Part 3

106 6 3
                                    

Pukul sepuluh siang sudah terlihat panas sekali. Tiada angin yang berhembus seperti biasanya. Zifa sesekali melap tetesan keringatnya yang mengalir di ujung alisnya. Sebenarnya sebagai putri seorang pemilik pesantren, bisa saja ia gunakan mobil milik Abinya, tapi ia hanya ingin terlihat sederhana di hadapan masyarakat agar orang sekitar tak mengiranya terlalu sombong. Zifa berjalan menyusuri Pasar Bringharjo. Ia hendak membelikan baju muslim lagi untuk Ika sekaligus membelikan barang titipan Umi. Saat sedang memilih-milih baju di sebuah toko yang letaknya nyaris ke tepian jalan raya, tiba-tiba tas Zifa ditarik seseorang tak dikenal. Sontak Zifa pun langsung berteriak minta tolong. Penjambret itu berlari semakin jauh, orang-orang yang berada disana pun langsung mengejar penjambret itu. Zifa tak henti-hentinya beristighfar dalam hati. Sudah tasnya dijambret, kini para geng motor itu kembali berulah lagi. Mereka melintas di hadapan Zifa dengan aksi mereka yang sangat tidak bersahabat dengan masyarakat sekitar. Sebuah motor melaju dengan sangat kencang dan menerobos barisan geng motor yang sedang melintas disana. Motor itu melaju lebih cepat dan mendahului teman-temannya. Tak perlu menunggu lama, Zifa yang masih berdiri di tepi jalan dan berharap tasnya masih dapat kembali dihampiri oleh salah seorang pengendara motor itu. Seorang laki-laki dengan mengenakan jaket kulit tebal dan pakaian yang serba hitam itu melepas helm dari kepalanya. Dan disanalah pertama kalinya Zifa melihat wajah salah satu anggota geng motor itu. Masih muda atau bahkan mungkin sebaya dengannya. Tapi sayangnya, sikap dan tingkah lakunya tak menunjukkan pemuda islami. Dengan saputangan yang diikat di kepalanya, laki-laki itu menghampiri Zifa dan memberikan tas yang dijambret tadi.

"Bukannya kamu adalah orang yang waktu itu lewat di Malioboro, kan?" Zifa mencoba mengingat peristiwa terserempetnya Ika oleh salah satu pengendara motor kala itu.

"Iya, gue minta maaf. Gue nggak sengaja. Sekarang yang penting kan tas lo udah gue balikin. Penjambretnya juga udah dibawa ke kantor polisi sama teman-teman gue, jadi tenang aja." Laki-laki itu kembali memakai helmnya. Sebelum pergi, ia membuka kaca helmnya seraya berkata, "jangan su'udzon dulu sama geng motor. Kita juga masih punya hati."

Laki-laki itu pun segera berlalu pergi. Ia kembali mengendarai motornya dengan kelajuan yang sangat cepat. Sayangnya Zifa belum sempat mengucapkan terima kasih. Zifa menyesali perbuatannya. Kalimat terakhir yang diucapkan laki-laki itu terus terngiang di telinga Zifa. Kalimat itu seolah teguran pada dirinya sendiri untuk tidak lagi berprasangka buruk pada seseorang. Ia merasa kapok atas kejadian yang baru saja menimpanya. Ia akan jadikan pelajaran untuk ke depannya. Tapi entah mengapa, pertemuannya dengan laki-laki anggota geng motor itu selalu ada dalam ingatannya. "Astaghfirullahaladzim. Ampuni aku, Ya Allah jika aku khilaf."

Belum pernah Zifa merasakan hal seperti ini. Selama ini ia selalu bisa menjaga pandangannya. Tapi pertemuannya dengan anak geng motor itu menjadi memori tersendiri baginya, apalagi kalimat yang diucapkan laki-laki itu sempat menyinggung dirinya. Zifa memang tidak marah. Bahkan ia bersyukur karena sudah diingatkan oleh anak geng motor itu. Namun ada yang aneh setelah pertemuan itu. Hal yang sama saat setelah bertemu dengan laki-laki di toko buku waktu itu. Zifa tak mengerti. Ya Allah, jauhkan hatiku dari hal yang bisa merusak imanku.

^^^

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Nah, ini dia putri sulung saya, namanya Zifa."

Ketika masuk, Zifa sudah melihat Abi dan Uminya sedang bercengkerama dengan Ustadz Hasan, teman Abi semasa sekolah dulu. Mendengar namanya disebut, setelah memberi salam kepada Ustadz Hasan dan istrinya, Zifa ikut duduk dan berbincang di antara mereka.

"Wah, ternyata Nak Zifa sudah besar ya sekarang," ujar Ustadz Hasan. "Iya, anaknya cantik, cerdas dan penghafal Al-Quran lagi. Subhanallah." Istri Ustadz Hasan menimpali. Zifa hanya tersenyum.

Malioboro Ana UhibbuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang