun Siwon enggan bercerita lebih lanjut, Soo Young masih tetap memikirkan apa yang sebenarnya tengah menimpa kakaknya itu. Lebih dari sekedar keinginannya untuk mendapatkan gaun Channel atau agar keberlangsungan hidup credit cardnya tetap terjaga. Baru kali ini dia melihat Oppanya yang acuh dan hanya menyibukan diri dengan urusan pekerjaan itu menjadi gundah gulana karena seorang yeoja.
"Siapa sebenarnya Hwang Mi Young itu? Seperti apa sosok yeoja itu hingga dia berhasil membuat Siwon Oppa gelisah? Haruskah aku membantu Oppa?" Gumamnya pada diri sendiri. Setelah berpikir untuk beberapa saat, senyum penuh makna tersungging di bibir mungilnya. "Aku tahu apa yang harus aku lakukan."

Sweet Namja Sweet DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang