DUA

48 7 5
                                    

Dengan penuh emosi Cia menderu motor matic kesayangannya, membelah angin di jalan raya yang padat dengan berbagai jenis kendaraan. Tidak ia perdulikan lagi nyaring klakson yang di tujukan kepadanya.
"WOI BOSAN HIDUP LO YA ?!!!" Teriak salah satu pengemudi yang hampir saja menabraknya. Bukannya ciut, ia malah semakin menarik gas.

'Iya. Memang mendadak bosan hidup.' bathinnya.

Tidak sanggup ia menerima kenyataan ini. Percek-cokkan orang tuanya tadi masih jelas terngiang-ngiang di pikirannya. Ayah yang punya wanita simpanan, lain lagi dengan ibunya yang bermain gila dengan pria muda. Kegilaan apa ini. Kepalanya serasa akan pecah memikirkannya.
Tidak ia sadari ia semakin menuju ke arah jalan lurus panjang yang gelap tanpa ada lampu penerangan, kanan kirinya tampak hutan lebat menyelimuti. Ia melaju dengan kecepatan tinggi.
Tidak lama di depan sana tampak sebuah sinar terang menyilaukan mata.

Mungkin truck. Pikirnya.

Ia sudah memberi kode dengan lampu jauh dan dekat motornya, tapi tampaknya sinar itu tidak kunjung berubah. Masih saja menusuk ke dalam bola matanya. Anehnya sinar itu malah semakin melebar, semakin membesar dan akan menelannya.
Dengan mata terpejam karna silau, reflek saja ia menurunkan tarikan gasnya, lalu menekan rem motor maticnya dengan sigap. Mesin motornya mati seketika. Sinar itu malah semakin melahapnya. Ia bahkan tidak mampu membuka mata.

'Apa ini ??' bathinnya.

Sampai ia merasa keanehan mulai terjadi. Bahkan dengan mata tertutup pun cahaya itu tak kunjung padam. Cuaca dingin malam hari yang ia rasa di jalan tadi hilang, berganti dengan rasa tangan yang panas seperti terkena paparan sinar matahari yang sangat terik. Suara burung hantu dan jangkrik yang sempat sekilas terdengar pun berubah dengan hening yang tidak terkira. Wajahnya tersapu angin yang hangat, oh bukan hangat, panas. Dengan penasaran yang membuncah perlahan demi perlahan ia membuka matanya.
Ia mengerjap dan memicingkan matanya. Sinar matahari begitu teriknya menyilaukan mata. Keningnya sampai berkerut.

Deggg !!!
Jantungnya mulai berdetak sangat cepat.

'Gurun pasir ??!!'

Cepat-cepat ia menutup mata. Pikirnya ia mungkin saja bermimpi. Saat ia membuka mata nanti, ia akan kembali ke dunia nyata. Dengan perlahan di bukanya kembali matanya yang menyipit karna silau.
Namun matanya yang tadi menyipit kini melotot membesar. Lututnya lemas. Ia merasa tulang-tulangnya tidak bersambung. Ia dan motor matic yang didudukinya jatuh bersamaan di atas pasir yang panas.
Di sinilah ia dan motor maticnya berada. Seluas mata memandang, hanya bukit-bukit pasir yang berkilauan diterpa sang matahari yang ia lihat. Tidak ada apa-apa di sana. Sebiji pohon pun tidak terlihat. Panas semakin terasa karna matahari yang sangat bersemangat bersinar.
Cia pun kalut. Ia mulai berkeringat dingin karna ketakutan. Pelan-pelan ia mengumpulkan tenaganya kembali. Dengan tangan bergetar ia membuka resleting ranselnya, mengobok-obok mencari sesuatu di sana. Ia menemukannya, sebuah smartphone terbaru jaman ini. Berkerut ia memandang handphone tersebut. Tidak ada signal.
Ia pun terkulai lemah. Kembali ingatannya semalam saat ibunya menahan ia untuk tidak pergi.
'Ke gurun pasir juga nggak apa-apa, asal nggak berada di dalam rumah ini!!'

'Hati-hati dengan ucapanmu, nak..' ucap nenek tua semalam.

" Ya tuhan, Takdir mengerikan apa ini ??!! " Cia pun menangis sejadi-jadinya. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan di gurun pasir seluas ini. Ia membayangkan dirinya terluntang-lantung tanpa seorang pun tau dia terdampar di gurun pasir antah berantah ini. Ia mungkin akan kehausan, kelaparan, lalu mati seiring berjalannya waktu. Akan se-menyedihkan inikah akhir hidupnya.
" Ya tuhan, semoga hanya mimpi, semoga hanya mimpi, semoga hanya...mimpi.." bahunya turun naik sesenggukan, ia merapalkan kata-kata itu seperti mantra. Jika bisa memilih, ia mungkin lebih memilih tersesat di hutan, terdampar di sebuah pulau atau di tempat lainnya asal jangan gurun pasir.
Semua orang tau, misteri tentang keganasan gurun pasir. Siang dengan panas terik membakarnya, malam dengan dingin menusuk tulang. Lain lagi hyena dengan tawanya yang sedang kelaparan, ular-ular berbisa, badai pasir dan banyak lagi kengerian lainnya.

~~~

ELs Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang