SNSD Part 7

892 67 3
                                    

Tae Yeon's POV
Aku dan Hong Ahjumma baru saja selesai menyiapkan makan malam saat televisi menayangkan bagian pembuka dari drama yang biasa kutonton bersama Mi Young. Ah.. Sudah jam 20.00 rupanya. Telat satu jam dari waktu makan malam biasanya. Pantas saja dari tadi baby Hwang terus menendang-nendang perutku. Rupanya dia sudah sangat lapar. Appa sudah kembali ke rumah sakit ditemani Eomma, karena dokter yang merawatnya tidak mengizinkan Appa menginap di rumah malam ini mengingat kondisinya yang masih memerlukan pengawasan. Jadi seperti biasa kami hanya akan makan malam bertiga. Upss.. salah! Berempat maksudku. Bagaimana aku bisa melupakan Uncle baru baby Hwang yang tampan itu.
Malam ini pasangan pengantin baru itu memilih untuk menginap di rumah kami, mereka baru akan pindah ke apartemen Siwon besok. Tak bisa kubayangkan bagaimana keadaan rumah ini tanpa Mi Young? Tanpa canda tawanya, sikap manjanya, pasti aku akan sangat kesepian.
"Hmm.. Aroma masakanmu sangat harum Yeobo. Pasti rasanya enak." Kata Jung Soo Oppa sambil berjalan ke arah meja makan, dia baru saja selesai mandi.
"Hmm.." Gumamku pelan.
"Wae? Kau terlihat kurang bersemangat. Apa kau lelah Yeobo?" Tanyanya sambil menghampiriku lalu mengusap pelan kepalaku.
"Ani. Aku hanya sedang berpikir bagaimana jadinya aku tanpa Mi Young di rumah ini. Aku pasti akan merasa bosan. Siapa yang akan membantuku menggosok punggung dan mengoleskan lotion?" Jawabku lesu.
"Kan ada aku. Kita bisa mandi bersama dan saling menggosok punggung seperti sebelum kau hamil dulu." Kata Jung Soo Oppa.
"Memang benar. Tapi kau tidak bisa diajak bergosip Oppa. Tidak seperti Mi Young. Selain itu siapa yang akan menemaniku menonton selagi menunggumu pulang?" Keluhku lagi.
"Aigo.. Yeoboku ini kenapa jadi manja sekali, hmm? Akan Oppa usahakan untuk pulang lebih awal dan kita juga bisa mengunjungi mereka. Jarak apartemen Siwon dengan rumah kita kan tidak terlalu jauh." Bujuknya padaku.
"Jinnja?"
"Tentu Chagi."
"Gumawo Oppa. Kau memang yang terbaik." Jawabku. Jung Soo Oppa tersenyum lalu duduk di kursinya.
"Mana Mi Young dan Siwon?" Tanyanya kemudian.
"Mereka belum turun Oppa. Mungkin mereka kelelahan setelah acara pemberkatan tadi. Sebentar ya, biar aku yang memanggil mereka." Kataku sambil melangkah menuju kamar Mi Young di lantai atas.
Aku baru saja akan mengetuk pintu kamarnya saat kudengar suara seseorang dari dalam.
"Ah.. Oppa Ottokhe?" Terdengar suara Mi Young.
"Tenanglah. Biar Oppa coba lagi ya." Kali ini suara Siwon.
Ada apa dengan mereka? Apa yang terjadi? Kenapa Mi Young terdengar panik begitu?
Entah kenapa rasa keingintahuan begitu menguasai diriku akhir-akhir ini. Emm.. Kurasa karena pengaruh dari hormon kehamilan mungkin? Jadi, kutempelkan telinga kiriku ke pintu, berusaha mendengar lebih banyak. Kebetulan dinding kamar Mi Young memang belum diset kedap suara karena kami sulit mencari property dengan permukaan warna merah muda.
"Kau bisa membukanya tidak? Cari pengaitnya Oppa."
Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Pengait? Pengait apa? Kedengarannya begitu penting.
"Aww.. Appoyo.. Bukan digeser Oppa. Kau harus membuka pengaitnya untuk mengeluarkannya." Pekik Mi Young pelan.
"Ah.. Yang mana?" Kali ini terdengar suara Siwon.
"Di bagian belakang."
Benda apa yang bisa kau keluarkan setelah membuka pengaitnya? Omo!! Jangan-jangan pengait yang mereka maksud itu adalah pengait... dan benda itu adalah...
"Ah.. Ini dia!"
"Ah.. Oppa! Jangan digigit! Appoyo!" Terdengar jeritan Mi Young lagi.
Omo.. Siwon-a! Apa yang sedang kau lakukan pada Mi Young? Jangan menyakitinya! Ternyata di balik sikap lembut dan perhatianmu kau tetap memiliki sisi itu juga. Keure,, bagaimanapun kau adalah seorang namja.
"Ssst.. Mianhe Chagi-ya.. Oppa akan melakukannya dengan perlahan."
Betul! Kau memang harus melakukannya secara perlahan Siwon-a! Sentuhlah Mi Young dengan lembut.
"Pelan-pelan Oppa, appo.." Suara Mi Young terdengar merengek.
"Sekarang, Oppa akan masukkan, mungkin akan terasa sakit, tapi tahan sebentar ya."
"Aah.. Aah.. Oppa.. Appo... Appo... Omo..."
Hah! Mataku terbelalak dan jantungku berdetak kencang. Rasanya dunia seperti berhenti berputar. New wedding itu.. Di jam makan malam seperti ini.. Sempat-sempatnya mereka melakukan.. Apa mereka tidak bisa menunggu sedikit lebih malam? Aku tahu gairah darah muda memang selalu menggebu, tapi tetap saja..
Omona! Aegi-ya.. Kau tidak mendengar semua itu kan? Aunty dan Uncle tidak melakukan apapun. Mereka hanya sedang berusaha untuk memberikan teman bermain untukmu Chagi. Aish.. penjelasan macam apa itu? Sudahlah lupakan saja apa yang barusan Eomma katakan ne? Anggap saja kau tidak mendengar apa-apa.
"Sebentar lagi akan keluar.." Aku menutup mulutku yang terbuka dengan satu tangan.
"Cepat Oppa. Aku sudah tidak tahan. Mani Appoyo!"
"1..2..3..."
"Hahh..." Desah mereka bersamaan.
"Hah... Hah.. Akhirnya, kita berhasil Oppa. Gumawoyo." Mi Young terdengar mengatur nafasnya.
"Ne, Cheonma, Chagi."
Aigo..!! Mi Young-a, chukae! Kau sudah menjadi wanita seutuhnya sekarang! Dan Siwon benar-benar seorang namja sejati. Ah, kalau begini lega rasanya. Tidak sia-sia aku menguping 'acara' mereka. Keasyikanku terganggu karena colekan seseorang dibahuku yang mengejutkanku.
"Omo..! Yeobo..! Kau mengagetkanku!" Kataku sambil memegang dadaku yang berdegup kencang.
"Habis kau lama sekali. Aku kan sudah lapar. Lagipula sedang apa kau disini? Kau sudah memanggil mereka?" Tanya Jung Soo Oppa.
"A.. Ani.. Oppa.. Kurasa mereka sudah memiliki acara sendiri. Jadi sepertinya mereka tidak akan makan malam bersama kita." Jelasku padanya.
"Mwo?" Tanyanya tidak mengerti.
"Ah.. Sudahlah, tidak usah banyak bertanya. Lebih baik kita makan saja, aku sudah lapar sekali. Kajja Yeobo!" Kataku sambil menarik tangannya. Meskipun dia masih terheran-heran dengan sikapku, tapi Jung Soo Oppa tetap mengikutiku juga. Aku tidak sepenuhnya salah kan? Toh Mi Young dan Siwon juga sedang "sibuk" dan Jung Soo Oppa juga tidak akan mau menunggu lebih lama untuk makan malamnya.
Ya! Hot couple Choi! Kalian harus membayar mahal untuk pertolonganku kali ini ya!
*********
"Makanlah sayuran ini lebih banyak Oppa. Akhir-akhir ini kau sering melewatkan waktu makanmu." Kataku pada Jung Soo Oppa sembari menyodorkan mangkuk berisi japchae padanya.
"Gumawo Yeobo. Aku sangat beruntung bisa memiliki dan mencintaimu. Entah apa jadinya aku jika Appa benar-benar memenuhi keinginanku untuk membatalkan perjodohan kita."
"Aku rasa aku yang harus berterimakasih padamu karena tidak lari meninggalkanku sendirian di altar pada hari pernikahan kita. Aku akan menjadi wanita paling malang dan mungkin aku juga tidak akan pernah merasakan gerakan baby Hwang diperutku." Jawabku sembari menggenggam tangannya. Jung Soo Oppa tersenyum lembut dan manis sekali. Aigo.. kenapa semakin hari kurasa nampyeonku itu semakin tampan saja. Aku tidak akan pernah puas memandangnya.
"Kau akan tersedak kalau terus memandangiku seperti itu Yeobo." Katanya membuat pipiku terasa panas karena tertangkap basah sedang asyik memandang wajahnya. Dan.. Chu.. aku mencium pipi kanannya.
"Aigo.. Anaeku menggemaskan sekali. Tapi kenapa hanya di pipi? Kenapa tidak di sini juga?" Godanya sambil menunjuk bibirnya sendiri. Dia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. Jung Soo Oppa membelai lembut pipiku, turun ke garis rahangku sampai akhirnya berakhir dileherku. Dia kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku sudah mengetahui dengan jelas apa yang akan dia lakukan dan apa yang diincarnya. Bibir kami baru sedikit bersentuhan saat baby Hwang memberikan tendangan kerasnya di perutku. Jung Soo Oppa sontak menghentikan kegiatannya dan memandang perutku heran.
"Yeobo, yang barusan itu apa?"
"Itu adalah ulahnya Oppa." Jawabku sambil mengelus lembut perutku. Dia memang menendang dengan sangat keras hingga Jung Soo Oppa pun bisa merasakannya lewat perut kami yang saling bersentuhan.
"Dia kenapa? Apa dia selalu melakukannya?" Tanyanya takjub.
"Hmm. Setiap hari, bahkan hampir setiap jam. Tapi yang dia lakukan barusan adalah yang paling keras diantara tendangan protesnya." Jelasku.
"Protes?" Aku hanya mengiyakan dengan menganggukan kepala. "Untuk apa?" Tanyanya lagi.
"Kurasa dia tidak suka kalau kau melakukan itu padaku Oppa." Jawabku dengan berbisik.
Jung Soo Oppa kemudian tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke perutku.
"Annyeong, Aegi. Ini Appa." Sapanya lembut sambil mengelus perutku. "Apa yang sedang kau lakukan di dalam sana Chagi? Pasti di dalam sangat nyaman dan hangat, iya kan?" Lanjutnya.
Dug! Baby Hwang menendang perutku lagi. Seakan setuju dengan perkataan Appanya.
"Omo! Dia menjawabku, dia menendang lagi Yeobo." Pekiknya bahagia. Dia lalu melanjutnya kegiatannya.
"Hari ini Eomma memasak Japchae dan ayam. Makan yang banyak dan tumbuhlah dengan baik ne?" Bisiknya lembut.
Ini adalah salah satu momen termanis yang pernah kami alami. Secara spontan aku mengelus rambut Jung Soo Oppa. Jung Soo Oppa memang belum pernah melakukan ini sebelumnya. Pekerjaannya yang menyita waktu ditambah lagi dengan masalah yang terjadi di perusahaan akhir-akhir ini membuat baby Hwang sedikit terlupakan. Kalaupun dia menyapanya, Jung Soo Oppa hanya mengecup perutku sekilas sebelum pergi bekerja atau sebelum tidur.
"Aegi-ya, Appa mungkin bukan ayah yang sempurna untukmu. Tapi Appa akan berusaha untuk menjadi yang terbaik bagimu dan Eomma. Satu hal yang dapat Appa pastikan adalah bahwa kau akan mendapat banyak kasih sayang saat kau lahir nanti Chagi."
Aku begitu terharu mendengar ucapannya. Kau pasti akan menjadi Appa dan Nampyeon yang terbaik Oppa.
"Aigo.. Manis sekali." Ujar Mi Young di depan pintu ruang makan.
Jung Soo Oppa kembali ke tempat duduknya setelah sebelumnya mencium perutku.
"Mianheyo, Hyung. Kami terlambat." Kata Siwon pada Jung Soo Oppa.
"Eoh.. Ghwenchana Siwon-a. Kukira kalian tidak akan makan malam. Tae Yeon bilang kalian memiliki acara sendiri." Kata Jung Soo Oppa padanya.
"Ne? Ah, itu.. Sebenarnya ada sedikit masalah yang terjadi Hyung." Jelas Siwon.
"Ne. Siwon Oppa tidak berhasil membukanya pengaitnya Oppa, aku sangat kesakitan karenanya." Tambah Mi Young. "Lain kali berhati-hatilah Oppa. Kau sudah menggigitku." Katanya pada Siwon sambil mengerucutkan bibirnya.
Jung Soo Oppa yang sedang minum tersedak sampai wajahnya memerah mendengar kalimat yang diluncurkan oleh Mi Young. Dia tidak sepolos yang kalian kira. Dia tentu mengerti apa maksud dari perkataan pengantin baru itu.
End of Tae Yeon POV
Mi Young's POV
Ada apa dengan Jung Soo Oppa? Kenapa dia sampai tersedak begitu? Aku rasa aku tidak mengucapkan sesuatu yang salah. Apa karena makanan yang Tae Yeon Eonni masak terlalu pedas? Iya. Pasti karena itu.
Selesai makan malam, kami kembali ke kamar masing-masing. Pada awalnya kamarku dan kamar Jung Soo Oppa bersebelahan. Tetapi semenjak kehamilan Eonni, mereka memutuskan untuk pindah kamar ke lantai bawah agar Tae Yeon Eonni tidak terlalu lelah.
Setelah mencuci muka dan berganti baju, aku mendudukan diriku di kursi meja rias di samping tempat tidur. Seorang namja sedang menyenderkan kepalanya di kepala tempat tidur. Dialah Siwon Oppa, suamiku. Aku merinding saat mengucapkan kata terakhir itu. Membayangkan apa yang akan terjadi pada kehidupanku selanjutnya, bagaimana hubungan kami dan yang lebih membuatku khawatir adalah bagaimana kami menghadapi kebersamaan kami. Baiklah, aku mungkin bisa 'selamat' untuk malam ini. Tapi bagaimana dengan besok malam, 1 minggu kemudian, 1 bulan kemudian, dan malam-malam selanjutnya? Aku tidak yakin akan tetap 'selamat'. Masalahnya bukan karena aku tidak menyadari haknya dan kewajibanku sebagai seorang istri. Tapi aku benar-benar takut. Aku belum siap melakukannya bersama dengan namja yang tidak kucintai.
End of Mi Young's POV
Siwon's POV
Kududukkan tubuhku di sisi tempat tidur, kupandangi sekeliling kamar ini. Jadi, disinilah Mi Young menghabiskan masa lajangnya. Kamar minimalis dengan pemilihan warna furniture yang catchy menunjukkan bahwa penghuni kamar ini adalah seorang yeoja yang ceria. Aku jadi tersenyum sendiri. Ini adalah pertama kalinya aku masuk ke kamar seorang yeoja, selain kamar Soo Young tentunya. Dan akan kupastikan kalau Mi Young adalah yeoja pertama dan terakhir yang pernah kumasuki kamarnya. Aku tersadar dari lamunanku saat Mi Young keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa make up dan piyama tidurnya. Dia duduk menghadap ke arahku di meja rias sebelah tempat tidur.
"Kamarmu sangat nyaman Chagi." Kataku memecah kesunyian antara kami.
"Ne. Gumawoyo Oppa." Jawabnya singkat.
Setelah itu suasana canggung kembali mendera kami. Tuhanku.. Inikan yang selama ini kuinginkan, tapi kenapa setelah mendapatkannya aku tidak tahu apa yang harus kulakukan? Tunggu dulu! Aku pernah menyaksikan adegan malam pertama di drama yang Soo Young tonton. Apa yang mereka lakukan pertama kali? Pertama-tama mungkin mereka berbincang-bincang kemudian mandi, atau terbalik? Ah.. Ayo Siwon.. Berpikirlah! Sepertinya mereka mengobrol, kemudian tertawa bersama, si namja menatap mata si yeoja, kemudian bibir mereka bersentuhan dan setelah itu lampu mati. Tapi apa yang mereka lakukan setelah lampunya dimatikan? Arghh.. Benar-benar frustasi!!
End of Siwon's POV
*********
Mi Young's POV
Ah.. semalam tidurku rasanya nyenyak sekali. Seumur hidupku rasanya aku belum pernah tidur senyenyak ini. Kueratkan pelukanku, rasanya nyaman sekali berbaring di dada bidangmu Oppa.
Tunggu dulu! Dada bidang? Oppa? Mataku yang terpejam langsung terbelalak sempurna. Omo! Siapa dia? Siapa yang berani-beraninya memeluk tubuhku? Aku langsung terduduk dari tidurku!
"Aaaaa..... Namja pervert!!!" Kataku sambil memukul orang itu dengan bantal.
"Aw.. Chagi-ya.. Appo.. Chagi-ya.." Namja tersebut menghindar dari serangan bantalku.
Tapi, aku seperti mengenal suara namja itu. Omo! Siwon Oppa!
"Oppa.. Mianheyo.. Jheongmal mianheyo."
*********
Tae Yeon Eonni dan Jung Soo Oppa sudah duduk di depan meja makan saat aku dan Siwon Oppa selesai membersihkan diri dan berganti pakaian.
"Annyeonghaseyo Hyung, Noona." Sapa Siwon Oppa pada mereka.
"Annyeong Siwon-a." Jawab mereka hampir bersamaan.
"Mianheyo Eonni. Aku bangun kesiangan hari ini." Kataku sambil duduk di kursi sebelah Jung Soo Oppa yang sedang asyik membaca surat kabarnya. Sementara Siwon Oppa duduk disebelahku.
"Ghwenchana, Mi Young-a. Eonni mengerti. Kalian pasti lelah." Jawabnya sambil tersenyum lalu melirik penuh arti pada Jung Soo Oppa.
Ada apa dengan mereka? Kenapa senyam-senyum mencurigakan begitu?
"Waeyo Eonni?" Tanyaku padanya.
"Ani. Ini rotimu Oppa." Katanya sambil menyerahkan roti yang telah diolesi selai pada Jung Soo Oppa.
Aku hanya mengangkat bahu dan mengoles selai cokelat pada rotiku. Siwon Oppa juga mengoleskan sendiri selai pada rotinya. Saat aku hendak menyuapkan roti itu kemulutku, aku melihat dua orang di depanku menatapku tajam. Taeyeon Eonni menghembuskan nafas panjang sementara Oppa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian kembali fokus pada sarapannya.
Aish.. Jinjja.. Ada apa dengan kedua orang ini?
*********
Aku sedang membaca majalah fashion di taman belakang saat Tae Yeon Eonni datang membawa apel dan pisau untuk mengupasnya.
"Eonni, mau kukupaskan?" Tanyaku padanya. Dia tak menjawab pertanyaanku tapi memberikan benda yang dipegangnya kemudian duduk di depanku.
"Mi Young-a.." Panggilnya lembut ke arahku.
"Ne, Eonni.." Jawabku sambil mulai mengupas apel.
"Menurutmu apa arti dari pernikahan itu?"
"Pernikahan? Hidup bersama dengan orang yang kau cintai tentu saja." Jawabku dengan mudahnya.
"Mungkin kau benar, tapi semua itu tidak bisa hanya kau ungkapkan dengan kata-katamu saja Chagi. Terkadang tindakan lebih berarti dari sekedar kata-kata."
Aku mulai tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Tae Yeon Eonni. Jadi kuhentikan kegiatanku dan menatap wajahnya. Seakan mengerti, Tae Yeon Eonni memberikan penjelasan padaku.
"Kau tahu kenapa Eonni dan Oppa menatapmu saat sarapan tadi? Itu karena kau salah Mi Young-a. Bagaimana mungkin kau membiarkan Siwon melayani dirinya sendiri? Kalau begitu, apa bedanya dengan kondisi sebelum dia menikahimu? Seorang istri harus melayani suaminya Chagi."
Aku tidak menjawab. Apa yang dikatakan Tae Yeon Eonni memang benar. Apalagi yang mereka ketahui adalah bahwa kami saling mencintai, akan sangat janggal jika aku terkesan tidak peduli pada Siwon Oppa.
"Mianheyo Eonni." Sesalku.
Tae Yeon Eonni tertawa kecil kemudian berkata, "Kau tidak perlu meminta maaf Chagi. Itu suatu hal yang wajar. Kau baru mengalaminya tapi jika kau melakukannya sedikit demi sedikit, maka kau akan terbiasa."
Aku hanya tersenyum menanggapi nasehatnya. Sepertinya aku memang harus berubah. Kalau aku belum bisa memberikan hatiku untuk Siwon Oppa, setidaknya kebutuhan pokoknya tetap terpenuhi dengan usahaku sendiri.
"Oya, menurutmu akan lebih menyenangkan punya anak yeoja atau namja?" Tanya Tae Yeon Eonni lagi.
"Menurutku sama saja. Mau dia itu yeoja atau namja pasti baby Hwang tetap menggemaskan."
"Aish.. Eonni tidak membicarakan mengenai baby Hwang. Ini tentang anakmu, bayimu sendiri." Jelasnya.
"Emm.. Aku lebih suka yeoja. Karena aku bisa memakai gaun yang sama dengannya, menghias rambut indahnya, dan berbelanja bersamanya."
"Kalau begitu ambillah ini." Kata Tae Yeon Eonni sambil memberikan amplop besar berwarna cokelat padaku.
"Apa ini Eonni?"
"Buku. Kau harus membacanya. Tips dibuku itu benar-benar ampuh Mi Young-a. Eonni sudah membuktikannya." Jelasnya.
"Kenapa aku harus membacanya?" Tanyaku sambil membuka amplop itu.
"Karena kau menginginkan yeoja baby. Dan kurasa dengan sifat Siwon yang agresif seperti tadi malam, kau akan sulit mendapatkannya." Jawab Tae Yeon Eonni dengan senyuman penuh arti.
Aku hanya diam sambil membaca sampul buku yang bertuliskan "CARA CEPAT HAMIL" itu.
End of Mi Young's POV
*********
Siwon's POV
Sore ini aku dan Mi Young meninggalkan rumah mertuaku menuju apartemen kami. Sebelumnya kami sempat mampir ke rumah sakit untuk menjenguk Abeoji sekaligus berpamitan padanya. Aku bahagia sekali membayangkan kini akan ada seorang istri yang mengantar kepergianku ke kantor dan menjadi alasanku untuk pulang secepatnya.
"Dimana kamarnya Oppa?" Tanya Mi Young setelah tiba di ruang tengah apartemen kami.
"Pintu pertama di sebelah kananmu Chagi." Jawabku sambil menghampirinya.
Mi Young menganggukan kepalanya dan berjalan ke arah yang sudah kujelaskan tadi sementara aku membantunya membawa koper kecil yang berisi barang-barang pribadinya. Mi Young memang hanya membawa sedikit barang karena Soo Young dan Soo Yeon sudah membantunya mengurus pakaian dan barang-barang lainnya.
Aku mengikutinya ke kamar kami. Dan melihatnya termenung menatap tempat tidur.
"Chagi.. waegurae? Kenapa kau.." Aku tidak menyelesaikan kalimatku. Terlalu terkejut dengan pemandangan di kamar ini. Tanpa mengeluarkan komentar apapun aku segera mengeluarkan ponsel yang kusimpan di saku celanaku dan menghubungi seseorang. Dia harus bertanggung jawab atas kekacauan yang telah dibuatnya.
"Ne, Oppa.." Jawab seseorang di seberang sana dengan santai.
"Ya. Choi Soo Young. Apa yang sudah kau lakukan pada kamarku?" Tanyaku berusaha untuk terdengar setenang mungkin.
"Ah.. Jadi kau sudah melihatnya ya? Baguskan Oppa? Apa kalian menyukainya?"
"Mwo? Kau menghias kamarku dengan kain-kain yang menjuntai disana-sini serta menutupi ranjangku dengan lautan mawar dan bertanya apakah kami menyukainya? Hah.. yang benar saja!" Jawabku dengan ketus.
"Kami memberikanmu pelayanan yang sesuai dengan standar hotel berbintang, Oppa."
"Hotel berbintang mana yang memindahkan seluruh isi flower shop ke kamar pelanggannya shikshin?"
"Aish.. Kau sama sekali tidak romantis Oppa! Aku heran bagaimana semalam kau bisa melakukannya pada Eonni."
"Mwo? Semalam? Memangnya apa yang sudah kulakukan?"
"Sudahlah tidak usah berpura-pura. Tae Yeon Eonni sudah menceritakan semuanya pada kami. Mi Young Eonni menginginkan yeoja baby. Jadi kuharap malam ini kau tidak terlalu agresif Oppa. Bersikaplah lebih lembut pada Eonni. Sudah dulu ya! Bye!" Dan dia mengakhiri percakapan kami secara sepihak.
"Ya.. Choi Soo Young apa maksudmu? Ya!"
"Waeyo Oppa?" Tanya Mi Young.
"Duo Soo itu yang sudah melakukan semua ini Chagi."
"Mwo? Hahaha.. Sepertinya mereka memang berbakat menjadi wedding planner Oppa." Kata Mi Young memperlihatkan eye smilenya yang memikat. Dia kemudian mengambil kopernya dan mengeluarkan satu persatu isinya untuk ditata di atas meja rias. Sementara aku masih memikirkan maksud perkataan Soo Young tadi. Agresif? Tadi malam? Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Ingatanku kemudian melayang pada kejadian kemarin malam.
Flashback
"Oppa.. Banyak yang memberi kado pernikahan untuk kita. Kalau kita membukanya sekarang Otte?" Suara Mi Young memecah kesunyian kamar ini.
"Baiklah. Bagaimana kalau kita membukanya di sofa saja?" Mi Young menjawab usulku dengan anggukan. Kami pun berjalan menuju sofa yang terletak di ujung kamar dan duduk berdampingan.
"Jja, mari kita buka kado yang ini dulu" Kataku pada Mi Young sambil mengambil sebuah bungkusan berwarna biru dengan pita diatasnya. Kado dari Dong Hae, terlihat dari tulisan yang terdapat pada kartu ucapannya.
"Wah.. Nomu Yeoppo.." Kagum Mi Young melihat isi bungkusan itu yang ternyata sepasang arlojji, couple series sepertinya.
"Nah, sekarang buka yang ini Chagi!" Pintaku padanya memberikan sebuah kotak berbentuk persegi panjang.
"Ini dari Sooyoung, Oppa." Katanya setelah selesai membaca kartu ucapan didalamnya. Isinya adalah sebuah sepatu high heels bertali warna cokelat muda. Modelnya sangat cantik.
"Sini kupakaikan Chagi."
"Aniyo Oppa. Ghwenchanayo."
"Ayolah, setidaknya kau harus mencobanya." Kataku sambil mengambil sepatu itu dari dalam kotaknya, berlutut dan memasangkannya dikedua kaki Mi Young. "Cantiknya.. Sepatu itu terlihat cocok denganmu Chagi" Kataku lagi.
Mi Young hanya tersenyum mendengarnya. "Sudahkan? Sekarang bantu aku melepasnya lagi Oppa." Pintanya padaku.
"Baiklah." Kubuka sepatu yang sebelah kanan, lalu kutaruh kembali ke dalam kotaknya. Tapi, aku merasa heran dengan sepatu yang sebelah kiri. Kenapa lebih sulit dibuka di banding dengan yang tadi ya?
Mi Young yang menyadari aku yang diam termenung bertanya padaku. "Waeyo Oppa?"
"Ini.. Kenapa yang sebelah sini susah dibukanya ya?"
"Jinjja? Coba sini." Dia mencoba untuk membukanya, tapi tetap tak berhasil.
"Ah.. Oppa Ottokhe?"Katanya panik.
"Tenanglah. Biar Oppa coba lagi ya." Kataku sambil melihat-lihat ke sekeliling sepatu itu.
"Kau bisa membukanya tidak? Cari pengaitnya Oppa."
Aku mencari pengait disepatunya, tapi dibagian depannya tidak ada. Kucoba untuk mencarinya lagi dengan menggeser talinya.
"Aww.. Appoyo.. Bukan digeser Oppa. Kau harus membuka pengaitnya untuk mengeluarkannya." Mi Young meringis karena perbuatanku.
"Ah.. Yang mana?"
"Di bagian belakang."
Akhirnya dengan susah payah pengait itu berhasil kutemukan. "Ah..Ini dia!" Aku mencoba membukanya dengan tanganku, tapi tidak berhasil. Arghh.. Choi Sooyoung!! Kenapa kau memberi kami barang yang bermasalah?! Karena frustasi kuangkat kaki Mi Young dan mencoba menggigit pengait itu dengan gigiku tapi yang kugigit ternyata malah kulitnya.
"Ah.. Oppa! Jangan digigit! Appoyo!" Jeritnya cukup keras.
"Ssst.. Mianhe Chagi-ya.. Oppa akan melakukannya dengan perlahan."
Kutelusuri tali pengikatnya dengan kedua jari telunjukku. Talinya berbahan elastis sehingga sedikit teregang. Mungkin jika aku menahannya dengan jariku kakinya bisa keluar melalui celah talinya.
"Sekarang, Oppa akan masukkan, mungkin akan terasa sakit, tapi tahan sebentar ya." Kataku sambil menyusupkan kedua jari telunjukku.
"Aah.. Aah.. Oppa.. Appo... Appo... Omo..." Ringis Mi Young. Kasihan sekali dia, kakinya sudah memerah. Digerakkannya kakinya ke atas, kakinya bisa lolos sedikit.
"Sebentar lagi akan keluar.."Kataku tetap dengan posisi meregangkan talinya.
"Cepat Oppa. Aku sudah tidak tahan. Mani Appoyo!"
"1..2..3..." Pada saat yang bersamaan aku meregangkan tali itu dan Mi Young menarik kakinya keluar. Berhasil! Sepatunya telah lepas, meskipun pergelangan kakinya sedikit merah.
"Hahh..." Kami menghembuskan nafas lega bersamaan.
"Hah... Hah.. Akhirnya, kita berhasil Oppa. Gumawoyo."
"Ne, Cheonma, Chagi."
Flashback End
"Oppa! Kurasa mereka berdua memang keterlaluan." Kata Mi Young sedikit terpekik membuatku kembali ke dunia nyata.
"Wae Chagi? Tadi kau tertawa, kenapa sekarang kau bilang mereka keterlaluan?" Tanyaku.
"Ini bukan masalah tempat tidur Oppa. Ini mengenai masalah lain. Ini tentang baju tidurku."
"Baju tidur? Wae? Apa mereka lupa menyiapkannya? Kalau begitu kita bisa membelinya. Apa kau mau kita pergi sekarang?"
"Aniyo.. mereka menyiapkannya. Tapi..." Mi Young terlihat sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Tapi apa?" Tuntutku.
"Emm.. Kurasa... aku tidak mungkin memakainya." Katanya sedikit ragu. Aku mengerutkan keningku tanda tak mengerti. Dia lalu menunjukan sesuatu padaku. Dan saat menerimanya aku menjadi mengerti apa maksud ucapannya tadi. Sesuatu itu adalah sebuah langerie hitam transparan yang.. menggoda.
*********
Meskipun begitu, Mi Young terpaksa harus mengenakannya karena semua gaun tidur yang ada di klosetnya memiliki model yang sama minimnya dengan langerie itu. Mataku membulat sempurna melihat pemandangan yang tersaji di depanku. Langerie itu melekat dengan sempurna di tubuhnya. Kulitnya yang putih terlihat begitu kontras dengan warna gaun tidur itu. Lehernya yang putih begitu menggoda untuk kuhirup, bahunya yang terekspos merayu untuk kukecup, dan jangan memintaku untuk menggambarkan bagian dadanya yang sedikit terlihat. Rahangku mengeras seketika, tanganku mengepal dengan kuat. Tuhan.. Kuatkan aku untuk menahan semua keinginan untuk menyentuhnya, merasakannya, memilikinya. Aku tidak ingin memaksanya dan terlihat seperti binatang yang hanya dipenuhi nafsu. Tapi sepertinya keinginanku mengalahkan doa dan akal sehatku.
End of Siwon's POV
Mi Young's POV
Akhirnya aku memutuskan untuk memakai lingerie itu. Bukan karena aku menyukai modelnya yang cantik dan menggoda. Tapi karena aku hanya mendapat dua pilihan. Tidur dengan lingerie itu atau tanpa apapun kecuali baju dalamku.
Siwon Oppa terpaku menatapku dengan gaun ini. Matanya membulat sempurna, tubuhnya terlihat begitu kaku, berkali-kali dia terlihat menelan air liurnya, seperti menahan sesuatu dalam dirinya. Aku masih terus menatapnya penuh tanda tanya hingga dia menarikku ke dalam pelukannya.
"Saranghae, baby.." Ucapnya lembut. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali, mengira bahwa mungkin ini semua hanya mimpi atau aku yang telah berhalusinasi. Tapi aku masih berada di dalam pelukannya. Tidak, ini bukan mimpi atau halusinasi. Ini nyata. Aku bisa merasakan nafasnya di permukaan kulit wajahku karna jarak kami yang terlalu dekat. Aku masih menatapnya, bingung harus mengatakan apa.
Ia merengkuh wajahku dengan kedua tangan dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ia menciumku, sentuhan kecil pada awalnya, kemudian menjadi lebih lembut dan dalam.
Aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Tidak banyak waktu untuk bertindak. Aku bahkan tidak mampu mengingat kenapa aku harus menghentikannya. Jangankan untuk memikirkannya, sekarang saja aku sudah tidak bisa bernapas dengan benar. Ciumannya semakin dalam melumat bibirku, tapi tidak menuntut. Tetap lembut dan begitu manis. Membuat jantungku seakan berhenti berdetak dan akan meledak saat itu juga.
Tanganku mencengkeram lengannya, menempelkan tubuhku lebih erat ke tubuhnya. Siwon Oppa berguling pelan, menindih tubuhku di tempat tidurnya yang empuk.
*********

Sweet Namja Sweet DarlingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang