9- Ending

2.1K 93 6
                                    

Saranghae..

Author's POV
Mi Young tak percaya atas apa yang telah Siwon ucapkan padanya. Dia mengerjapkan matanya, berharap bahwa ini adalah mimpi buruk dan dia akan terbangun di tempat tidur dengan Siwon yang berbaring di sisinya. Tapi kenyataan berkata lain. Karena pendengarannya masih berfungsi dengan baik dan rasa sakit yang dirasakannya pun begitu nyata.
Mi Young tersentak dari tempatnya berdiri hingga tubuhnya sedikit terdorong ke belakang. Seluruh tubuhnya terasa lemas. Lututnya seakan-akan tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Seandainya Siwon tidak menahannya, mungkin tubuhnya akan dengan mulus mendarat di lantai kamar mereka.
"Chagi.." Panggil Siwon lembut padanya.
Mi Young tidak menjawab. Panggilan lembut itu yang beberapa minggu ke belakang ini menghiasi indera pendengarnya, wajah tampan itu yang ditatap oleh indera penglihatnya, aroma tubuh itu yang memabukkan indera penciumnya, sentuhan lembut itu yang telah mempermainkan indera perasanya serta bibir lembut itu yang terasa begitu manis di indera pengecapnya. Sanggupkah dia kehilangan semua itu? Sanggupkah dia melepas semua itu sementara sosoknyalah yang selalu hadir dipikirannya dan selalu dirindukannya?
Siwon meraup tubuh Mi Young dan membaringkannya di tempat tidur. Sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk membahas lebih lanjut mengenai masalah itu. Pembicaraan ini harus dihentikan. Dengan perlahan Siwon menarik tubuh Mi Young dan membawanya ke dalam pelukannya. Siwon masih mendengar isak tangis Mi Young. Yeoja itu menangis dengan dada bidang Siwon sebagai alasnya.
Siwon membelai rambut Mi Young sambil sesekali mengusap punggung istrinya itu dengan lembut. Hingga tanpa disadari, mereka berdua telah jatuh ke alam mimpi.
*********
Siwon keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang membalut tubuh bagian bawahnya. Dia tidak melihat Mi Young di kamar. Hanya ada setelan pakaian kerjanya yang tergantung di pintu lemari. Setelah berpakaian, Siwon kemudian keluar dari kamarnya menuju ruang makan.
"Kau sudah selesai berpakaian Oppa?" Tanya Mi Young dari kursi meja makan saat melihatnya memasuki dapur. Siwon hanya menjawab pertanyaan Mi Young dengan senyuman.
"Aku pergi." Katanya tanpa melihat Mi Young. Dia lalu mengambil kunci mobil yang tergantung di dalam key holder kemudian melangkah menuju pintu keluar.
"Oppa.." Siwon tidak menjawab panggilan Mi Young dan tetap melangkah.
"Oppa.." Siwon berhenti melangkah begitu merasakan pelukan hangat istrinya di pinggangnya.
"Oppa, kau tidak sarapan?" Tanya Mi Young lagi.
"Aku akan sarapan di kantor." Jawabnya sambil melepaskan lengan Mi Young yang melingkar di pinggangnya. Dia tersenyum meskipun sorot matanya memancarkan kesedihan yang mendalam. "Aku pergi. Jagalah dirimu baik-baik." Lanjutnya kemudian melangkah pergi.
*********
Mi Young benar-benar telah kehilangan semangatnya. Yeoja cantik itu kini tengah duduk di sofa ruang kerja Soo Yeon sambil menatap keluar dengan pandangan nanar. Kejadian kemarin malam masih terus terbayang di ingatannya. Suara keputusasaan Siwon yang melampiaskan kesedihannya itu terus terngiang di telinganya. Dia tahu betul bagaimana perasaan suaminya.
Mi Young mengalihkan pandangan ke jari manis tangan kirinya. Cincin pernikahan yang manis melingkar di sana.
End of Author's POV
Soo Yeon's POV
Sudah sejak dua jam yang lalu Mi Young ada disini. Dan sudah selama itu pula dia hanya duduk termenung di sofa melihat ke arah luar gedung ini dengan tatapan yang kosong. Sesekali dia menatap jari manis tangan kirinya sambil memutar-mutar cincin pernikahannya.
Aku benar-benar tidak tahan dibuatnya. Bukan karena dia menggangguku, tidak sama sekali, tapi karena dia tak kunjung menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa denganmu Mi Young-a? Sejak kau datang wajahmu terlihat pucat sekali. Omo! Matamu sembab! Kau habis menangis?" Rentetan pertanyaan kuajukan padanya. Aku sangat cemas.
Mi Young berusaha tersenyum padaku. "Ani, ghwenchana. Tidak ada yang perlu Eonni khawatirkan. Aku baik-baik saja." Sanggah Mi Young.
Aku menggelengkan kepala dan memaksa memeriksa kening Mi Young walaupun dia sudah berusaha menjauhkan tanganku dari keningnya dengan lembut. Sepertinya Mi Young kurang enak badan. Entah, apa yang membuatnya jadi seperti ini. Apa yang sudah terjadi padanya? Apakah dia kelelahan? Tapi aku rasa Siwon Oppa tidak akan membiarkannya begitu.
"Tubuhmu panas, kau demam. Apa kau pusing? Tunggu sebentar ne, aku akan menghubungi Siwon Oppa." Aku mengambil ponsel dari atas meja kerjaku, kemudian mencari kontak Siwon Oppa.
"Andwe, Eonni. Sungguh, aku baik-baik saja. Kau tidak perlu menelpon Siwon Oppa!" Pintanya sambil memegang lenganku, membuatku terhenti.
"Wae? Kau sedang bertengkar dengannya?" Tanyaku.
Mi Young menggelengkan kepalanya perlahan, "Ani, kami baik-baik saja. Aku hanya tak ingin mengganggu pekerjaannya."
"Tapi kau sakit! Sesibuk apapun dia harus meluangkan waktunya untuk merawatmu! Aku tidak mau tahu pokoknya kau harus pulang dan istirahat! Sekarang aku akan menghubungi nampyeonmu." Ujarku tegas membuat Mi Young akhirnya terdiam.
"Yeoboseyo, Oppa?" Kataku saat teleponku terjawab.
"Eoh.. Waegurae Soo Yeon-a?" Tanyanya.
"Oppa, Mi Young ada di butikku sekarang dan kami memiliki masalah. Sepertinya dia sakit." Jelasku padanya.
"Mwo? Kalau begitu aku akan segera kesana. Tolong jaga dia untukku sampai aku tiba Soo Yeon-a" Dan 'klik' Siwon Oppa memutuskan pembicaraan kami secara sepihak. Dia tentu sangat mengkhawatirkan Mi Young.
"Siwon Oppa akan segera datang Mi Young-a." Aku kemudian mengambil sesuatu dari dalam tas yang kuletakkan di atas meja kerja. Sebuah pot plastik berisi obat penurun panas yang selalu kubawa untuk kugunakan di saat mendesak seperti sekarang ini.
"Ayo, minum obat dulu. Setidaknya untuk mengurangi rasa pusingmu." Kataku sambil menyerahkan sebuah pil dan segelas air putih. Mi Young hanya mengangguk patuh dan meminumnya tanpa banyak bicara.
"Sebaiknya kau berbaring dulu saja di sofa." Ucapku lagi, tapi Mi Young tidak merubah posisinya. Dia hanya menyenderkan kepalanya di bantalan sofa.
Aku heran sekaligus khawatir pada yeoja ini. Kupegang pundak Mi Young pelan yang secara otomatis membuatnya mengangkat kepala. Aku terkejut melihat matanya yang berkaca-kaca.
"Kau.. Kau kenapa? Mi Young-a, ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi padamu? Jangan membuatku khawatir." Aku menatapnya dengan cemas.
"Eonni.. Aku.. Apa aku.. Bersalah? Apa aku membuatnya menderita? Eonni, Aku hanya ingin bersamanya." Dan akhirnya airmata itu meluncur dari kedua sudut matanya, mengalir di pipi mulusnya. Aku mengelusnya pundak Mi Young lembut.
"Wae? Waegurae? Apa yang telah Siwon Oppa lakukan padamu? Dia menyakitimu?"
"Bukan.. Bukan itu.. Aku yang telah membuatnya menderita Eonni. Aku.. Aku keterlaluan.. Aku bersalah."
Aku semakin tidak mengerti dengan ucapan Mi Young. Tiba-tiba sudut mataku menangkap sosok seseorang yang tengah berdiri di depan pintu ruanganku yang memang tidak tertutup rapat. Kualihkan pandanganku pada sosok namja itu. Spontan keningku berkerut. Siwon Oppa? Secepat apa dia mengendarai mobilnya sampai dia bisa tiba secepat ini? Padahal aku baru menghubunginya 15 menit yang lalu dan jarak antara kantornya dengan butik ini lumayan jauh. Sebuah ide terbersit dalam benakku. Aku harus membantu pasangan ini karena sepertinya mereka tidak akan mudah terbuka satu sama lain.  
"Jelaskan padaku. Apa yang telah terjadi. Aku tak mengerti dengan apa yang kau ucapkan."
Mi Young mengusap airmata di sudut matanya. Kemudian ia kembali menunduk.
"Aku mengajukan pengunduran diri ke Sydney University. Aku melakukannya bukan karena terpaksa Eonni. Aku memang menginginkan melanjutkan studyku disana, tapi saat aku memikirkannya lagi ternyata bukan itu yang aku inginkan sebenarnya. Siwon Oppa malah mengganggap kalau semua itu terjadi karena dirinya. Dia menganggap bahwa dirinyalah yang menghalangi jalanku. Demi Tuhan Eonni, aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku begitu karena aku lebih memilih untuk bersamanya. Sampai kemarin malam dia.. Dia memutuskan untuk mengakhiri pernikahan kami. Apa yang harus kulakukan Eonni?" Mi Young menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Kembali menangis.
Mataku membulat dengan mulut yang menganga. Aku benar-benar tidak percaya! Bagaimana mungkin Siwon Oppa mengucapkan hal sebodoh itu hanya karena masalah ini? Aku menghela nafas panjang sambil memandang ke arah Siwon Oppa yang saat ini menundukkan kepalanya.
"Mi Young-a dengarkan aku. Aku rasa kau memang cukup keterlaluan karena telah mengambil keputusan itu tanpa berdiskusi terlebih dulu dengan nampyeonmu. Siwon Oppa sudah cukup bersabar menunggumu. Jadi, jelaskan apa yang sesungguhnya kau pikirkan, inginkan dan rasakan padanya." Aku berucap dengan lembut, mencoba memberi nasehat pada Mi Young. "Kau harus menjadi seorang istri yang baik. Perlakukanlah suamimu dengan sepantasnya. Kebahagiaan seorang suami ada pada istrinya." Lanjutku. Kurasa sudah cukup jelas. Sekarang saatnya mereka membicarakan hal ini berdua. Akupun mencari alasan untuk meninggalkan Mi Young sendiri.
"Aku akan membawakan air putih lagi untukmu. Berbaringlah dan tunggu disini. Aratchi?" Kataku seperti berbicara pada anak kecil. Membuat Mi Young tersenyum lemah.
"Ne, Eomma." Jawabnya lesu.
Aku berjalan keluar dari ruanganku kemudian berbisik pelan pada Siwon Oppa, "Kau sudah mendengar sendiri alasan kenapa Mi Young melakukan itu Oppa. Kuharap kau bisa memanfaatkan waktu ini untuk meluruskan permasalahan kalian. Dan aku mohon pertimbangkanlah masak-masak apa yang akan kau katakan. Jangan bersikap bodoh seperti tadi malam. Bersikap bijaklah." Kataku padanya.
Siwon Oppa mengangguk dan tersenyum tipis, "Gumawo Soo Yeon-a."
Aku hanya tersenyum dan melangkah menuju resepsionis. Mereka membutuhkan privasi untuk ini.
Seo Hyun sedang menerima telepon saat aku mendekat ke meja kerjanya.
"Seonsaengnim, ada seorang nona yang mencarimu." Beritahunya sambil memberikan gagang telepon padaku.
"Nugu?"
"Jhwesonghamnida. Dia tidak memberitahukannya padaku. Dia hanya mengatakan kalau dirinya adalah Ms. Shikshin."
Aku tersenyum sebelum kemudian menjawab panggilan itu. "Yeoboseyo, Youngie-ya? Waegurae?"
End of Soo Yeon's POV
Author's POV
Siwon memasuki ruang kerja Soo Yeon perlahan. Dia berusaha tidak menghasilkan suara apapun agar tidak mengganggu Mi Young. Tapi sepertinya yeoja itu menyadarinya.
"Kau sudah kembali Eonni? Cepat sekali." Katanya tanpa membuka mata.
Siwon tidak menjawab. Dia malah berjalan mendekat dan berlutut di depan sofa menghadap ke arah Mi Young. Tangannya terjulur untuk membelai rambut Mi Young.
Sedetik kemudian Mi Young menyadari bahwa seseorang yang masuk tadi bukanlah Soo Yeon. Aroma tubuh ini, sentuhan lembut ini, ini adalah milik...
"Oppa.." Panggilnya dengan suara serak. Matanya terbuka lebar melihat sosok di depannya.
"Aku membangunkanmu? Mianhe." Kata Siwon dengan senyum lembut yang menghiasi wajah tampannya.
Senyum tipis terukir di bibir Mi Young. "Aniyo.. Aku terbangun sendiri. Bukan salahmu, Oppa." Jawabnya. Kemudian dia bangkit dan berusaha mendudukkan tubuhnya.
"Jangan bangun dulu, Chagi. Kau sedang demam. Istirahatlah dulu. Kita bisa menunggu disini sedikit lebih lama." Cegah Siwon.
Mi Young menggeleng. "Ghwenchanayo Oppa.." Ucapnya.
Sejenak keheningan mengisi suasana diantara mereka. Mereka sama-sama canggung setelah apa yang sempat terjadi semalam.
"Oppa.." Tiba-tiba suara pelan Mi Young memecah keheningan.
"Ne, Chagi?" Tanggap Siwon cepat.
Mi Young terdiam sesaat. Dia kemudian mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Siwon dan memeluk tubuh nampyeonnya erat.
"Oppa, Mianheyo." Siwon dapat merasakan butiran air mata yang menetes membasahi kemejanya. Kedua tangannya membalas pelukan Mi Young. Dielusnya punggung istrinya itu lembut.
"Kau minta maaf untuk apa?" Tanyanya. "Chagi, seharusnya aku yang minta maaf. Aku sudah meragukan perasaanmu padaku. Aku seharusnya tidak mengucapkan kata-kata bodoh itu karena aku sangat mencintaimu dan aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku jika kau pergi dariku."
Mi Young semakin membenamkan kepalanya di pundak Siwon. "Oppa, aku yang bersalah. Aku telah mengambil keputusan sendiri tanpa mempertimbangkan perasaanmu. Mianheyo.."
Siwon membelai rambut panjangnya, "Sssh.. Sudahlah, Chagi. Jangan menangis." Siwon melepaskan pelukannya dan mengarahkan wajahnya tepat di depan wajah Mi Young. Dia kemudian mencium lembut bibir istrinya.
"Mungkin kita sama-sama bersalah. Lalu, bagaimana kalau sekarang kita sama-sama mengakui kesalahan dan berjanji untuk saling terbuka dan membicarakan apapun yang kita rasakan. Kau setuju?" Siwon tersenyum memandang kedua manik mata Mi Young.
Mi Young mengusap air matanya kemudian tersenyum. "Ne, Oppa. Maafkan aku."
"Maafkan aku juga, Chagi." Siwon mengecup dahinya.
Dia menangkup kedua pipi Mi Young kemudian mendekatkan wajahnya dengan wajah Mi Young hingga bibir mereka bersentuhan. Siwon mendorong tubuh Mi Young pelan untuk kembali berbaring di sofa itu kemudian menindih tubuhnya dan mencium bibirnya. Bibir anaenya itu terasa sedikit lebih panas dari biasanya, tapi tetap terasa lembut dan manis. Mi young mengalungkan tangannya di leher Siwon sambil sesekali tangannya mendorong kepala suaminya agar semakin menciumnya. Siwon menggigit pelan bibir bawahnya seakan meminta izinnya untuk membuka mulut. Mi Young memberi sedikit celah di bibirnya dan lidah Siwon masuk untuk mengusap deretan gigi putihnya. Mi Young mendesah tertahan membuat Siwon semakin gemas. Dia semakin ingin berbuat macam-macam. Melakukan hal yang lebih intim lagi.
"Kyaaaaa!!!!! Oppa! Eonni! Apa yang kalian lakukan?!" Teriak seorang yeoja.
Sontak Siwon dan Mi Young melepaskan ciuman mereka dan memandang ke arah asal suara itu.
Di hadapan mereka terlihat Soo Young yang terbelalak hingga nyaris membuat matanya keluar dan Soo Yeon yang menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Eo.. Eonni, Youngie, aku bisa menjelaskan semuanya. Kami tidak melakukan apapun. Sungguh! Hanya kecupan ringan saja." Kata Mi Young gugup.
"Mwo? Kecupan ringan seperti apa yang membuat Siwon Oppa menindihmu seperti itu di atas sofa di ruang kerjaku?!" Pekik Soo Yeon.
Butuh waktu beberapa saat bagi pasangan itu untuk menyadari maksud perkataan Soo Yeon. Saat ini posisi Siwon memang menindih Mi Young dengan tangan Siwon yang melingkar di pinggang Mi Young dan tangan Mi Young yang bertengger di dada bidang Siwon.
"Omo!" Pekik Mi Young lalu mendorong dada Siwon untuk membebaskan dirinya dari tindihan Siwon. Keduanya lalu terduduk dengan wajah yang memerah.
"Jadi apa yang membawa kalian kemari?" Tanya Siwon berusaha mengendalikan keadaan.
"Hello.. Tuan Choi! Ini adalah butikku dan ruangan ini adalah ruang kerjaku. Jadi terserah aku mau pergi kemana."
"Bukan kau Soo Yeon-a. maksudku Soo Young."
Soo Young yang masih terpukau dengan adegan dewasa yang dilihatnya tadi mengerjap begitu mendengar namanya disebut. Dia sampai lupa pada tujuannya semula datang kemari.
"Ah.. Matta! Kenapa ponselmu tidak aktif Eonni? Hwang Imo berusaha untuk menghubungimu berkali-kali. Untungnya kami berpikir untuk menanyakan keberadaanmu pada Soo Yeon Eonni. Tapi ternyata kalian malah bermesraan disini." jelas Soo Young.
"Memangnya ada apa?" Tanya Mi Young.
"Tae Yoen Eonni ada di Seoul Hospital. Dia akan melahirkan."
"Mwo?! Omo! Kenapa kau tidak bilang dari tadi." Protes Mi Young.
"Yang jelas salah itu kalian, tapi malah menyalahkan aku. Aish.. pasangan ini!" Gerutu Soo Young.
"Kalau begitu kita harus segera pergi Oppa. Kajja, Eonni, Youngie." Ajak Mi Young sambil menarik tangan Siwon.
"Kau sedang demam, Chagi. Bagaimana kalau kita pulang dulu dan baru ke rumah sakit besok?" Bujuk Siwon.
"Tapi aku ingin melihatnya sekarang, Oppa. Please.." Rayu Mi Young padanya dengan wajah yang memelas.
Siwon terkekeh kemudian menangkup wajah Mi Young. Saat ini dia benar-benar gemas dengan tingkah istrinya. "Kalau kau merayuku seperti itu bagaimana mungkin aku bisa menolaknya." Dia lalu menempelkan bibirnya pada bibir Mi Young bermaksud untuk mencuri kecupan singkat dari anaenya itu, tapi bibir anaenya itu begitu menggoda sehingga membuat Siwon tidak tahan untuk melumatnya.
"Aish.. Kumohon Choi Siwon! Berhentilah dulu!" Protes Soo Young saat menyaksikan adegan itu lagi. Perkataan Cho Ahjussi saat hari pernikahan Siwon sepertinya memang benar. Sebentar lagi keluarga mereka akan mendapat baby Choi.
"Sudah.. sudah.. kau pergi dengan Siwon Oppa saja Mi Young-a. Aku akan naik mobil Soo Young saja. Aku benar-benar tidak tahan kalau harus melihat adegan lovey dovey kalian sepanjang jalan." Putus Soo Yeon.
Tidak ada yang menolak usulannya. Ketiga orang itu hanya mengangguk kemudian berjalan beriringan keluar dari ruang kerja Soo Yeon untuk menuju mobil masing-masing.
End of Author's POV
Siwon's POV
Mi Young mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai mobil. Matanya berkali-kali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Aku yang melihatnya merasa tidak tenang.
"Chagi, bisakah kau sedikit lebih tenang?" Kataku padanya lembut.
"Oppa, mana bisa aku tenang sementara nyawa Tae Yeon Eonni berada di ujung tanduk." Kilah Mi Young.
"Tapi Oppa jadi ikut cemas melihatmu begitu. Lagipula Noona bukan berada di medan perang. Dia akan melahirkan Chagi." Kataku padanya. Mi Young hanya terdiam dengan bibir yang mengerucut dan muka yang ditekuk. Aku melirik ke arahnya lalu tertawa terbahak, membuatnya menatap garang padaku.
"Wae? Kau menertawakanku Oppa? Aku tidak sedang melucu." Ketusnya, tapi malah membuatku semakin tertawa geli.
"Aigo.. Anaeku ini, kau menggemaskan sekali saat sedang merajuk seperti ini. Mianhe Chagi, Oppa tidak bermaksud begitu. Kau benar-benar lucu. Membuat Oppa ingin terus.." Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Mi Young memukul lenganku cukup kencang.
"Ya! Choi Siwon! Kenapa kau jadi berotak mesum begitu?" Aigo.. Galaknya anaeku ini.
"Mesum? Memang kau tahu apa yang akan Oppa katakan? Tadi Oppa mau bilang kalau Oppa ingin terus menggodamu. Kau yang sudah berpikiran macam-macam. Jadi siapa sebenarnya yang berotak mesum, hmmm?" Godaku padanya.
"Aish.. Molla!" Ketusnya lagi sambil membuang muka ke arah jendela.
Aku sungguh bahagia melihatnya seperti ini. Sikap manja dan merajuk yang dia perlihatkan padaku menunjukkan kalau aku adalah 'seseorang yang berarti' untuknya.
Mobil kami berhenti melaju karena lampu lalu lintas berwarna merah. Kesempatan ini kumanfaatkan untuk meraih dagunya, agar dia menatapku. Dapat kurasakan panasnya sudah menurun.
"Aku merasa senang kalau kau memikirkan sesuatu yang seperti itu tentangku Chagi dan hanya untukku. Bukan untuk namja lain karena aku pun begitu."
Pandangan Mi Young melunak lalu mengangguk. "Saranghae" Gumam Siwon lalu mengecup bibir Mi Young singkat.
"Berhentilah menggodaku dan berkonsentrasilah menyetir Oppa. Aku tidak ingin orang-orang datang ke rumah sakit bukan hanya untuk menjenguk Tae Yeon Eonni, tapi menjenguk Tuan Choi juga." Katanya pura-pura marah.
"Baiklah, Nyonya Choi." Godaku lagi dan dapat kulihat pipinya merona.
"Chagi.." Panggilku lagi.
"Ne?"
"Bagaimana kalau kita bertaruh?"
"Taruhan apa?"
"Kita belum tahu jenis kelamin baby Hwang bukan? Orang yang berhasil menebak dengan benar akan mendapatkan apa yang dia inginkan dari yang kalah."
"Mwo? Kau ingin menjadikan keponakan kita sebagai bahan taruhan Oppa? Aish.. keterlaluan sekali. Uncle macam apa kau ini." Katanya. Mendengar kata 'kita' membuatku merasa bahwa hubungan kami semakin nyata.
"Hanya iseng saja, Chagi. Lagipula kurasa baby Hwang tidak akan keberatan meminjamkan dirinya sebentar pada Uncle dan Auntynya. Ayolah.." Rayuku padanya.
"Baiklah. Aku ingin bertaruh untuk yeoja baby dan kau untuk namja baby. Otte?"
"Yah.. padahal aku ingin bertaruh untuk itu juga." Sesal Siwon.
"Sudahlah terima saja. Jadi bagaimana? Deal?" Tanya Mi Young sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan denganku. Aku tersenyum lalu menerima uluran tangannya.
"Tapi kurasa cara deal seperti ini sudah basi Chagi."
"Maksudmu?"
"Ini adalah cara deal yang lebih baik." Kataku sambil menarik tangannya yang otomatis membuat tubuhnya mendekat ke arahku lalu mencium bibirnya lagi disertai dengan lumatan kecil.
"Oppa!!" Protesnya saat pautan bibir kami terlepas.
*********
Kami baru tiba ke rumah pada pukul 22.00 malam. Semua lampu masih padam, menandakan bahwa Park Ahjumma sudah pulang. Hari ini dia memang meminta izin untuk menengok cucunya di Busan selama 1 minggu. Kunyalakan lampu ruang tengah, terlihat jelas wajah anaeku yang cemberut. Dia merasa sangat kesal. Bukan karena baby Hwang atau karena kasihan melihat Tae Yeon Noona yang harus bersalin melalui proses caesar, tapi karena dia telah setuju untuk bertaruh denganku. Benar, Tae Yeon Noona melahirkan seorang bayi mungil yang lucu dan.. tampan. Dan hal itu membuatnya menjadi pihak yang kalah dan artinya dia harus menuruti permintaanku.
End of Siwon's POV
Author's POV
Keduanya memasuki kamar dengan jantung yang berdebar. Bagaimanapun ini adalah malam pertama dimana mereka masuk ke dalam kamar yang sama setelah apa yang mereka lakukan tadi siang. Dan mereka benar-benar hanya tinggal berdua malam ini.
"Chagi.." Panggil Siwon. Sontak tubuh Mi Young menegang, entah kenapa panggilan Siwon yang lembut dan begitu disukainya itu kini berubah menjadi begitu mengerikan.
"N..Ne.. Oppa.." Jawab Mi Young terbata.
"Sebaiknya kita mandi dulu sebelum hari semakin malam. Kau mandi di kamar mandi ini saja. Biar Oppa yang mandi di luar." Putus Siwon.
Mi Young hanya mengangguk pelan dan segera berjalan menuju kamar mandi.
Siwon memutuskan untuk membersihkan diri seperlunya. Dia sedang tidak berminat untuk berlama-lama di kamar mandi. Pertama karena malam sudah larut, kedua karena hari ini cukup melelahkan, dan ketiga karena dia sedang gugup dan itu membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
Sementara itu, Mi Young memutuskan untuk menenangkan diri dengan berendam air hangat dan cara itu benar-benar bisa diandalkan. Setelah selesai dia mengambil handuk besar berwarna putih dan melilitkannya sebatas dada untuk menutupi tubuhnya. Mi Young terpaku menatap ke cermin dihadapannya. Dia dihadapkan pada dilemma yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Apa yang harus dipakainya malam ini? Haruskah dia mengikuti akal sehatnya dengan memakai piyama panjangnya atau mengukuti kata hatinya dengan memakai langerie yang Soo Young dan Soo Yeon siapkan untuknya?
Napasnya mulai memburu dan tangannya gemetar. Apa yang telah dia dan Siwon lakukan tadi siang adalah kesalahan. Dan dia bukan takut karena kesalahan itu.  Sama sekali tidak. Dia hanya gugup karena tidak tahu bagaimana harus melakukan hal ini, dan dia takut untuk melangkah keluar dari ruangan ini dan menghadapi sesuatu yang tidak diketahuinya. Dia tahu bahwa sepertinya dia belum siap untuk itu.
*********
Siwon sedang duduk di sisi tempat tidur saat Mi Young selesai mandi. Mendengar pintu kamar mandi yang terbuka membuat kepalanya secara otomatis mendongak.
Siwon tercengang melihat Mi Young. Mulutnya sedikit terbuka, matanya menatap lekat MI Young. Tubuh mungilnya dengan kulit yang putih terbalut lingerie hitam yang pernah digunakan Mi Young saat malam pertama mereka pindah ke apartemen ini. Lekuk tubuhnya tercetak jelas dalam balutan gaun tidur itu. Paha mulusnya terekspos dengan jelas. Kakinya sangat indah. Dan yang paling membuatnya tidak bisa memalingkan wajah adalah bra pink berenda dan g-string dengan warna senada di baliknya. Mi Young terlihat sangat menggoda. Siwon mati-matian menahan dirinya untuk tidak menerkam Mi Young saat itu juga.
Dengan langkah yang ragu, Mi Young berjalan mendekat ke arah meja rias dan duduk di kursinya. Posisi meja rias yang terletak berseberangan dengan tempat Siwon duduk membuat mereka bertatapan langsung melalui cermin. Dengan kikuk Mi Young mengambil sisir, bermaksud untuk merapihkan rambutnya. Namun tangannya yang gemetar membuat sisir itu secara tidak sengaja terjatuh dari genggamannya.
Siwon tersenyum tipis menyaksikan hal itu. Dia tahu saat ini Mi Young tengah gugup sama seperti dirinya. Tapi mungkin dia lebih bisa mengendalikan diri. Dia kemudian bangkit dari duduknya dan menghampiri Mi Young.
"Biar aku yang menyisir rambutmu Chagi." Katanya kemudian mengambil sisir yang terjatuh tadi.
Mi Young hanya diam, dia tidak mengiyakan ataupun menolak. Siwon menyisir rambutnya dengan lembut dan perlahan. Dari jarak sedekat itu mereka tentu bisa saling mencium aroma tubuh masing-masing. Siwon menelan ludahnya berkali-kali saat tangannya menyentuh bahu Mi Young. Tanpa bisa dikendalikan lagi, kebutuhan mendesaknya menguasai dirinya.
Siwon menyampirkan rambut Mi Young di pundak kirinya. Bibir hangat Siwon mendarat di bahu Mi Young, mengecupnya berkali-kali kemudian mulai menghisapinya meninggalkan tanda merah keunguan. Mi Young merasa bulu kuduknya meremang, nafasnya mulai terdengar berat.
"Siwon.. Oppa.." Bisik Mi Young pelan.
"Wae, baby?" Tanya Siwon lembut, lebih terdengar seperti bisikan.
"Oppa, mianhe. Tapi, sepertinya aku.." Mi Young tidak menyelesaikan kalimatnya. Entah mengapa dia merasa tidak adil pada Siwon jika harus mengatakannya. Tapi, sepertinya Siwon sudah tahu apa yang akan Mi Young ucapkan. Dia kemudian menggeser kursi yang diduduki Mi Young sehingga posisi mereka kini saling berhadapan.
"Baby, Oppa mencintaimu. Dan Oppa ingin membuktikannya dengan menjadikanmu milikku seutuhnya. Bolehkah?"
Mi Young tidak menjawab. Dia hanya menundukkan kepalanya. Tapi sepertinya sang suami tidak bisa menunggu lebih lama. Dia ingin melakukan apa yang selama ini dia tahan meskipun tanpa persetujuan dari yeoja itu.
Siwon yang sudah tak tahan mengendong Mi Young dan melempar tubuhnya pelan ke tempat tidur lalu menindihnya. Siwon mengangkat tangannya dan mulai menyentuh lembut puncak kepala istrinya, kemudian turun segaris dengan rambut bergelombangnya dan berhenti di leher putih yeojanya. Suara tarikan nafas yang beriringan dan degup jantung yang seirama menjadi satu-satunya suara yang mengisi ruangan itu. Kedua pasang mata mereka saling beradu hingga sesaat kemudian keduanya menutup kelopak mata untuk menikmati rasa yang muncul dari kedua bibir mereka yang saling bertautan.
Siwon memiringkan sedikit kepalanya menarik tengkuk yeojanya untuk memperdalam ciuman mereka.
"Oppa.." Bisik Mi Young di sela ciuman mereka.
"Emm.." Hanya gumaman pendek yang keluar dari mulut namja itu karena ia terlalu sibuk menikmati rasa manis bibir istrinya.
Siwon tidak bisa menutupi kekecewaan di matanya saat kedua tangan Mi Young tiba-tiba mendorong dadanya.
"Kita belum mengunci pintunya." Ingat Mi Young.
Siwon terkekeh pelan, "Oppa kira kau mau bilang apa." Dia lalu segera bangkit untuk mengunci pintu kamar mereka. Tentu saja harus begitu, tidak ada yang bisa menjamin kalau Soo Young tidak akan datang secara tiba-tiba seperti kemarin.
Selesai dengan tugasnya mengunci pintu, Siwon kembali menghampiri istrinya. Mi Young mengulurkan tangannya, menemukan tangan Siwon dan menarik tubuhnya lebih dekat lagi pada Siwon. Kedua lengan Siwon melingkari tubuhnya, mendekap Mi Young di dadanya. Bibir Mi Young mencari-cari, menjelajahi daerah sekitar kerongkongannya, ke dagunya, sampai dia akhirnya menemukan bibir Siwon dan menciumnya lembut. Siwon membalas ciuman Mi Young. Rasa manis yang selalu dirasakannya membuat Siwon menghisap bibir mungilnya lalu mengigit bibir bawah istrinya itu gemas.
Lidah Siwon menjilati sela bibir Mi Young. Mi Young mengerti. Ia membuka mulutnya dan membiarkan lidah Siwon masuk. Lidah Siwon mengabsen deretan gigi Mi Young bergerak lincah menyapu langit rongga mulut Mi Young. Dan begitu menemukan lidah Mi Young Siwon langsung memainkannya. Mengajaknya bermain bersama. Mereka saling membelit dan menghisap. Siwon semakin menggebu dan memperdalam ciumannya. Dia melepaskan ciuman mereka sebelum Mi Young benar-benar kehabisan nafas. Belum sempat Mi Young menikmati udara yang masuk ke dalam paru-parunya nafasnya kembali tersenggal. Namja itu telah berhasil menyingkap gaun tidur Mi Young dan kini dia tengah asyik mencumbu bagian dada istrinya itu. Untuk selanjutnya mereka membiarkan diri mereka dikuasai oleh hasrat yang sama, keinginan untuk saling memiliki.
*********
Siwon berbaring menyamping di sebelah Mi Young. Mereka tidur berhadapan saling menatap satu sama lain. Siwon mengusap keringat di kening dan pelipis Mi Young sementara Mi Young mengusap keringat di dada bidangnya. Siwon lalu melingkarkan tangannya di pinggang Mi Young dan tersenyum lembut membuat Mi Young terpesona.
"Kau selalu tampan Oppa. Tapi kau terlihat semakin tampan dalam keadaan seperti ini." Kata Mi Young. Tangan kirinya membelai pipi Siwon. Siwon tersenyum kemudian mengecup singkat bibir Mi Young.
"Kau juga sangat berbeda malam ini Chagi. Aku tak menyangka kau bisa seperti itu." Goda Siwon.
"Kau yang memulainya duluan Oppa. Kau melakukannya tanpa persetujuanku." Protes Mi Young.
"Tapi kau menikmatinya kan?"
Bibir Mi Young mengerucut, Siwon menjadi tergoda untuk mengecupnya lagi.
"Jangan marah, baby. Aku senang kau seperti itu dan hanya padaku kau akan menunjukkan sisi dirimu yang begitu." Katanya lagi membuat Mi Young tersenyum.
"Baby..." Panggilnya sambil membuat pola melingkar dengan jari telunjuknya di punggung Mi Young yang terbuka.
"Hmm.." Gumam Mi Young.
"Oppa menang, kan?" Tanya Siwon berusaha meyakinkan.
"Hmm.. lalu?" Mi Young malah balik bertanya.
"Kalau begitu kau harus mengabulkan permintaan Oppa."
"Ei.. memangnya masih berlaku ya?"
"Tentu saja. Kau sudah berjanji dan janji adalah hutang. Jadi kau harus menepatinya." Ceramah Siwon.
"Aish.. Baiklah. Apa yang kau inginkan?"
"Dirimu."
"Ne?"
"Aku menginginkanmu lagi, Chagi." Kata Siwon sambil bergeser mendekati Mi Young.
"Oppa! Berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak."
"Aku tidak mengatakan yang tidak-tidak. Aku memang ingin memilikimu lagi."
"Geumanhe, Oppa. Apa kau tidak lelah?"
"Tidak. Kau sangat menakjubkan, baby. Terutama saat kau mengatakan kalau kau mencintaiku." Lanjutnya.
"Mwo? Kapan aku mengucapkannya Oppa?" Tanya Mi Young mengingat-ingat. Karena dia memang tidak pernah merasa mengungkapkan perasaannya pada Siwon.
"Aish.. bagaimana mungkin kau bisa melupakannya Chagi? Jelas-jelas kau mengucapkannya tadi." Jelas Siwon.
"Jinjja? Kapan?" Ulang Mi Young.
"Kau mengucapkannya dengan keras saat kita sedang ber..." Mi Young membekap mulut Siwon, tidak mengizinkan suaminya untuk melanjutkan ucapannya.
"Bagaimana kau bisa mengucapkan kalimat sefrontal itu Oppa! Lagipula aku tidak ingat pernah mengatakannya." Tegur Mi Young. Mi Young dapat merasakan bibir Siwon yang tersenyum di tangannya. Dia kemudian melepaskan bekapan tangannya.
"Jadi kau tidak ingat juga? Baiklah kalau begitu aku akan membuatmu mengatakannya lagi. Kau yang memintanya sendiri. Jadi kau tidak boleh menyesal Nyonya Choi." Ancam Siwon dengan senyumnya yang menyeringai.
Dan setelah selesai mengucapkan kalimatnya tadi Siwon kembali menindih tubuh polos Mi Young. Kembali menciumi wajah, bibir dan mengecap setiap inchi kulitnya. Menggoda setiap titik sensitifnya. Membuat tubuh Mi Young berkeringat, kembali didera rasa bahagia dan gelombang menakjubkan yang tak terdefinisikan hingga akhirnya dia memekik dengan keras di tengah nafasnya yang memburu.
"Oppa... Saranghae...!"
*********
The End ^_^

Sweet Namja Sweet DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang