SNSD Part 2

1.1K 73 4
                                    

Part yg kemarin saya hapus untuk digabung dgn part 1. Kenapa? Biar ga melenceng dr konsep awal. Hehe.. #ga ada yg nanya :p

Paras cantiknya, senyum cerianya, tutur katanya, semua yang ada padanya membuatku… tergoda.

Siwon’s POV
Obrolan kami berlangsung dengan hangat. Tak dapat kupungkiri bahwa semua itu berkat Dong Hae. Sedikit banyak pekerjaannya sebagai seorang pengacara membuatnya harus pandai mengatur kata. Dan sepertinya hal itupun berhasil dia terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terbukti dengan semakin akrabnya dia dengan kedua gadis yang baru dikenalnya itu. Bahkan dia sudah berani meminta nomor pribadi Soo Yeon. Aku sungguh salut pada keberaniannya.
Sesekali aku dan Mi Young-ssi bertukar pandang sambil tersenyum memperhatikan mereka. Ternyata Soo Yeon berniat untuk mengenalkanku pada Mi Young-ssi sejak satu tahun yang lalu. Tapi rencana itu harus dibatalkan karena kepergianku ke Inggris untuk urusan pekerjaan.
Ah.. Kenapa saat itu aku pergi dengan tergesa? Andai saja aku menunggu sedikit lebih lama, mungkin aku sudah mengenal Mi Young-ssi dan saat ini kami mungkin sudah…
Oh.. Tidak! Sadarlah Choi Siwon! Bisa-bisa kau jadi gila karena terlalu asyik dengan mimpimu itu!
Mi Young-ssi melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku. Membuatku terperanjat dan tersadar dari lamunanku.
“N..Ne?” Tanyaku dengan terbata. Dia tertawa melihat reaksiku.
“Apa yang sedang anda pikirkan Siwon-ssi?” Tanyanya masih dengan tawa yang menghiasi wajah cantiknya.
“A.. Aniyo..” Jawabku gugup sambil menggaruk tengkukku yang tak gatal.
“Oh.. Ku kira anda berencana untuk membeli diaper yang pas untuk usia 24 lagi.” Katanya menggodaku. Aku jadi ikut tertawa juga pada akhirnya.
“Tapi kenapa dia tidak datang?” Tanya Mi Young-ssi lagi.
“Nugu? Ah.. Soo Young? Dia tidak ikut bersama kami. Kebetulan almamaternya juga mengadakan acara hari ini. Semacam kegiatan amal atau sejenisnya. Entahlah, aku tidak bertanya terlalu banyak.”
"Jinjayo? Sayang sekali. Padahal aku sangat ingin bertemu dengannya.” Sesal Mi Young-ssi. “Ah iya.. Waktu itu kenapa anda berbelanja ke tempat lain kalau anda sendiri memiliki pusat perbelanjaan?” Lanjutnya lagi.
“Emm.. Anggap saja seperti.. study banding mungkin?” Jawabku tak yakin “Dan ralat. Bukan pusat, The Choice hanya tempat belanja biasa. Dimana para ibu rumah tangga berbelanja kebutuhan sehari-hari. Terlalu berlebihan kalau disebut sebagai pusat perbelanjaan.” Lanjutku.
Mi Young-ssi tertawa memperlihatkan gigi putihnya yang berderet rapih.
“Aku yang terlalu berlebihan atau anda yang menjadikannya terlalu sederhana Tuan Choi?” Tanyanya lagi sambil menyipitkan matanya.
“Aniyo. The Choice memang baru beberapa minggu ini diresmikan. Sebenarnya itu adalah proyek selingkuhanku.” Jawabku sedikit berbisik.
“Wah.. Ternyata anda memang terkenal ya! Tidak hanya para yeoja, bahkan pekerjaan pun rela mengantri untuk mendapatkan perhatianmu.”
“Tidak juga. Sebenarnya tugas utamaku adalah membantu ayahku menjalankan bisnis keluarga. Tapi sepertinya jiwa pemberontakku menjadi lebih dominan akhir-akhir ini.” Jelasku padanya.
“Iya. Jiwa pemberontak yang menguntungkan.” Tukasnya lagi yang hanya kujawab dengan senyuman.
“Lalu anda sendiri, apa kegiatanmu sehari-hari Mi Young-ssi?”
“Aku sedang menunggu pengumuman pengajuan Strata II ku di Australia, Siwon-ssi. Untuk saat ini aku tidak memiliki kesibukan yang berarti. Hanya makan, bermain dan tidur.”
“Sepertinya kegiatanmu bisa dijadikan judul layar lebar Mi Young-ssi. Bagaimana kalau eat, play and sleep?”
Mi Young-ssi tertawa terbahak mendengar gurauanku. Tuhan.. Ingatkan aku untuk tidak memeluk yeoja ini! Paras cantiknya, senyum cerianya, tutur katanya, semua yang ada padanya membuatku tergoda.
Sesuatu hal membuat Mi Young-ssi mengalihkan pandangannya dariku pada tas tangan yang sedari tadi dipegangnya dan mengambil sesuatu dari dalamnya, sebuah ponsel.
“Changkammanyo, Siwon-ssi.” Katanya padaku sambil menunjukkan ponselnya ke arahku. Aku mengerti apa yang dia maksud dan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban atas permintaan izinnya. Tak lama kemudian dia sudah terlarut pada percakapannya.
“Ne, Eonni. Aku masih di pesta bersama Soo Yeon Eonni. Ada apa?” Jawabnya.
“…..”  
Pembicaraannya dengan seseorang di seberang sana berlangsung singkat. Tetapi raut wajah Mi Young-ssi berubah menjadi cemas. Mungkinkah telepon dari kakaknya? Kudengar dia menyebut kata Eonni saat menjawab telepon tadi. Dia kemudian berbicara pada Soo Yeon. Aku dapat mendengarnya dengan jelas karena suasana pesta ini tidak terlalu bising.
“Eonni.., Mianheyo sepertinya aku harus pulang sekarang.” Katanya pada Soo Yeon.
“Wae Mi Young-a? Kenapa kau panik begitu? Apa yang terjadi?” Tanya Soo Yeon.
“Mollayo Eonni. Tae Yeon Eonni menelepon dan menyuruhku untuk segera pulang. Dia tidak mengatakan apa-apa lagi selain itu.”
“Tapi, Goo Ahjussi baru akan menjemput kita satu jam lagi. Otte?” Katanya dengan nada cemas.
“Kalau kau mau, kau bisa memakai mobil Oppa, Mi Young-a.” Dong Hae yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka menawarkan bantuannya pada Mi Young-ssi.
“Benarkah itu Oppa? Jheongmal ghamsahamnida.” Kata Soo Yeon lega, “Mi Young-a, kalau kita menunggu jemputanku terlalu lama. Kalau kau naik mobil Dong Hae Oppa saja, Otte?” Tanyanya kemudian pada Mi Young-ssi. Dia tampak berpikir sejenak.
“Tapi, Dong Hae minum cukup banyak malam ini. Kurasa kurang tepat baginya untuk mengantar Mi Young-ssi yang sedang terburu-buru. Bagaimana kalau aku saja yang mengantarnya?” Tawarku pada mereka.
“Benar juga. Lebih baik Siwon saja yang mengantarnya. Kemampuan mengemudinya sangat handal. Lebih cepat dari taksi manapun.” Timpal Dong Hae.
“Baiklah, kalau begitu aku diantar Siwon-ssi saja Eonni.” Katanya pada Soo Yeon, “Terima kasih atas tawaranmu Oppa.” Lanjutnya pada Dong Hae yang hanya dijawab dengan anggukan.
“Kalau begitu, aku titip Mi Young ya Oppa. Mi Young-a, telepon aku begitu kau tau apa yang terjadi, arasso?” Kata Soo Yeon pada kami berdua.
“Ne, Eonni. Aku duluan ya!”
“Eoh.. Berhati-hatilah!”
Kami berdua kemudian pergi setelah sebelumnya berpamitan pada pemilik pesta malam ini dan bergegas menuju mobilku. Sepanjang perjalanan kami habiskan dalam diam. Aku tahu benar bagaimana keadaan Mi Young-ssi saat ini. Pikirannya pasti diliputi berbagai perasaan. Penasaran, cemas dan takut bercampur menjadi satu. Karena itu aku tidak banyak bicara padanya selain menanyakan alamat dan jalan menuju rumahnya. Rumah Mi Young-ssi terletak di kawasan Apgujeong-Dong. Tidak terlalu jauh dari apartemenku ternyata. Rumahnya cukup besar. Dengan gaya klasik yang didominasi warna broken white.
Mi Young-ssi turun dari mobilku sebelum aku sempat membukakan pintu untuknya.
“Gumawoyo, Siwon-ssi.” Katanya sambil berlari memburu pintu rumahnya.
Kalau sudah begini, mana mungkin aku bisa pulang tanpa melakukan apapun. Setidaknya aku harus memastikan apa yang sebenarnya terjadi pada yeoja yang kuantar pulang ini. Maka aku pun segera mengikuti langkahnya untuk masuk ke dalam rumah yang pintunya masih terbuka itu.
Rumah ini begitu nyaman. Pemilihan warna, furniture dan desain interiornya menunjukkan bahwa pemiliknya memiliki selera yang baik. Di dindingnya tertempel beberapa buah figura. Satu diantaranya berukuran lebih besar dibanding yang lainnya. Pigura itu memuat foto sepasang Ahjumma dan Ahjussi paruh baya, seorang namja dan dua orang yeoja. Salah satu dari yeoja cantik itu jelas Mi Young-ssi. Pasangan suami istri itu pasti Tuan dan Nyonya Hwang dan sepertinya dua orang lagi yang tersisa itu adalah pasangan suami istri juga. Karena dari ukuran perutnya yang membesar, sepertinya yeoja itu sedang mengandung. Tunggu dulu. Sepertinya aku pernah melihat namja itu. Tapi dimana?
Belum sempat aku menikmati keindahan rumah ini, suara tangisan di sebuah tempat mengejutkanku. Aku segera berjalan menuju ruangan itu.
Tampak seorang yeoja hamil yang berdiri di sisi kiri ruangan sedang menangis sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. Di sisi lainnya seorang namja paruh baya berjas rapi menundukkan kepalanya. Sementara di tengah ruangan seorang yeoja bergaun malam berwarna hitam, Mi Young-ssi, tampak memeluk atau lebih tepatnya dipeluk oleh seorang namja. Namja itu terlihat mengenakan pakaian kantor meskipun sudah tidak berbentuk lagi. Dilihat dari penampilannya sudah jelas bahwa dia sedang mabuk.
Kurasakan ponselku bergetar. Segera kuambil benda itu dari saku jasku kemudian melihat layarnya. Sebuah pesan masuk.

Sweet Namja Sweet DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang