SEMBILAN

18 2 0
                                    

Hening.

.
.
.
.
.

Ia menggeliat. Rasa panas yang ia rasa berhari-hari kemaren mendadak hilang. Dingin menerpa tubuhnya. Hidungnya terasa kering karna terpaan dingin menusuk itu. Perlahan dibukanya matanya. Dari balik bulu matanya, dapat ia lihat sebuah foto besar yang berbingkai dan bertengger di tembok putih gading tersebut, di sebelahnya tampak AC tepat mengarah kepadanya. Penyebab dingin yang ia rasa. Ia mengenali tempat ini. Ia terduduk dengan sontak. Diedarkannya pandangannya kesekeliling seperti tidak percaya.

Ya, ia sangat mengenalinya.

"Oh tuhan !" ia terpekik. Ditatapnya dirinya sendiri. Ia berada di atas ranjang empuknya, dengan tubuh yang ...

Penuh dengan pasir.

Kriiiiet.

Pintu dibuka.
Cia menatap pintu itu dengan mata yang membesar. Seseorang dengan kemoceng ditangan dan serbet di pundak menatapnya dengan mata yang tak kalah membesar pula.

"HA-HANTUUUUUUU ... !!!!!!!" teriaknya melengking dan menggelegar. Seakan suaranya akan meruntuhkan seisi rumah.
Wanita separuh baya tergopoh-gopoh mendekatinya dengan kesal.

"Ada apa sih Bi, teriak-teriak ngaggetin aja ??!!! " wanita itu mengikuti kemana arah mata pembantunya itu. Ia jatuh berlutut. Lututnya seketika lemas seperti tulang yang tidak tersambung.

"Ci-Cia ???" wanita itu terbata.

"Mi.." gadis itu mendekat. Ia bisa melihat gurat halus di kening dan lingkar hitam di mata ibunya itu, mungkin karna ia memikirkan dirinya, anak yang begitu egois.
Cia memeluk ibunya dengan erat. Seakan tak ingin melepasnya. Pelukan yang begitu hangat. Pelukan yang membuat mendung di matanya menumpahkan bulir-bulir hujan air mata.

"Maafin Cia, mi... Maaf " ia terisak tertahan menahan rasa sedih yang membuncah hatinya.

"Maafin mami juga nak.." ibu dan anak itu menangis tersedu. Pembantu mereka malah ikut terharu sembari mengelap ingus dengan serbet di pundaknya tersebut.
Mereka bertiga saling berlihatan.

"Kamu kenapa nangis,Bi ?" tanya ibunya.

Wanita tua itu nyengir kuda.

"Anu bu..ikut terharu juga.." katanya lalu cekikikan malu-malu.

"Kamu tuh hobinya ikut-ikutan." ketiganya larut dalam tawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ELs Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang