Part 2

132 7 1
                                    

Zifa melebarkan payungnya untuk melindungi dirinya dan Ika agar tak terkena dinginnya air hujan. Yogya akan sangat terasa dingin ketika hujan mengguyur dengan derasnya seperti sekarang ini. Zifa turun dari bus dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar lima puluh meter untuk tiba di rumahnya. Ia berjalan menyusuri tepian jalan. Saat itu jalan memang terlihat lengang dan sepi. Orang memang malas keluar rumah jika sudah huja lebat seperti sekarang ini. Namun tidak bagi segerombolan anak muda yang mengendarai motor secara beriringan bahkan sesekali mereka bersenda gurau di jalan, padahal itu sangat membahayakan nyawa mereka. Zifa memang tidak pernah suka melihat tingkah laku anak muda yang kerjaannya hanya menghabiskan waktu dengan hal yang tak berguna. Saat rombongan motor itu melintas, salah satu dari mereka ada yang sengaja melintas di jalan yang berlubang dan terisi air hujan, otomatis Zifa dan Ika yang terkena imbasnya. Lagi-lagi Zifa hanya bisa beristighfar sambil mengelus dada. Namun, Zifa seolah tak merasa asing dengan motor yang dikendarai laki-laki itu. Memorinya tibat-tiba mengingatkannya akan sosok pengendara motor yang tadi hampir menyerempet Ika sewaktu mereka masih di Malioboro. "Rupanya, orang itu lagi," gerutu Zifa. Ia hanya bisa berdoa agar orang tersebut diberikan hidayah oleh Allah dan secepatnya bertaubat.

Suara adzan mulai bergema memenuhi lingkungan pesantren. Zifa dan Ika akhirnya tiba di gerbang pesantren. Sejenak Zifa menunjuk papan nama yang bertuliskan "Pondok Pesantren Ar Rahman" dan meminta Ika untuk membacanya. Wajah Ika terlihat berseri ketika ia tahu jika ia akan masuk pesantren. Ketika Zifa hendak memasuki rumah lewat pintu depan, ia melihat ada mobil sedan terparkir di halaman rumahnya, itu artinya Abi sedang kedatangan tamu dan Zifa tak ingin menganggu kenyamanan tamu Abi. Akhirnya Zifa masuk dengan lewat pintu belakang.

"Assalamu'alaikum." Zifa melihat Umi sedang di dapur membuatkan minuman untuk para tamu.

"Wa'alaikumsalam" Ketika Zifa menyalami Umi, pandangan Umi justru tertuju pada gadis kecil yang berada di belakang Zifa. "Siapa gadis kecil itu, Zifa?" Umi mencoba mendekati gadis kecil itu.

"Namanya Ika, Umi. Zifa menemukan dia di jalan Maliobro, Umi. Dia sendirian, orang tuanya sudah meninggal. Dan Zifa ingin dia sekolah di pesantren milik Abi. Apakah Umi mengizinkan?"

"Saat kamu berniat untuk menolong seseorang dan melakukan hal yang baik. Umi akan selalu mendukungnya. Tinggal kamu bicarakan saja dengan Abi, ya. Sekarang kamu bawa Ika masuk dan biarkan dia untuk membersihkan dirinya."

"Baik, Umi." Zifa berbalik dan menatap wajah Ika yang mulai menunjukkan kebahagiaan. "Mulai besok kamu akan tinggal di pesantren. Kamu akan bertemu banyak teman. Ini adalah Ibunda kakak, kamu pun bisa memanggilnya Umi. Kakak masih memiliki satu adik perempuan, kamu bisa memanggilnya Kak Nisa. Karena sekarang sudah waktunya shalat Maghrib, kamu mandi kemudian shalat maghrib ya. Kamu tahu caranya shalat, kan?"

"Tahu dong, Kak. Aku kan juga pernah shalat," ujar Ika riang. Zifa langsung mengantarnya masuk ke kamarnya. Zifa ingin mengurus segala keperluannya selama di pesantren.

Di ruang tamu, Abi masih berbincang dengan tamunya. Perbincangan mereka terlihat serius. Yang awalnya membahas tentang perkembangan pesantren, tapi justru merambat sampai ke persoalan keluarga yang dihadapi teman Abi tersebut. Tamu Abi baru pulang ketika ba'da maghrib. Zifa membantu Umi untuk membereskan gelas dan membawanya ke dapur untuk dicuci. Sebelum isya, Annisa sudah tiba di rumah. Sebelum ia kembali ke asrama pondok, Zifa sempatkan untuk membicarakan tentang Ika. Zifa meminta seluruh keluarga berkumpul, termasuk Ika.

"Ada apa, Zifa? Kamu mengumpulkan kami semua," tanya Abi.

"Maaf Abi, kalau Zifa sudah menganggu kesibukan Abi. Tapi Zifa ingin membicarakan masalah Ika. Dia dulunya adalah pengemis jalanan. Dia sudah yatim piatu, Abi. Zifa berniat untuk memasukan dia ke pesantren agar dia terdidik dalam lingkungan islami. Zifa prihatin akan keadaannya di luar sana. Jika kelak akan ada yang ingin mengasuh Ika, Zifa akan melepasnya setelah dia benar-benar paham ajaran agama. Apakah Abi mengizinkan jika dia menjadi santri di pesantren yang Abi pimpin?"

Malioboro Ana UhibbuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang