I don't wanna know

140 22 3
                                    

Hari ini adalah hari ketigaku Sohyun hidup dalam ketiadaan. Betapa waktu berjalan begitu lambat ketika dunia yang dilaluinya begitu sunyi. Sohyun meringkuk di salah satu sudut kamar sakit. Kamar di mana tubuhnya berbaring tak berdaya dengan selang-selang yang menghiasi. Menangis adalah hal yang sia-sia jika ia tak mampu melakukan apapun. Tapi nyatanya, ia benar-benar ingin menangis saat i northern.
Ia benar-benar tak percaya ketika hidupnya yang begitu indah direnggut secara paksa. Nyatanya beginilah hidupnya saat ini. Pernikahan bahagia yang sudah ada di depan mata menjadi mimpi yang tak tahu kapan berakhirnya. Pernikahan itu sepertinya tidak akan pernah mungkin bisa dilaksanakannya.
Alangkah sia-sianya semua perjuangan dan persiapan yang telah dilakukannya untuk hari pernikahan itu. mengabaikan semua hal untuk mewujudkan impian yang kini tak akan mampu lagi diraihnya. Mungkin kah kesadaran akan datang tepat pada waktunya? bagimana dengan kakinya? akankah dapat kembali berlari dengan sempurna?
Sohyun menggelengkan kepalanya keras-keras. Ia tak boleh menangis saat ini. Masih banyak yang harus dilakukannya.
Sohyun berdiri, mendekati tubuhnya yang berbaring dalam diam, mencoba kembali masuk ke tubuhnya, tapi bagaimana caranya?
sohyun naik ke atas tempat tidur, berbaring di dalam tubuhnya yang kaku, diam sesaat, tapi ia tetap tak mampu merasakan tubuh kasat matanya yang terlalu ringan, Sohyun duduk, lalu kembali berbaring di atas tubuhnya itu, sama saja hasilnya, ia tak dapat kembali ke tubuhnya.

"ya ampun," keluhnya sambil mendekapkan wajahnya dalam kedua tangannya.

Sohyun menangis sesugukkan dalam diam.
Tiba-tiba pintu terbuka, Mama dan Papa masuk ke dalam. Sohyun meloncat turun dari pembaringan, berlari menuju Mama dana Papanya, berusaha memeluk kedua orang yang begitu disayanggi.

"eomma!" teriaknya tepat di sebelah Mama, Hembusan udara yang diteriakkannya mengibaskan rambut sebahu Mama.

Mama menoleh ke arahnya, Lalu berputar seolah-olah mencari sesuatu, Tetapi Mama tetap tak dapat melihat dirinya.

"Sohyun-ah bangun, bangunlah, sampai kapan kamu seperti ini, Mama tak kuat lagi melihatnya," Mama menangis, kali ini, Sohyun merasakan air matanya membasuhi pipi.

"Sohyun buka matamu, lihatlah Mama."

Lagi-lagi Mama meracau dalam isaknya, Mengguncang tubuh Sohyun agar tubuh itu kembali membuka mata. Tapi tubuh kaku itu hanya diam, Dan air mata Sohyub semakin deras membasahi wajahnya.

"Ma! sudah, jangan begitu, biarkan Sohyun beristirahat," Papa yang sudah berdiri di sebelah Mama berusaha menenangkan Mama.

Nam joo hyeok masuk ke dalam ruangan.

"Nam joo hyeok! Sohyun langsung berdiri dan ingin memeluknya, Namun kevin melewatinya begitu saja.

Nam joo hyeok Mendekati Papa, menepuk pundak Papa sekilas, lalu berbisik, Bisikan yang membuat telinga Sohyun berdiri semakin tegak.

"kita harus bicara, sajangnim!"

"penjual aset perusahaan harus segera kita lakukan, kita tidak akan mampu bertahan dalam situasi seperti ini, jika tidak di lakukan, maka seluruh aset perusahaan akan dalam keadaan yang sangat berbahaya," kata-kata Nam joo hyeok langsung meluncur begitu Nam joo hyeok dan Papa berada di depan kamar.

"kenapa harua sekarang? bukankah selama ini baik-baik saja?" tanya Papa heran.

"Sejak kapan perusahaan pada dalam keadaan berbahaya, bukankah selama ini penjualan yang di peroduksi perusahaan Papa selalu mencapai angkah penjualan tertinggi?"

"invasi dari beberapa produk pendatang membuat penjualan kita di pasaran mengalami penurunan tajam, Jika penjualan aset tidak kita lakukan maka kita akan sangat kesulitan untuk membayar gaji karyawan," sahut Nam joo hyeok lagi.

Searching for lost loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang